Pagi itu semua sesuai rencana. Langkah telah mantap mengikuti kegiatan ini, Makran Komunikasi 2013. Sesuangguhnya ada rasa iri dalam hati kecil untuk bias menikmati budaya pulang kampong yang dilakukan mahasiswa seperti sebagian teman-temanku yang lain. Namun aku tahu bahwa disini aku memiliki tanggung jawab, aku juga mempunya kewajiban untuk menghargai segala hal yang telah ditetapkan oleh panitia jauh-jauh hari. Meskipun pada akhirnya hanya setengah dari jumlah mahasiswa komunikasi 2013 yang mengikuti acara tersebut.
Salam lestari!!
Pagi ini saya ingin bercerita. Pengalaman baru yang saya ditemukan di sini, di KMPA Fisip Unsoed. Mungkin apa yang saya rasakan belum seberapa, tapi sejauh ini saya telah merasakan makna kekeluargaan yang lain selain keluarga saya sendiri. Di sinilah saya menemukan keakraban yang begitu dekat dengan hidup saya. Nyata dan membuat saya nyaman untuk tinggal lebih lama di sini.
Multimedia adalah suatu kombinasi data atau media untuk menyampaikan suatu informasi sehingga informasi itu tersaji dengan lebih menarik. (sumber: google). Menurut definisi saya, multimedia adalah media yang memiliki banyak fungsi, contohnya internet. Karena internet bisa membuat kita mudah mendapatkan informasi berupa gambar, data, audio, maupun video.
Sebuket Mawar Merah
Oleh Afrianti Eka Pratiwi
Aku termenung menatapi langit yang makin lama kian kelabu. Tak ada sinar matahari yang biasanya menghangatkan sesore ini. Hanya angin kencang dengan sedikit rintik yang belum dihiraukan orang. Semua hanya menunggu untuk hujan datang lebih deras, baru mereka meneduh. Selagi masih bisa diterjang, kenapa tidak? Itu pasti pikiran mereka.
Aku Belajar Darinya
Aku belajar memahami arti kehidupan darinya. Dari seorang anak kecil bertubuh tambun yang bersuara lantang.
Sore itu hujan turun deras. Menyapu sebagian besar kota Jakarta yang padat. Setiap orang di sini hanya bisa mengeluh. Ketika terik matahari membakar kulit mereka, mereka saling mengumpat, menginginkan keteduhan. Ketika hujan menyapa, mereka masih juga mengumpat, agar hujan reda.
Seperti yang aku tahu, sangat jarang orang Jakarta yang suka hujan. Mereka benci hujan, karena ketika hujan yang dianggap sebagian orang membawa berkah, maka hujan adalah musibah bagi mereka. Banjir. Ya, apalagi alasan mereka membenci hujan jika bukan karena hal itu?
Proses "Berdamai"
Menurut saya, proses “berdamai” tidak sama dengan “Move On”. Kenapa? Karena dilihat dari definisi dari sudut pandang saya memang tidak sama. Move On daalah suatu cara untuk berpindah ke “tempat” atau suasana lain dari yang pernah kita lalui. Sebagia contoh, istilah move on sering digunakan oleh para remaja saat ini ketika mengalami kejenuhan dalam suatu suasana. Atau setelah pasca pemutusan hubungan “pacaran” yang dijalaninya agar tidak terus-menerus larut dalam kesedihan. Kadang, peristiwa move on ditandai dengan adanya seseorang baru yang menjadi pengganti sang mantan.
Sedangkan, proses “berdamai” lebih ke arah mengikhlaskan perasaan, meskipun masih ada keinginan untuk ada di posisi itu. Atau bisa diibaratkan dalam sebuah perang, kita bisa membuat perjanjian perdamaian sampai batas waktu yang telah ditentukan. Proses “berdamai” adalah bagian dari yang paling sulit menurut saya. Karena harus benar-benar mengikhlaskan diri untuk kebahagiaan seseorang itu dan… kita sendiri. Meskipun pada kenyataannya tidak demikian.
Sedangkan, proses “berdamai” lebih ke arah mengikhlaskan perasaan, meskipun masih ada keinginan untuk ada di posisi itu. Atau bisa diibaratkan dalam sebuah perang, kita bisa membuat perjanjian perdamaian sampai batas waktu yang telah ditentukan. Proses “berdamai” adalah bagian dari yang paling sulit menurut saya. Karena harus benar-benar mengikhlaskan diri untuk kebahagiaan seseorang itu dan… kita sendiri. Meskipun pada kenyataannya tidak demikian.
Saya akan bagikan kisah saya yang sudah menjadi rahasia umum ini pada kalian yang belum tahu. Sejujurnya, move on dan proses “berdamai” adalah dua hal yang serupa. Tapi dalam konteks ini akan saya bedakan agar kita benar-benar bisa mengetahui mana yang dengan hati, mana yang hanya dianggap angin lalu. Bukan berarti saya men-cap orang-orang yang gampang move on dengan stempel “Angin Lalu”. Saya sendiri juga tidak tahu apa yang sebenarnya ada dalam pikiran dan perasaan orang-orang itu, kan? Bahkan saya bukan orang yang bisa membaca pikiran.
Saya termasuk orang yang mudah menyukai orang lain. Dengan beberapa kali bertemu, saya bisa langsung jatuh hati pada orang itu. Tentu dengan keadaan dan suasana tertentu. Kejadian ini membuat teman-teman saya heran. “Kok lu bisa suka sama banyak orang? Yang Pangeran Matahari, Pangeran Embun, Pangeran-pangeran lainnya deh.”
Akan saya jelaskan. Ketika saya memutuskan untuk menetapkan hati saya, saya pernah bilang bahwa saya akan bersamanya sampai waktu yang ditentukan untuk saya berhenti. Dalam perjalanan saya menuju tiga tahun ini, saya tidak luput dari banyak perasaan-perasaan yang tumbuh pada orang lain selain dia. Tapi, saya katakan kembali, saya menyukai orang lain bukan karena saya telah berhasil move on, malah sebaliknya.
Kenapa bisa begitu? Karena setiap orang yang saya sukai ibarat cahaya yang dibiaskan darinya. Jadi, apapun yang terjadi, sesuka apapun saya pada orang itu, prioritas saya tetap pada dia. Ini sedikit latar belakangnya.
Tentang proses “berdamai” yang sesungguhnya, saya sendiri belum berhasil melakukannya. Karena sangat sulit melakukan ini. Saya menyukainya lebih dari semua kata-kata yang pernah saya tuliskan. Dan, ketika dia memiliki seorang kekasih di awal tahun pelajaran kami di SMA, saya memulai proses “berdamai” itu dengan hati yang tidak benar-benar berdamai. Tapi, lagi-lagi saya terjebak pada janji saya sendiri. Yang mungkin samapi sekarang masih saya rasakan dampaknya.
Banyak hal yang mampu membuat saya belajar memahami bagaimana proses “berdamai” sebenarnya. Saya menyadari, dari sekian banyak janji saya untuk move on, semuanya saya langgar. Karena saya tidak benar-benar bisa dan berniat untuk melakukannya. Alhasil hingga saat ini saya masih di posisi yang sama, walaupun saya sedikit demi sedikit mengikhlaskan dia demi kebahagiaannya.
Cerita move on, itu lain lagi. Move on identik dengan “punya pacar baru” atau “punya gebetan baru”, bahkan “sudah lupa sama yang lama”. Tapi ini berbeda. Move on bukan sekedar itu saja. Menurut saya (lagi), move on itu berusaha melupakan segala sesuatu tentang si dia. Membabat habis semua yang berhubungan dengan dia tanpa terkecuali. Saya pikir hal ini tidak semudah kelihatannya. Karena semakin kita memaksa untuk melupakan, maka semakin kuat ingatan itu di pikiran kita. Saya pernah mencobanya dan hasilnya… GAGAL TOTAL.
Pada intinya, proses “berdamai” jauh lebih baik ketimbang move on yang jika sudah lama akan dicari-cari lagi. (opini saya).
Kenapa bisa begitu? Karena setiap orang yang saya sukai ibarat cahaya yang dibiaskan darinya. Jadi, apapun yang terjadi, sesuka apapun saya pada orang itu, prioritas saya tetap pada dia. Ini sedikit latar belakangnya.
Tentang proses “berdamai” yang sesungguhnya, saya sendiri belum berhasil melakukannya. Karena sangat sulit melakukan ini. Saya menyukainya lebih dari semua kata-kata yang pernah saya tuliskan. Dan, ketika dia memiliki seorang kekasih di awal tahun pelajaran kami di SMA, saya memulai proses “berdamai” itu dengan hati yang tidak benar-benar berdamai. Tapi, lagi-lagi saya terjebak pada janji saya sendiri. Yang mungkin samapi sekarang masih saya rasakan dampaknya.
Banyak hal yang mampu membuat saya belajar memahami bagaimana proses “berdamai” sebenarnya. Saya menyadari, dari sekian banyak janji saya untuk move on, semuanya saya langgar. Karena saya tidak benar-benar bisa dan berniat untuk melakukannya. Alhasil hingga saat ini saya masih di posisi yang sama, walaupun saya sedikit demi sedikit mengikhlaskan dia demi kebahagiaannya.
Cerita move on, itu lain lagi. Move on identik dengan “punya pacar baru” atau “punya gebetan baru”, bahkan “sudah lupa sama yang lama”. Tapi ini berbeda. Move on bukan sekedar itu saja. Menurut saya (lagi), move on itu berusaha melupakan segala sesuatu tentang si dia. Membabat habis semua yang berhubungan dengan dia tanpa terkecuali. Saya pikir hal ini tidak semudah kelihatannya. Karena semakin kita memaksa untuk melupakan, maka semakin kuat ingatan itu di pikiran kita. Saya pernah mencobanya dan hasilnya… GAGAL TOTAL.
Pada intinya, proses “berdamai” jauh lebih baik ketimbang move on yang jika sudah lama akan dicari-cari lagi. (opini saya).
“Dan tunas-tunas perasaanmu tak bisa kaupangkas lagi. Semakin kautikam, di tumbuh dua kali lipatnya. Semakin kauinjak, helai daun barunya semakin banyak.” (Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin – Tere Liye).
Cileungsi, 3 April 2013
Tips
Menghadapi Ujian Nasional Ala Gue

Ujian Nasional. Penentu di akhir
pendidikan kita di Sekolah Menengah Atas (SMA). UN menjadi bagian dari penilaian
atas hampir semua instansi Perguruan Tinggi (PT) untuk mempertimbangkan layak
atau tidaknya kita menempuh pendidikan di PT tersebut.
Tentu dalam hal ini, kita semua
ingin mendapatkan nilai yang terbaik sertta dampak baiknya yaitu diterima di
PTN atau PTS yang kita inginkan sesuai minat kita. Maka, saya akan berbagi
sedikit tips untuk menghadapi Ujian Nasional.
Langsung saja…
1. Manfaatkan
Waktu
Menjelang Ujian Nasional yang
tinggal menghitung hari, tentu tidak banyak waktu lagi untuk kita bisa
bersantai. Maka, selagi ada waktu luang untuk mendalami materi, lakukanlah.
Kurangi aktivitas yang tidak penting yang keberadaannya saya memecah belah
pikiran kita. Atau, jadwalkan dengan runtut apa yang akan kita lakukan hari ini
dan hari-hari selanjutnya agar kita juga terbiasa.
2. Perbanyak
Latihan Soal
Tipe soal UN dari tahun ke tahun itu
mempunyai kemiripan, sehingga ada baiknya kita mempelajari soal-soal yang
bertipe sama untuk memudahkan kita jika menemukan soal seperti itu di ujian
nasional. Walaupun tahun 2013 UN memiliki 20 paket soal, tentu soal yang ada tetap
memiliki bobot dan tipe yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Jika, merasa
kesulitan pada soal-soal tersebut kita masih punya waktu untuk bertanya pada
teman yang dianggap paham, guru, atau bahkan bisa browsing di internet.
3. Jaga Pola
Makan dan Pola Tidur
Kedua aspek tersebut terlihat sangat
sepele, namun menentukan. Ketika kita sedang tekun belajar, mungkin waktu makan
menjadi terlewatkan. Tapi mendekati UN,
makan sangatlah diperlukan, dikarenakan otak kita butuh asupan lebih untuk
berpikir. Jangan samapi tubuh menjadi drop ketika mendekati hari ujian. Juga
pola tidur harus dikondisikan dengan baik. Untuk yang biasa begadang, coba kurangi.
Selain tidak baik untuk kesehatan, akibat kekurangan tidur akan mengganggu
konsentrasi dari kerja otak.
Terutama sehari sebelum Ujian
berlangsung, jangan lupa sarapan terlebih dahulu agar otak juga punya energi cadangan
untuk berpikir yang pastinya menguras energi yang ada. Untuk waktu tidur usahakan
jam 9 malam sudah tidur agar esoknya badan dan otak fresh serta siap
mengerjakan soal ujian.
4. Jangan Terlalu
Percaya pada Kunci Jawaban yang Berseliweran
Sebagian dari kita mungkin
mengandalkan kunci jawaban atau “bocoran” dari berbagai sumber. Sudah tidak
dipungkiri, hal ini marak terjadi saat mendekati hari ujian nasional. Karena
sebagian anak tidak percaya diri akan kemampuannya, sebagian lagi mungkin
menjadikannya patokan bila sudah “mentok”.
Dari berbagai sumber termasuk media elektronik, didapati oknum yang
menjual “bocoran” dengan harga yang relative tergantung tingkat kebenarannya.
Saya sendiri tidak tahu mengapa orang-orang tersebut bisa mengatakan kunci
jawaban itu 100% benar, misalnya. Padahal kita belum melihat soalnya. Dan
mengapa kita percaya? Mengapa juga kita tidak meminta soalnya saja dan mengerjakannya
sendiri? (Hal ini mungkin dianggap terlalu beresiko, saya mengerti). Jika kita
tidak mengetahui kebenarannya, mungkin saja ada peluang untuk kita tertipu,
kan? :D
Efek lain yang baru saya pikirkan adalah ketika kunci jawaban yang
kita terima itu berbeda dengan soal yang kita harus kerjakan. Bagaimana?
Lagi-lagi kita harus berjuang sendiri dengan keadaan satu ruangan yang berbeda
paket soal satu sama lain. :D
Percayalah pada diri sendiri. J
5. Minta Restu
dan Do’a Orang Tua serta Orang Sekitar
Sebelum menempuh ujian, ada baiknya
dan sangat disarankan untuk meminta doa kepada orangtua, terutama Ibu. Karena
bisa jadi doa orang tua yang diridhoi Allah akan sangat membantu kita dalam
mengerjakan ujian. Jangan lupa berpamitan dan mencium tangan kedua orangtua
sebelum berangkat ke sekolah untuk ujian. Lakukan hal ini sampai hari terakhir ujian.
Semoga Allah mendengar doa-doa orangtua kita. Aamiin.
6. Usaha, Percaya
Diri, dan Tawakkal kepada Allah S.W.T..
Tiga tahun kita belajar. Satu semester
terakhir kita diuji dengan berbagai macam Tryout. Pasti kita sudah mengenal
banyak materi yang akan diujikan. Jika nilai dalam Tryout masih buruk, ingat
saja itu baru pemanasan. Kita masih bisa memperbaikinya di kemudian hari yaitu
pada hari Ujian Nasional. Jika pada Tryout sebelumnya kita masih banyak
kesalahan menjawab soal, anggap saja kita menghabiskan “jatah salah”. Jadi,
ketika tiba hari ujian nasional yang tersisa hanya jatah benar kita.
Jika kita belajar dengan
sungguh-sungguh, optimis, dan percaya bahwa kita bisa mnengerjakannya dengan
kemampuan yang kita miliki, maka Insya Allah akan ada hasil baik untuk kita.
Jangan lupa berdoa sebelum mengerjakan soal ujian agar Allah senantiasa memudahkan
kita dalam mengerjakannya. Ketika kita sudah berusaha semaksimal mungkin,
hasilnya serahkan pada Allah. Jangan pernah takut, karena Allahh selalu
membantu orang-orang yang meminta kepada-Nya. Lakukanlah dengan kejujuran.
Semoga tips
ini bermanfaat. Semoga Allah selalu memudahkan kita semua dalam mengerjakan
ujian. Semoga kita semua dapat lulus dengan nilai yang terbaik dan masuk
PTN/PTS yang diinginkan. Aamiin. J
Cileungsi, 28
Maret 2013
Waktu bergulir secepat
biasanya. Tanpa pernah ada jeda yang terasa menakjubkan. Tapi, hari ini, sore
ini pula, aku merasa waktu sekana berhenti. Meski hanya beberapa detik yang
membuatku kembali melewati arah yang sama sejak dua tahun lalu.