Bukit Tranggulasih: The Good Camping Ground in Banyumas


Bukit Tranggulasih... akhirnya saya ke sini lagi.

Sore menjelang maghrib, para blogger diberangkatkan ke Bukit Tranggulasih menggunakan mobil bak terbuka. Kurang lebih 10 orang yang berdiri di belakang mobil itu. Entah euforia apa yang meliputi hati saya ketika pertama kalinya pergi ke Tranggulasih dengan mobil semacam itu. Seringnya memang menggunakan motor sih. Sebab, jalanan menuju Bukit Tranggulasih itu nanjak parah. Naik motor aja saya harus berkali-kali diingatkan untuk pegangan supaya tidak melorot ketika motor menanjak. Lain halnya dengan naik mobil bak terbuka, harus banyak-banyak berdoa, ditambah itu masih maghrib dan jalanan sudah mulai gelap.


Naik mobil bak terbuka :D

Kami yang awalnya semangat bercanda akhirnya tenang juga ketika mobil memasuki  pintu gerbang Bukit Tranggulasih yang jalannya super menanjak. Saya sendiri juga agak takut kalau mobil tidak kuat ngegas sampai ke atas. Tapi... subhanallah selama perjalanan itu Mbak Pungky dan Mas Indra langsung diam dan berdoa, padahal sebelumnya mereka selalu jadi yang paling rame di antara kami semua. Hehehe.

Tiket masuk Bukit Tranggulasih sekarang harganya cuma Rp 5000,- saja. Nggak lebih mahal dari semangkuk bakso kok. Lokasinya ada di Desa Windujaya, Kedung Banteng, Banyumas. FYI, ini adalah kali ketiga saya main ke sini. Pertama kali ke sini itu waktu acara camping ceria bareng calon anggota mapala 2015, saat itu belum ada sistem ticketing dan kali kedua awal tahun 2017 cuma untuk menikmati sore di atas kaki bukit. Sungguh, sekarang pemandangan di atas sana sudah jauh berbeda. Sudah banyak perubahan, terlebih penambahan spot foto yang instagramable.

Malam itu langit sungguh masih sangat mendung, sempat gerimis sedikit. Angin juga mulai terasa menggigilkan. Bagusnya, saya sudah pernah melewati yang lebih dingin dari itu. Ya, di Gunung Argopuro yang dinginnya sempat di bawah nol derajat. Jadi, kalau cuma angin semacam itu sih saya masih kuat. Alhamdulillah. By the way, ketika kami sampai di lokasi camp, sudah ada 5 tenda dari Fourteen Adventure yang berdiri kokoh dan terlihat nyaman. Emang paling asik sih tidur di tenda kalau udah angin kenceng begitu.

Pagi-pagi dah kayak foto keluarga pake tendanya Fourteen Adventure :D


Malam masih belum begitu larut, tapi beberapa dari kami sudah mulai kedinginan. Akhirnya kami bersiap untuk api unggun. Ah, kapan ya terakhir kali saya duduk di depan api unggun? Tahun lalu sepertinya. Itu pun di tengah hutan dengan udara dingin dini hari. Rasanya kangen suasana semacam itu. Di depan api unggun, kami berbincang, entah soal apa. Yang penting kami bebas bicara dan tertawa. Sungguh sebuah kegiatan yang mengasyikkan.

Saya rindu kemping semacam ini karena ada hal-hal yang tidak bisa saya lakukan di bawah, tapi selalu bisa saya lakukan di atas. Mendengar dan berbincang. Dalam sebuah kemah/camp saya selalu yakin akan ada obrolan-obrolan panjang yang membuat kami semua melepaskan diri dari gadget, meskipun tidak lepas secara utuh. Tapi minimal, kami berbincang satu sama lain. Menyenangkan sekali bukan?

Pagi harinya kami sudah bersiap di depan spot foto untuk... tentu saja berfoto. Momen sunrise memang momen yang ditunggu untuk berfoto. Saya sendiri lebih suka foto siluet saja dibanding keliatan mukanya. Soalnya kalo pagi kan belom mandi jadi muka kucelnya gak keliatan. Hahaha.



Perubahan pada Bukit Tranggulasih nyatanya memang membawa dampak baik bagi pariwisata Banyumas. Selain itu, di beberapa tempat juga disediakan kantong sampah untuk mencegah sampah berserakan di area Bukit Tranggulasih. Untungnya, pengunjung yang datang juga cukup sadar dan menjaga kebersihan lingkungan.

Well, kalau mau main ke Bukit Tranggulasih enaknya sore-sore dan lanjut ngecamp sampai pagi. Tapi kalo cuma mau foto-foto aja sih siang hari juga bisa. Hehehe.

Tulisan ini dibuat dari kegiatan Juguran Blogger di Banyumas bersama Blogger Banyumas dan di dukung oleh Bapeda Litbang Banyumas, Bank Indonesia, Loja De Cafe, Fourteen Adventure, PANDI.ID dan Hotel Santika Purwokerto.

Kamar kos, dikejar deadline revisian.
24 Juli 2017. 13:47

Post a Comment

0 Comments