Bilangan Prima

Akhir-akhir ini aku jarang menulis. Tiga tulisan di bulan Juni berisi ulasan yang tidak menggambarkan apapun di kepala. Enam postingan di Instagram juga tak banyak bicara tentang bagaimana hidup berjalan dari hulu ke hilir. Hanya saja, membagikan sedikit kabar dari kehidupan membuatku ingin benar-benar lari. Seperti... aku membiarkan itu semua dibaca orang, tetapi tidak ingin banyak orang tahu seperti apa sebenarnya hidupku berjalan.

Rupa-rupa. Juni adalah bulan paling menggairahkan dalam hidup. Sebab, segalanya bermula dari Juni yang entah penuh hujan atau malah jadi akumulasi hal-hal  terkait masa lalu sekaligus titik balik keadaan. Aku tentu ingat, Juni selalu menjadi pembuka dalam beberapa keadaan yang berbeda. Namun kali ini, semua terasa lebih baik. Semoga saja selamanya demikian.

___


Hari ini, di tahun lalu...

Kami hanya berdua di ruang kerja. Beberapa teman lain sedang WFH. Dengan setelan yang tak biasa kugunakan, aku berusaha hadir dengan penampilan yang lebih daripada biasanya. Sedang ia mengenakan long t-shirt warna navy dan membawa jaket yang kini jadi hak milikku.

Hari itu hari terakhir masuk kerja sebelum diberlakukannya PPKM. Pertemuan pertama setelah 4 hari bercakap panjang melalui telepon dan memutuskan untuk mencoba hal baru yang kami sepakati. Aku tidak tahu, apakah akan berjalan mulus atau tidak. Aku tidak berharap banyak pada hubungan itu, karena pengalaman-pengalaman sebelumnya membuatku tidak ingin menaruh ekspektasiku terlalu tinggi pada apapun.

Tak banyak yang kami bicarakan di ruang kerja selain, "Ayo mau jajan apa mumpung aku ulang tahun" darinya. Lantas kuminta makan es krim usai jam kerja nanti. Itu pertama kalinya kami makan es krim berdua.


Dalam jam-jam rawan ngantuk, aku sudah mengirimkan sepucuk tulisan di blog pribadi mengenai hari ulang tahunnya. Itu pertama kalinya aku menulis lagi ucapan ulang tahun dalam bentuk tulisan blog dan berharap akan berulang di tahun-tahun berikutnya jika kami kemudian berjodoh. Maka, dengan kata lain jika tulisan ini terposting di blog pribadiku lagi, artinya aku telah mengupayakan yang terbaik untuk hubunganku dengannya. Kamu sudah tahu jawabannya.

___


Hari ini, di tahun ini...

Jam setengah tujuh pagi dan ia masih tertidur di sampingku. Setelah semalam kami menonton Dr. Strange bersama dan ia kelaparan tengah malam. Kami tertidur hampir di jam setengah 2 karena masih hari kerja. Ia kini menjadi 29 sekaligus satu-satunya yang akan menemaniku sampai entah kapan. Kami tak merayakan apa-apa, tetapi aku ingin mengingatnya sebagai hari yang menyenangkan. Bukan karena ia berulang tahun, tetapi lebih kepada rasa syukur karena ia telah lahir ke dunia dan akhirnya bertemu aku pada sebuah persimpangan.

Bilangan prima yang tak bisa dibagi dengan angka lain selain angka satu dan bilangan itu sendiri adalah penggambaran bagaimana di usianya yang sekarang, kami akan memiliki satu sama lain. Juga menggenapi satu tahun momen makan es krim pertama kali di tahun lalu. Kalau saat itu aku masih menganggap apa yang ada di hadapanku adalah sebuah keragu-raguan yang entah bisa diperjuangkan atau tidak, kali ini pemikiran itu lewat batasnya. Ia sudah menggenapinya lewat akad sakral di hari pernikahan kami. Dan hal ini benar-benar menjadi wujud terkabulnya doa.

Menjadi teman selama setahun penuh mungkin tidak mudah. Kami banyak bercerita, bertukar pikiran, menata apapun yang ada pada diri kami untuk saling melengkapi satu sama lain. Namun, bentuk tulisan ini lagi-lagi hanya sebuah catatan agar aku tidak lupa, agar aku tetap bisa menghargai keberadaannya, agar aku tetap bisa membaca apa yang aku rasakan dan pikirkan selama bersamanya.

Tulisan akan abadi, tetapi pikiranku seringkali banyak lupa. Itulah mengapa aku ingin rutin menulis hal-hal yang aku rasakan. Walau ketika membacanya pun kadang aku lupa momen apa yang terjadi saat itu karena tidak menulisnya dengan detail.

Hari ini, ketika ia menjadi dua sembilan, mungkin aku akan mengajaknya makan seafood atau makan apapun yang nanti kami sepakati. Tulisan ini mungkin akan dibacanya, bisa juga tidak. Tetapi kami akan menjalani hari ini dengan bekerja dan sama seperti hari-hari lain.

Tidak ada yang selalu aku semogakan selain kesehatan dan rezeki yang dilancarkan untuk kehidupannya kemudian. Juga hal-hal baik yang kuharap selalu datang di hidupnya atau cita-cita yang sedang kami berdua upayakan. Semoga tetap saling mencintai dan menggenapi apa-apa yang tampak kurang tanpa mengurangi hal-hal yang sudah ada sebelumnya.

Perasaanku masih tetap sama, hanya saja aku tidak pandai menunjukkannya secara langsung. Kalau dia punya act of service, words of affirmation, dan pyshical touch, aku cuma punya physical attack. Hahahaha. Intinya, aku menyayangimu tanpa karena. Apapun yang ada di kamu, aku suka. Udah gitu aja sih intinya. Aku tidak punya banyak alasan kenapa pada akhirnya mau hidup denganmu karena memang kamu satu-satunya yang berani sejak awal berkomitmen denganku.

Last but not least, mari merencanakan dan menjalani hidup bersama. Aku tahu banyak yang perlu kita benahi lagi setelah ini, tapi aku tahu kita bisa walau pelan-pelan.

Selamat menua, tapi aku tetap sayang kamu walaupun jidat kamu jenong dan suka pake topi kayak abang-abang~


With love,

Istrimu yang cantik~~

Post a Comment

0 Comments