New Media and Community

Pertemuan kali ini akan membahas teori yang berasal dari Handbook of New Media : Social Shaping and Social Consquences of ITCs, Sage Publication Ltd. London. Chapter 2 : “Creating Community with Media : History, Theories and Scientific Investigations karya Leah Lievrouw dan Sonia Livingstone. Isi dari chapter ini membahas tentang media baru dan masyarakatnya. Dimana sebuah media yang saat ini muncul merupakan perkembangan yang hidup di antara masyarakat sebagai sasaran dari perkembangan teknologi itu sendiri sebagia peralihan dari media lama ke media baru di dalam masyarakat.

Media baru berkembang karena adanya kehausan akan ilmu pengetahuan oleh manusia. Pada dasarnya media yang saat ini digunakan merupakan media yang snagat memudahkan manusia untuk berkomunikasi dengan sesamanya, yaitu dengan media internet. 

Sebagai media yang baru yang masuk ke dalam masyarakat, tentu tidak serta merta masyarakat dapat menerima media tersebut. pasti akan ada aspek positif dan negative dibalik munculnya media baru ini.

Aspek positif akibat media baru menurut Barllow (1995), yaitu:

  • Terhapusnya kesetaraan dan kejahatan dalam masyarakat. Seiring berkembangnya teknologi, siapapun dapat menggunakannya, tanpa memandang aspek sosial dan latar belakang individu itu sendiri. Sebagaimana yang terjadi di dalam dunia maya, masyarakat dengan bebas dapat bergual dengan seseorang, baik lebih tua, lebih muda, kaya, ataupun miskin. Berkembangnya media baru ini juga mampu membuat kejahatan bekrurang. Pasalnya, dengan media, pelacakan kejahatan mampu dilakukan dengan mudah berkat bantuan teknologi.
  • Pendidikan akan meningkat. Dengan adanya media baru, pendidikan tidak hanya terjadi dalam ruang formal, namun melalui internet, masyarakat mampu belajar an mendapatkan informasi secara mudah dan gratis. Sehingga pengetahuan yang didapat tidak hanya didapatkan dari sekolah atau kampus saja.
  • Aktif dalam perdagangan. Pun demikian dalam perdagangan. Munculnya media baru ini, kegiatan jual-beli tidak hanya terpaku pada satu tempat dan waktu, namun dpaat dilakukan kapanpun dan dimanapun.
  • Sedangkan menurut Rheingold (2000), masyarakat mampu berkomunikasi melalui internet. Hal ini sangat memudahkan, terlebih apabila seseorang itu terpisah jarak dan sulit untuk melakukan komunikasi. Adanya internet ini membuat komunikasi mampu terjadi dalam waktu yang singkat.

Sedangkan aspek negatifnya, yaitu:

  • Menjadi alat propaganda politik melalui televisi dna film. Seperti yang terjaid akhir-akhir ini, media baru pun mampu membuat propaganda politik yang seringkali disisipkan dalam film maupun beredar bebas di televisi.
  • Diduga mampu merusak tatanan masyarakat. Karena munculnya media baru, masyarakat disuguhi oleh kemudahan akses, juga tentang budaya-budaya luar yang sangat mudah masuk melalui internet.
  • Mencemari pikiran muda. Dibandingkan dnegan sisi positifnya yang berusaha menghapus kesetaraan, media baru membuat anak-anak muda menjadi kurang peka pada lingkungan sosialnya.
  • Merendahkan warisan budaya. Warisan budaya yang seharusnya masih hidup di masyarakat, sedikit-demi sedikit tergeser karena adanya media baru. Hal ini karena masyarakat lebih mudah menerima budaya yang datang dari luar disbanding melestarikan budaya yang ada.

Karakteristik Media Baru
Sebagai media yang baru, tentu ada karakter-karakter yang melekat di dalamnya. Seperti yang dikatakan Mc Quail (1994):

  • Adanya transformasi dalam cara-cara individu menggunakan media. Beranjak dari media lama ke media baru tentu akan menghasilkan suatu perubahan cara dalam diri masyarakat. Setelah sebelumnya menggunakan teknologi seperti telepon, kini masyarakat disuguhi teknologi berupa internet yang mampu memudahkan dimanapun mereka berada.
  • Media itu sendiri sebenarnya sangat melibatkan desentralisasi slauran untuk distribusi pesan, yaitu persebaran informasi yang berada pada setiap diri manusia. Sehingga, dalam informasi tersebut sulit dikenali mana bagian yang fakta dan mana yang merupakan opini. Contohnya, apabila ada sebuah informasi dari salah satu sumber, kemudian ditimpali oleh orang lain yang memiliki perbedaan pendapat, informasi tersebut bisa saja disebarkan dengan banyak tambahan atau opini dari orang lain, sehingga media yang hadir belum tentu menyebarkan fakta yang benar-benar fakta.
  • Melibatkan bentuk komunikasi yang interaktif. Misalnya, dengan adanya media baru, maka komunikasi yang terjadi akan lebih interaktif karena timbal baliknya sangat mudah saat berkenalan dengan media baru ini.
  • Adanya peningkatan fleksibilitas. Hal ini berpengaruh pada gaya baca seseorang. Masyarakat terbagi menjadi masyarakat yang lokalitas dan cosmopolitan. Masyarakat lokalitas cenderung membaca berita local, sedangkan masyarakat cosmopolitan lebih berpandangan luas dan lebih mencari beirta ke luar daerah.
  • Menurut Negroponte (1995), adanya digitalisasi. Hal ini ditandai dengan adanya media cetak yang kemudian dibuat versi digitalnya.

Tahap perkembangan media dan pembelajaran media pada masyarakat secara garis besar sangat mudah diikuti. Pasalnya dari media lama ke media baru terjadi dalam waktu yang lama. Dimulai dari penemuan teknologi berupa telepon, televisi, radio, hingga ditemukannya media internet sebagai media yang paling diagung-agungkan saat ini. Mengenai perkembangannya, terjadi tiga gelombang yang dikemukakan oleh Merton. Gelombang-gelombang ini menjelaskan adanya perubahan struktur, cara, dan pola masyarakat dalam menghadapi media baru yang hadir di tengah-tengah mereka.

Kemunculan media baru tidak lepas dari apa yang disebut virtual community itu sendiri. Istilah ini diperkenalkan oleh Rheingold (2000) dalam bukunya yang berjudul The Virtual Community: Homesteading the Electronc Frontier. Virtual community menyuguhkan sesuatu yang berupa perkumpulan, komunitas, kelompok, dan segala apapun yang mampu membuat anggotanya nyaman tanpa harus dibebani oleh pertemuan fisik yang memerlukan tempat dan waktu. Inilah kelebihan dari virtual community yang saat ini mampu membuat individu-individu dapat berkumpul kapanpun mereka mau.

Adanya media melatarbelakangi kemunculan virtual community. Namun keberadaan organic community yang sifatnya nyata memang kurang.lebih akan segera ditinggalkan. Perbedaan dalam organic community dan virtual community sudah sangat jelas. Organic community sangat terbatas pada usia, contohnya ibu-ibu arisan. Karena terbatas usia dan kegiatan, maka ibu-ibu ini membutuhkan waktu dan tempat untuk melaksanakan arisan tersebut. Berbeda dnegan virtual community yang bisa dilakukan dimana saja asal ada jaringan internet. Contohnya seseorang yang menyukai buku, maka ia akan masuk ke dalam sebuah Klub Buku. Mengenai hal-hal di dalamnya, pastilah tak jauh membahas seputar buku yang mampu dilakukan oleh siapapun dna kapanpun. Komuniaksi yang terjadi pun hanya melalui layar, tanpa benar-benar ada interaksi fisik. Selain itu, keanggotaannya pun bebas, tidak terbatas usia. Sehingga seringkali menimbulkan rasa diterima di kelompok.

Agenda riset yang terjadi tentang media baru contohnya penelitian radio media eletronik kecil yang dibuat sebagai wadah untuk pemberdayaan perempuan.

DAFTAR PUSTAKA
Lievrouw, Leah A. & Sonia Livingstone. 2006, Handbook of New Media : Social Shaping and Social Consquences of ITCs, Sage Publication Ltd. London. Chapter 2 : “Creating Community with Media : History, Theories and Scientific Investigations.

Post a Comment

4 Comments

  1. Tulisannya bagus mbak...tapi biar enak juga template blognya diganti aja biar keliatan rapi...salam kenal blogger sebelah kota, jogja..
    mari berkunjung ke blog saya http://ziyad-lagi.blogspot.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe terima kasih sarannya. Nanti saya ubah. Belum sempet ngotak-ngatik. Makasih sudah mampir :)

      Delete
  2. mantap pengetahuannya mbak.
    saya serasa lagi belajar ilmu komputer campur sosiologi..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Karena ilmu komunikasi memang selayaknya ilmu sosial, mas. Jadi ya begini. Hehehe.

      Delete

Apa tanggapan kamu setelah membaca tulisan ini?