Perspective of Internet Use

Dalam suatu hal apapun pasti memiliki perspektif yang berbeda, termasuk pula dalam penggunaan new media atau internet ini. Pada tulisan kali ini yang kita bahas adalah perspektif dalam penggunaan internet yang terangkum dalam Handbook of New Media : Social Shaping and Social Consequences of ITCs, Sage Publication Ltd. London. Chapter 4 : Perspective on Internet Use: Access, Involvement an Interaction.

Perspektif dalam penggunaan internet tentu menimbulkan dampak, baik positif maupun negatif. Saat-saat ini masyarakat sudah cenderung beralih pada new media yang memudahkan mereka untuk beirnteraksi satu sama lain dalam waktu yang singkat, meskipun kesulitan akses seperti sinyal, terkadang menjadi suatu hambatan. Menurut Browning dan Weitzner (1996), Corrado (2000), Davis (1999), dan Ruam (1997) berpendapat bahwa penggunaan internet berdampak pada banyak hal, misalnya akses, keterlibatan masyarakat, juga interaksi yang terjadi antara masyarakat.

Perspektif Pesimis dan Optimis Dalam Hal Akses
Membahas masalah akses internet tentu tidak terlepas dari perspektif pesimis dan negatifnya. Dimana perspektif pesimis ini yang sangat mengkhawatirkan bahwa keberadaan internet tidak mampu digunakan oleh semua kalangan masyarakat. Seperti survey yang dilakukan oleh UCLA (2000) menghasilkan bahwa lebih dari 37% masyarakat tidak mendapat komputer untuk mengakses internet. Seperti yang terjadi di Indonesia (dalam website kompas.com) bahwa akses internet masih dinikmati oleh kalangan atas terkait dengan adanya kesenjangan sosial dan ekonomi yang terjadi di masyarakat. Sehingga, akses internet yang sulit akan semakin sulit karena masyarakat kelas bawah terbatasi oleh penggunaan internet yang mengharuskan mereka membayar tarif apabila ingin memakai internet. Namun, masalah akses tidak hanya melibatkan kondisi ekonomi, melainkan juga dalam hal jenis kelamin, pendidikan, dan pengalaman.

Penggunaan internet tidak sepenuhnya mudah, karena banyak orang yang masih menemukan kendala dalam penggunaan internet. Seperti yang dikemukakan oleh Van Dijk (1999) bahwa kendala yang terjadi lebih kepada kendala yang disebabkan oleh intrapersonal atau dari dalam diri seseorang. Sedangkan Rojas et al. (2004) mengatakan bahwa kendala yang terjadi lebih disebabkan karena adanya faktor sosial ekonomi di dalam masyarakat serta pengaruh dari orang lain.

Dari segi optimis, internet mampu memberikan banyak manfaat, terutama pada penyandang cacat atau disabilitas. ECRL (1999), Howard et al (2002), Katz dan Rice (2002a) telah menemukan bahwa perbedaan ras dan gender dalam akses internet merupakan variabel lain yang diperhitungkan secara statistik. Namun, dalam hal ini perspektif optimis akan lebih membahas bahwa keterbatasan bukanlah merupakan hambatan bagi seseorang untuk menggunakan akses internet. Seperti yang telah dilakukan oleh perusahaan Digital Think Web yang bekerja sama dengan Yayasan Mitra Netra (dikutip dari website kompas.com) telah meluncurkan sebuah website video yang dapat digunakan oleh seorang tunanetra, yaitu YouTube For The Blind (youtoubefortheblind.com). Dimana website ini memungkinkan agar seorang tunanetra mampu menikmati hiburan yang bersifat audiovisual. Website YouTube For The Blind pada dasarnya adalah website yang menampilkan video-video populer di situs YouTube. Bedanya, video-video yang ditampilkan di website itu memiliki fitur text to speech, yakni software akan membacakan teks (audio) yang telah diinput sebelumnya.

Perspektif Pesimis dan Optimis terkait Keterlibatan Masyarakat Dalam Hal Politik
Internet tidak hanya menjadi solusi yang mumpuni dalam komunikasi masyarakat luas. Dalam hal politik pun, internet sangat berguna, yaitu memudahkan masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam bidang politik.

Dari segi pesimisnya, menurut John Seely Brown, internet mampu membuat seseorang dapat bersikap antisosial terhadap lingkungannya karena sudah jelas bahwa seseorang tersebut berinteraksi melalui internet, sehingga aktivitas fisik yang berupa komunikasi face to face agak kurang intim. Jika dikaitkan dalam hal politik, maka internet bisa menjadi boomerang bagi ranah politik. Mengapa? Karena masyarakat yang menggunakan internet sering disuguhi berita-berita yang begitu banyak dan mudah untuk diakses, sehingga menimbulkan kebauran atau terlalu banyak informasi yang tumpang tindih dan membuat masyarakat tidak mengetahui mana yang fakta dan mana yang hanya opini.

Sedangkan dari segi optimisnya, Johnson mengatakan bahwa internet membuat seseorang yang introvert menajdi lebih terbuka ketika berada di dunia maya. Jika dikaitkan dengan ranah politik pun snagat banyak manfaatnya, terutama dalam melakukan crosscheck terhadap isu-isu yang beredar saat ini. Masyarakat menjadi lebih mudah untuk mengetahui dan mengenali siapa pemerintahnya dengan mencarinya di internet.

Contohnya adalah ketika video janji Jokowi beredar di media sosial Twitter, masyarakat mampu menilai bagaimana kinerja Jokowi hanya dengan melalui internet (sumber website kompas.com).

Perspektif Pesimis Dan Optimis Terkait Dengan Isu Internet Dan “Community Involvement”
Sebuah masyarakat merupakan suatu kumpulan orang yang didalamnya tentu memiliki interaksi. Interaksi masyarakat yang biasanya sangat intim, kemudian berubah sejak adanya internet. John Seely Brown (1995:12) mengatakan bahwa adanya new media ini mampu membuat kecerobohan yang tidak bertanggung jawab. Pasalnya, interaksi yang dilakukan melalui internet adalah sesuatu yang maya yang tidak dapat dilihat secara langsung, sehinga tidak dapat diketahui pula apakah hal itu merupakan kebenaran atau suatu kebohongan. Calhoun (1986) juga mengatakan bahwa internet mampu mengurangi vitalitas dan integrasi masyarakat fisik. Hal ini bisa saja menyebabkan mengendurnya rasa kekeluargaan yang telah dibangun secara nyata dalam sebuah masyarakat.

Saphiro dan Leone (1999) mengemukakan tiga masalah fundamental yang dapat terjadi dalam penggunaan internet, yaitu: 

1. Overpersonalization, dimana informasi pribadi yang disebarkan secara berlebihan dalam sebuah media internet, sehingga orang-orang mampu melihat identitas pribadi kita.

2. Disintermediasi, dimana kita lupa bahwa ada nilai-nilai yang membatasi perihal segala apapun yang menyangkut media, tidak hanya tentang memilih berita dan memverifikasinya.

3. Shapiro, Leone, dan Rice juga mengatakan bahwa hubungan online bersifat sementara dan biasanya takkan berakhir lama.

Dari segi optimisnya, Pool (1983) dan Rheingold (1999) mengemukakan bahwa internet atau dunia maya mampu membuat komunitas alternatif untuk menjalin hubungan yang akrab. Pada intinya internet banyak membantu seseorang dalam berinteraksi dan berkomunikasi. Sehingga jarak bukan lagi masalah untuk melakukan suatu kegiatan di masyarakat itu sendiri.


Internet sebagai Forms of Expression
Seorang manusia tentunya ingin mengekspresikan sesuatu yang ada di dalam dirinya. Sehingga keberadaan new media ini dianggap sebagai sarana untuk mengekpresikan diri. Hill dan Hughes (1998: 184) mengemukakan bahwa bukan berarti ketika seseorang menjalin persahabatan di dunia maya, maka seseorang tersebut akan sama seperti pada dunia nyata. Namun, selain mampu untuk menjalin persahabatan, dunia maya atau internet pun bisa menjadi sebuah bencana ketika kita terlalu berekspresi. Contohnya ketika kasus Flerence yang mengekspresikan kekesalannya di media sosial soal kota Jogjakarta. Intinya, semua hal selalu punya dampak positif dan negatifnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://tekno.kompas.com/read/2015/03/25/15000017/Kecepatan.Internet.Indonesia.Anjlok.Nomor.122.Dunia  diakses tanggal 30 Maret 2015.

http://tekno.kompas.com/read/2015/03/30/08090037/Di.Asia.Tenggara.Penetrasi.Internet.Indonesia.Terbelakang  diakses tanggal 30 Maret 2015

http://tekno.kompas.com/read/2015/03/18/14220077/Situs.Buatan.Indonesia.Bantu.Tunanetra.Menonton.YouTube  diakses tanggal 30 Maret 2015

http://www.islamedia.co/2015/03/di-bully-pro-ahok-tak-anti-korupsi-ini.html?m=1  diakses tanggal 30 Maret 2015

Lievrouw, Leah A. & Sonia Livingstone. 2006, Handbook of New Media : Social Shaping and Social Consequences of ITCs, Sage Publication Ltd. London. Chapter 4: Perspective on Internet Use: Access, Involvement an Interaction.

Post a Comment

0 Comments