[BOOK REVIEW] The London Eye Mystery by Siobhan Dowd



Judul: The London Eye Mystery
Pengarang: Siobhan Dowd
Penerjemah: Yoga Nandiwardhana
Editor: Primadona Angela
ISBN: 978-979-22-9191-9
Tahun Terbit: 2013.
Tebal Buku: 256 hlm.

BLURB

Senin, 24 Mei, 11.32
Ted dan Kat memandang sepupu mereka Salim naik ke kapsul London Eye.

Senin, 24 Mei, 12.02
Kapsulnya mendarat dan pintu-pintu terbuka---tapi di mana Salim?

Ketika putra Bibi Gloria, Salim, menghilang secafa miaterius dari kapsul tertutup London Eye, semua panik.
Apakah ia tahu-tahu meledak? (Teori Ted)
Apakah ia diculik? (Teori Bibi Gloria)
Apakah ia bahkan masih hidup? (Ketakutan keluarga hang tak terucapkan)

Polisi bingung.
Ted yang pintar serta kakak perempuannya, Kat, melupakan ketegangan di antara mereka dan bekerja sama. Mereka mengikuti rangkaian petunjuk ke seluruh penjuru London untuk mencari sang sepupu, sementara waktu terus berlalu...
---

Buku ini bercerita tentang kakak beradik Ted dan Kat yang bermain detektif-detektifan untuk mencari sepupunya yang tiba-tiba hilang. Ted ini mempunyai suatu sindrom (saya lupa namanya), gejala sindromnya berupa susah membaca bahasa tubuh. Si Ted ini sangat suka mendengarkan ramalan cuaca dan genius seklai soal cuaca. Dia bahkan lebih suka membahas topik-topik yang berat dibanding basa-basi. Padahal usianya baru 12 tahun.

Kemudian, sepupunya Salim dan Ibunya, Bibi Gloria, datang ke rumahnya. Rumah Ted dan Kat menjadi tempat transit karena mereka ingin pergi ke New York dan tinggal disana. Kebetulan saa mereka menginap di rumah Ted itu mereka merencanakan untuk jalan-jalan. Ibunya mengusulkan untuk pergi ke Tate Modern, karena ibunya suka dengan hal-hal berbau seni. Tapi Salim menolak, dia menginginkan pergi ke London Eye. Pergilah mereka ke London Eye, Ted, Kat, Salim, Ibu Ted, dan Bibi Gloria. Ayah Ted tidak ikut karena ada pekerjaan untuk menghancurkan barack, seperti tempat tentara yang sudah tidak dipakai lagi.

Ternyata ketika sampai di sana, antriannya sangat panjang. Akhirnya Ibu Ted dan  Bibi Gloria menyuruh anak-anak saja untuk mengantri tiket. Mereka menunggu sambil minum kopi. Waktu sedang mengantri tiba-tiba ada laki-laki yang menawarkan tiketnya kepada Ted, Kat, dan Salim. Lelaki itu bilang kalau dia mengalami klaustrofobia, ketakutan terperangkap di ruang kecil semacam London Eye itu. Fyi, kapsul London Eye bisa diisi hingga 20 orang lebih dan berputar berlawanan jarum jam selama 30 menit.

Mereka bertiga akhirnya memutuskan memberikan tiket dari lelaki itu kepada Salim, karena Ted dan Kat sudah pernah naik London Eye. Sebelumnya lelaki tadi bilang bahwa dia berada di belakang antrian seorang perempuan berjaket pink. Kemudian naiklah Salim ke London Eye bersama 20 orang lainnya pukul 11.32. Harusnya dia turun di hari yang sama pukul 12.02. Ted dan Kat melihat Salim naik dan masuk ke dalam kapsul, mengikuti kapsulnya hingga turun. Sewaktu kapsul berputar di angka di antara 7 dan 8, semua yang di dalam kapsul pasti difoto oleh mesin otomatis untuk kenang-kenangan. Dan ketika kapsul milik Salim turun, Ted dan Kat tidak menemukan Salim di manapun. Bahkan mereka menunggu hingga kapsul selanjutnya. Salim tetap tidak ada. 

Karena Salim tak juga ditemukan padahal mereka sudah mencari kemana-mana, akhirnya mereka pulang dan menunggu kabar dari pihak London Eye dan polisi setempat. Tapi ternyata Ted dan Kat punya 8 teori soal hilangnya Salim ini:

1. Salim bersembunyi di dalam kapsul (di bawah kursi, mungkin) dan ikut 3 putaran lagi atau lebih, keluar ketika di pikir kita tidak akan mencari lagi. (Mungkin. Layak untuk di cek lagi).

2. Arloji Ted salah. Waktu Salim keluar dari kapsulnya, kami tidak ada di sana. (Kecil kemungkinannya. Baru saja mengecek arloji Ted. 23.43. Sama seperti jam mejanya. Arlojinya tepat. Ted bikang dia membandingkannya lima kali dengan Big Ben selama kami keluar tadi).

3. Salim keluar dari kapsulnya tapi entah bagaimana kami tidak melihatnya dan dia juga tidak melihat kami. Inilah kemungkinan yang dipikirkan polisi dan orangtua kami. (Tapi menurut kami kemungkinannya hanya 2%. Kami terus melibat semua orang keluar dan tidak pernah terlalu banyak orang keluar bersanaan. Salim juga tidak melihat kami, kecuali...)

4. Salim sengaja menghindari kami atau mengalami amnesia. Teorii ini berarti dia memang ingin kabur atau terpukul di kepala sehingga lupa tentang kami. (Tapi kami berdiri di sana, melihat semua orang ketika mereka turun, dan kalaupun dia ingin tidak terlihat kami tetap tidak tahu bagaimana caranya, atau luoa wajah kami. Jadi ini sama mustahilnya dengan teori nomor 3).

5. Salim terbakar spontan. (Aku tidak oernah dengar tentang ini, tapi Ted sepertinya berpikir bahwa kadang orang bisa menghilang menjadi asap. Dia bilang fenomena ini jarang sekali tapi pernah tercatat, dan terjadinya seperti badai petir lokal. Hah. Tidak mungkin. Tidak masuk hitungan).
6. Salim keluar kapsul dalam samaran. (Mungkin, tapi melihat orang-orang yang keluaf kapsul--turis-turis Jepang, wanita, anak-anak kecil, dan lainnya--kecil kemungkinannya. Orang yang paling mirip Salim adalah teman pria dari wanita berjaket pink. Tapi dia lebih gempal, dengan muka bulat. Jelas bukan Salim. Lagi pula, bagaimana dia bisa ganti baju di dalam kapsul yang kecil tanpa dilihat orang lain?)

7. Salim masuk ke lengkungan waktu, dia bisa saja nyasar di waktu lain atau bahkan dunia paralel. (Faktor kemungkinan nol. Sama seperti teori 5).

8. Salim keluar dari kapsul dan bersembunyi di balik pakaian orang lain.

Salim ditemukan di tempat yang sangat tidak terduga, namun Tedlah yang mempunyai ide tersebut. Dengan kejeniusan Ted, akhirnya Salim dapat terselamatkan.
---

Buku ini sungguh sangat menyenangkan ketika dibaca. Saya merasa tergoda untuk segera menyelesaikan buku ini karena tertarik melihat akhir dari teka-teki hilangnya Salim. Mungkin saya terlalu menghayati alurnya sehingga tidak memperhatikan bahwa clue tentang hilangnya Salim sudah snagat jelas.

Overall 4/5.



Purwokerto, 7 Maret 2015. 18:05.

Post a Comment

0 Comments