[Book Review] Architecture 034 by Reyhan Ismail



Judul: Architecture 034 | Pengarang: Reyhan Ismail | Penerbit: One Peach Media | Tebal Buku: 186 hlm. | Tahun Terbit: Cetakan pertama, Januari 2022 | ISBN: 97862355159

Membaca buku yang ditulis berdasarkan pengalaman pribadi tentu akan dapat dinikmati sampai kapanpun. Bagi penulis, mungkin ini sebuah mahakarya sekaligus diary yang bisa membawa nostalgia. Namun, bagi pembaca, buku semacam ini jadi sebuah hiburan dan bacaan ringan tentang hidup seseorang.

Saya kenal Kak Reyhan sebagai seorang bloger. Kiprahnya di sosial media, terutama Twitter, sudah tak bisa terelakkan. Dia seorang selebtwit yang mana saya nggak difolback hahaha. Tapi nggak apa-apa, kami berteman di Instagram dan beberapa kali sempat saling sapa dalam obrolan mengenai MIWF. Pertama-tama, saya nggak tahu kalau Kak Reyhan adalah mahasiswa arsitektur, tapi dari buku inilah akhirnya saya tahu lebih banyak.

Sebelum membaca buku Architecture 034, saya memang pernah beberapa kali membaca tulisan Kak Reyhan yang lebih banyak komedinya di blog. Jadi, ekspektasi saya terhadap buku ini juga pasti tidak jauh-jauh dari genre komedi. Mengingat saya nggak kenal-kenal amat sama Kak Reyhan, tapi diberi kesempatan untuk membaca bukunya dan menulis ulasan (yang super telat) ini, saya berharap buku ini tetap bisa dinikmati kapanpun itu.


Alur Cerita

Bicara alur, buku Architecture dimulai dari ketika si tokoh "saya" kebingungan memilih jurusan dan kampus untuk kuliahnya. Ya, 11 12 sama saya yang waktu itu juga galau banget mau pilih jurusan apa. Sama nih, Kak Reyhan dalam buku ini juga merasakan kegalauan yang sama layaknya siswa-siswa yang baru lulus dan tak tahu arah.

Dari yang awalnya mau masuk PTN, akhirnya masuk ke PTS tentu butuh pertimbangan matang. Apalagi yang dipilih jurusan arsitektur di kampus teknik. Yang saya tahu, kampus teknik terkenal dengan ospeknya yang luar biasa kejam dan ternyata hal itu diceritakan juga oleh Kak Rey di bukunya. Benar-benar suasana mencekam yang Kak Rey rasakan perihal ospek juga bisa saya rasakan saat membacanya.

Masa-masa semester pertama yang masih bisa dibilang peralihan juga membuat buku ini dipenuhi kisah-kisah ringan yang nggak bikin bosen bacanya. Pengalaman tugas kelompok yang bikin nyebelin karena dikelompokkan berdasarkan absen juga relate ke saya. Sampe bikin tugas akhir yang bikin kewalahan dan harus nginep-nginep. Semua diceritakan dengan detail.

Salut sama Kak Rey yang akhirnya bisa bertahan di jurusan arsitektur walaupun awalnya nggak tahu setelah lulus mau jadi apa bahkan nggak tahu bisa lulus apa enggak. Hehehe. Tapi akhirnya dengan kelulusannya, dia bisa bikin buku seciamik ini dan bisa dinikmati banyak orang.

Btw, saya penasaran sama band-nya Kak Rey, kayaknya suara dia beneran bagus deh walaupun saya belum sempat dengar. Ya kalau akhirnya buku ini membawa Kak Rey jadi penulis alih-alih arsitek, ya gapapa juga kan? Atau mungkin Kak Rey mau alih profesi jadi penyanyi band aja?

---


Well, seperti yang saya bilang, buku ini bisa dinikmati kapan saja dan oleh siapa saja terutama mahasiswa. Rasanya, kalau baca buku ini kayak dibawa kembali ke masa-masa perkuliahan yang campur aduk rasanya.

Kalau kamu suka baca buku yang ringan, ada bumbu komedi, dan nggak bikin pusing pas dibaca, kayaknya buku ini cocok untuk nemenin kamu sambil minum wedang jahe pas ujan-ujan. Pokoknya bakalan dibawa nostalgia, apalagi kalau kamu mahasiswa arsitektur juga. Hehehe.

Akhir kata, selamat membaca!

Post a Comment

0 Comments