Aku Hanya Ingin Jujur Tanpa Harus Menyakiti

Ada pepatah yang mengatakan, "Jujur itu memang menyakitkan, tetapi melegakan". Aku menyetujui hal itu. Pertama-tama mari kita melihat lagi ke dalam diri kita. Mengenai kejujuran dan segala bentuk lawannya; kebohongan. Semua orang mengharapkan kejujuran dari orang lain, laki-laki-perempuan, tua-muda, pejabat-tukang sampah sekalipun diharapkan memiliki sifat jujur. Sempurna sekali rasanya kehidupan ini ketika semua orang jujur, apalagi sejak kecil kita sudah ditanamkan sifat jujur oleh orangtua.

Pernah dengar istilah "berbohong untuk kebaikan"?
Ketika melakukan hal itu sesungguhnya kita sedang memanipulasi kejujuran dengan harapan ada dampak baik yang muncul setelahnya. Kelihatanya sih bagus dan hebat. Hingga saat ini pun menjadi sebuah pemakluman ketika banyak orang menyebut tidak mengapa bila berbohong untuk kebaikan. Padahal, baik itu menurut siapa? Menurut kita kah? Sebab baik itu relatif.

Apa sih yang membuat kebohongan itu menjadi kenyataan? Biasanya karena kita berada di posisi terdesak. Oke, saya bicara ini nggak pake teori, apalagi survei, cuma melihat dari kehidupan sehari-hari. Dan yang pernah saya lakukan pun seperti itu. Kebohongan kecil sekalipun biasanya memang terjadi karena sedang terdesak. Contohnya sederhananya adalah saya sendiri. Saya mengakui bahwa saya pernah copy paste tugas makalah yang akan dikumpulkan beberapa jam lagi atau semudah menyontek PR milik teman sewaktu SMA dulu. Terlihat biasa memang, tapi itu tetaplah kebohongan.

Pilihan untuk tidak jujur itu milik pribadi masing-masing. Tahu konsekuensinya dan tahu bagaimana caranya. Berlaku tidak jujur sebenarnya punya manfaat untuk menjaga perasaan orang lain. Sesungguhnya perilaku tidak jujur ini ada dalam sebuah teori komunikasi, yaitu Interpersonal Deception Theory (Teori Penipuan Antarpribadi).

David Buller dan Judee Burgoon (1996) mengatakan ada tiga alasan mengapa teori ini dipelajari, yaitu untuk menghindari dan menyakiti perasaan orang lain, menjaga image, dan menghindari konflik yang bisa terjadi antarkerabat atau teman, agar hubungan tetap berjalan dengan baik. 
Pun ada pula tiga cara memanipulasi atau berbohong, yaitu:
a.   Falsification atau pemalsuan, yaitu menutupi kebenaran secara sepenuhnya.
b. Concealment atau penyamaran, yaitu menyamarkan kebenaran. Dalam hal ini, seseorang mengatakan kejujuran tetapi tidak secara detail.
c.   Equivocation yaitu mengelak dengan mengatakan hal lain yang benar.

Mengapa menjadi jujur kelihatan mudah, tetapi sulit dilakukan?
Soalnya takut dimarahin, takut dijauhin, takut nanti nggak disukain, takut ini, takut itu. Ah, ketakutan. Segala bentuk pertimbangan ada di pikiran ketika akan berkata jujur tentang suatu hal. Banyak lelucon antara laki-laki dan perempuan dengan topik sederhana: "Aku gendut nggak sih?" Dijawab bohong, nggak percaya. Dijawab jujur, dipelototin. Maunya apa? Kembali ke ketakutan itu tadi. Manusia selalu banyak takutnya kalau mau bicara jujur, ujungnya ya secara nggak sengaja memilih berbohong saja demi keamanan dan keselamatan diri sendiri. Hahaha.

Saya sendiri menyadari, apa yang saya rasakan ketika tidak jujur memang melegakan di awal, tetapi kemudian malah jadi gelisah. Saya pernah takut untuk berbicara jujur, ketakutan-ketakutan seperti yang saya sebutkan di atas. Saya diam dulu, banyak berpikir, kalau saya tidak jujur hari itu, saya akan tidak jujur selamanya sebab saya harus menutupi ketidakjujuran saya dengan ketidakjujuran lainnya. Hasilnya, seperti rantai panjang yang nantinya akan melilit kita sendiri.

Well, jujur itu tidak selalu asik. Kalau kita tidak suka kepada seseorang, belum tentu kita bisa bicara jujur soal hal itu. Alasannya tentu takut ia tersinggung atau apalah. Lebih susah lagi untuk jujur soal perasaan ke gebetan. Ah, ini mah versi lain dengan tindakan yang sama. Dibanding dulu, saya mungkin lebih terang-terangan sekarang. Kalai saya tidak suka, ya saya bilang tidak suka. Meskipun jadinya ada beberapa yang merasa tersakiti dengan perkataan saya. Kemudian saya jadi berpikir ulang bahwa pernyataan kejujuran dari saya itu salah. Padahal, bisa jadi cara penyampaiannya yang salah bukan kontennya.

Hari ini, saya cuma mau berusaha untuk bisa jujur kepada siapapun. Siapapun, ya, catat ini. Dengan cara baik akan saya sampaikan supaya orang mau menerima kejujuran saya tanpa harus merasa tersinggung ataupun tersakiti.

Sekian.

Kamar Kos, menjelang 12.
27 Januari 2017.

Post a Comment

2 Comments

  1. kadang mau jujur tapi jadi serba salah. jujur memang hal yang ga segampang yang dipikirkan

    ReplyDelete

Apa tanggapan kamu setelah membaca tulisan ini?