Kuucapkan selamat pagi
Pada untaian awan di langit luas
Pada semburat kuning di ufuk timur
Padamu yang menjanjikan hidup lebih baik
Ada lipatan rindu yang terbuka
Soal kosa kata yang berantai dalam bait
Bertumpuk, tersusun jadi menara bahagia
Pada debar yang berdegup sesuai detik jam
Angin menjelma jadi si pengantar
Untuk sebuah kesan pada awal pertemuan yang unik
Setiap langkah yang berjejak
Aku mengamini
Ada suatu takdir yang digariskan untuk setiap manusia
Untuk berbagai hal dalam semesta
Untuk setiap kata yang bersembunyi
Kita mungkin tak menyadari
Terlalu sibuk pada dunia masing-masing
Pada guratan pena dan segelas kopi
Pagi menjadi pusat kegembiraan
Tentang kita yang berdiri bersama
Bersisian, berseberangan, atau mungkin bergandengan
Kita hanyalah butir pasir di pantai
Kecil, terabaikan, namun ada.
Purwokerto, 4 Desember 2015. 01:37
8 Comments
semoga butir pasir pantai itu jadi butir megah suatu zaman abadi nanti....
ReplyDeleteAamiin :)
Deletepantai mana nih?
ReplyDeleteYang atas pantai menganti, pantai yang bawah itu di jogja. Lupa namanya. Hehehe
DeleteButiran pasir malang nasibnya. Kasian.
ReplyDeleteIya ya kak. Hahahaha
DeleteKITA? WHAT!!! Ciyee udah gak jomlo.. bahasanya pake kita.
ReplyDeleteOw, ya, gue mau nanya soal foto kaki doang itu, korelasinya di mana ya? Oh... rupanya foto pasir, terus kakinya ngikut eksis.
Tapi, kenapa Kita hanya sebgai butiran pasir? Apakah ketangguhan masih ragu merasuk jiwa dan ragamu? Ah... gue selalu ngawur kalo baca puisi, pengen nulis gini. Tapi gak bisa. -_-
HAHAHAHA! Masih jomlo aja kok, Kak :D
DeleteIya karena aku punyanya foto kaki di atas pasir itu wkwk. Jadinya itu aja yang dipasang.
Ibarat aja kok. Soalnya kayak gini aku mikirnya. Kita sama-sama di antara orang-orang, ramean, tapi tetep terabaikan satu sama lain. Gitu nggak ya? wkwk. Sok wae nulis kak :D
Apa tanggapan kamu setelah membaca tulisan ini?