Sebagaimana Waktu Berjalan, Perkara Memasak Tak Pernah Mudah

Daster tidur dan cita-cita bangun pagi sepertinya harus diubah mulai dari sekarang. Perkara tidur memakai apa dan tidur jam berapa juga tak jadi hal yang pasti dalam kurun waktu tiga tahun belakangan. Sebab, waktu banyak terbuang hanya untuk melihat video-video Tiktok yang dulu sempat diancam akan diblokir oleh Kominfo.

Selagi berpikir kapan bisa bangun pagi dan mulai untuk belajar banyak hal, aku lebih suka mengetik ini sambil rebahan. Kadang menulis dengan sebuah tema menjadi sangat menyulitkan. Tulisan ini pun diniatkan sebagai salah satu muntahan pikiran dan tulisan bebas yang tidak jelas isi dan juntrungannya. Hanya saja aku merasa perlu menumpahkan satu persatu isi pikiran yang selama 31 hari kemarin tak juga ada wujudnya.

Perlu aku beri pernyataan pertama bahwa aku merasa defensif untuk hal-hal yang kadang sangat kecil, tetapi mungkin saja itu benar. Aku memilih untuk tersinggung duluan alih-alih bertanya sebelumnya. Tapi ya, kenyataannya memang salahku walau aku enggan mengakui kalau aku salah. Kemudian baru menyesal dalam beberapa waktu ke depan.

Belakangan aku seperti masuk dalam kotak yang aneh. Aku ingin bertanya padanya, "Apakah aku boleh mengekplorasi diri dan bereksperimen untuk makanan yang aku ingin? Dan membeli semua bahan yang aku mau?" Tetapi pikiranku seperti mengajak bahwa aku harusnya membuat makanan yang bisa dimakan berdua dan menghemat lebih banyak uang.

Oke, mari kita urai hal ini. Aku ingin makan makanan yang kumasak dan aku memilih banyak bahan yang kiranya sedikit di luar budget dan mungkin saja aku akan mengalami kegagalan memasak. Kau tahu kan kalau memasak itu butuh eksperimen sampai kau benar-benar mahir dan tak lagi banyak gagal? Aku ingin melupakan kalimat, "Masaklah sehemat mungkin." tetapi di sisi lain aku ingin makan spageti rumahan yang kubuat sendiri dengan bahan-bahan yang di luar bugdet itu tadi.

Apakah dengan aku memasak spageti lantas aku akan melakukan pemborosan? Iya, jika aku memasak itu setiap hari dan parahnya aku bisa membuat kami berdua masuk rumah sakit.

Tetapi percayalah, aku yang tidak bisa memasak makanan rumahan ini sangat suka bereksperimen. Memasak pizza roti, tahu telur asin, tahu telur tomat, dan makanan lain yang jarang dimasak ibuku dan ibunya adalah sesuatu yang bisa aku masak dan akan habis dengan sekali makan. Artinya, aku tidak perlu menghangatkan makanan itu untuk dua kali yang berpotensi membuat makanan itu menjadi berubah rasa.

Tetapi bagaimana jika ia menyukai masakan rumahan? Aku ingin menggantinya dengan makanan yang kuolah dengan tanganku, apapun itu. Supaya jangan makan mi dan telur setiap hari.

---

Note: tulisan ini berakhir tanpa ada akhir karena terlalu malas melanjutkan. Selang beberapa minggu, aku membaca ulang tulisna ini dan entah mau dilanjutkan seperti apa. Tetapi, mungkin tulisan ini akan tetap dipublish meskipun tidak utuh.

Seperti sedia kala, blog ini akan jadi laman jurnal berisi curhatan tidak penting. Blog ini ada sejak tahun 2011 dan berisi cerita-cerita yang mungkin sudah banyak aku arsipkan. Dan seperti itulah ia menyimpan banyak kenangan.

---

Kemarin aku mencoba memasak nasi uduk rice cooker dan memasak sayup sop bakso. Enak? Tentu saja, hanya kurang beberapa bumbu mengingat itu percobaan pertama, setidaknya rasanya tidak awur-awuran. Aku mencoba mengurainya satu persatu.

Nasi uduk yang kubuat di rice cooker berbekal resep dari Tiktok sudah benar secara step, hanya saja aku masih terlalu takut untuk memasukkan garam dan penyedap. Mungkin lebih baik hambar dibanding keasinan. Kalau keasinan, aku dan suamiku nggak akan mau makan itu. Saat nasi uduk matang, harum gurih menguar, namun saat dicoba... beneran hambar. Ya sudah, kami tetap makan itu sebagai nasi uduk.

Menyoal lauk teman nasi uduk, aku membuat orek tempe kering yang hasilnya kekeringan dan sedikit gosong. Berniat memasak tempe orek kering, aku tidak menambahkan air saat menumis bumbunya, sehingga tempe yang kugoreng kering itu ikut tergoreng lagi dengan tumisan bumbu dan berakhir sedikit gosong juga rasanya yang kemanisan, kata suamiku. Padahal aku hanya menambah gula sedikit sekali dan memang kecapnya agak terlalu banyak, tapi aku suka.

Yang bisa dibilang berhasil hanyalah ayam goreng. Lagi-lagi aku mencoba resep ungkep ayam dari Tiktok dengan bumbu instan dan tanpa air, melainkan menggunakan minyak goreng beberapa sendok. Hasilnya sudah pasti enak meski menurutku agak terlalu asin. Cuma, semuanya jadi balance dengan nasi uduk yang hambar tadi.

Saat mencoba memasak sayur sop, aku berpikir akan memasaknya sedikit saja karena hanya dimakan berdua. Kugunakan sauce pan untuk memasak dan kutambahkan bakso ayam dengan jumlah agak banyak, alhasil kepenuhan. Tapi untuk sayur sop kali ini bisa dibilang berhasil.

Ya, begitulah cerita masak-memasak yang tidak seberapa ini.

Post a Comment

0 Comments