Hari-Hari Penat dan Sejumput Kenangan Laknat


Kadang kita perlu sedikit menelaah, mengapa kita selalu merasa baik-baik saja padahal ada hal-hal yang tidak benar di kepala. Hari ini saya merasa kenyang sekali, usai makan sepiring nasi dengan sayur tahu tauge juga telur dadar cabe buatan ibu. Saya masih terus makan masakan ibu dan memasak hanya ketika saya ingin. Itu pun hanya untuk makan sendiri. Anggap saja hari ini saya sudah memasak, meski hanya fettucini bolognese instan yang saya masak dengan menambahkan bawang putih dan bawang bombay. Bahkan menambah garam pun tidak.

Hari ini saya terlampau lelah. Juga beberapa hari belakangan. Saya merasa ketar-ketir barang sebentar. Saya merasa penat dan teringat hal-hal laknat di masa lalu. Tidak bergairah bercerita apapun dan pada siapapun. Saya ingin marah, ingin melihat dunia luar, ingin berjalan tak tentu arah. 

Kemungkinan terbesar penyebab saya ingin marah-marah mungkin karena paket yang tak kunjung tiba, atau juga kesibukan dalam pikiran saya yang terlampau banyak tapi tak lantas dikeluarkan. Saya sudah lama tidak menulis, tidak posting-posting, tidak juga membuat puisi-puisi kamisan seperti sebelumnya. Maka dari itu. saya juga merasa hampa. Setiap hari hanya kerja, rebahan, scroll media sosial, tidur. Saya seperti tidak punya motivasi apapun untuk melakukan hal lain yang menyenangkan.

Saya nggak tahu ini burnout atau bukan, tapi rasanya saya ingin meledak.

Sekarang kepala saya sakit, perut saya juga karena kekenyangan. Padahal hanya makan sedikit. Rasanya jadi ingin muntah.

Hari ini Maudy Ayunda posting foto nikahan. Dan saya nggak kaget-kaget amat, biasa saja. Karena ya memangnya setiap orang berpacaran, seluruh dunia harus tahu? Kan enggak. Jadi, pilihan untuk tetap merahasiakan atau membuatnya keep it privately adalah hal lumrah dan wajar yang harus diamini oleh semua orang. Menurut saya sih seperti itu.

Hal berikutnya yang membuat saya ingin marah adalah tentang seseorang yang tiba-tiba muncul di DM dan mengirim foto tulisan saya dengan gambar kupu-kupu di tangannya. Saya merasa sudah tidak perlu berurusan lagi dengan si empunya akun karena bagi saya, kenyamanan hidup saya adalah yang utama. Selain itu, saya menghargai keberadaan pasangan saya sekarang. Saya tidak ingin kedatangan orang tersebut mengganggu kestabilan hidup saya yang sekarang. Karena dulu sudah sempat oleng dan bahkan saya merasa kedatangannya seperti hanya ingin mengganggu.

Beberapa hal yang membuat saya semakin enggan memperpanjang komunikasi adalah karena saya merasa seperti terjaring. Kalian mungkin tahu, bagaimana ketika seseorang datang saat butuh, lalu menghilang, lalu datang lagi seperti tidak ada masalah apa-apa. Tetapi ketika saya bilang sudah punya pasangan, ia merasa tersakiti. Dua kali saya menemukan spesies orang semacam itu. Dan dua-duanya terpaksa saya cut dari lingkaran hidup karena naif sekali kalau saya membiarkan orang tersebut memporak-porandakan hidup saya lagi.
---

Dalam hari-hari komunikasi yang minim dengan pasangan, saya sudah tidak merasa curiga kalau dia akan berkomunikasi dengan perempuan lain. Saya tahu tabiatnya seperti apa dan saya percaya dia bisa dipegang omongannya. Begitupun dengan saya sekarang, saya sudah sangat malas meladeni berbagai obrolan dengan lelaki lain yang tidak penting. Karena ya memang saya kembali pada mode malas untuk mengobrol.

Saya saat ini sedang memasuki mode jenuh melakukan apapun. Dan menulis ini pun menjadi salah satu yang saya pikir bisa meredakan penat di kepala. Menjelang harinya, saya rasa justru diri saya semakin tidak jelas. Saya nggak ingin terlalu banyak pikiran, tapi nyatanya malah saya merasa hari-hari semakin melelahkan. Ingin sekali rasanya liburan. Ingin sekali rasanya pergi ke suatu tempat tanpa memikirkan apapun.

Meski di rumah banyak rebahan, saya merasa beda jika dibandingkan misalnya kita pergi ke luar kota. Saya sungguh merasa penat bahkan untuk hari-hari kerja dari rumah yang biasanya saya selingi dengan tidur siang.

Post a Comment

0 Comments