Dua Tujuh dan Mulai Berlabuh

Aku ingat ketika dua enam adalah hari Senin dan tangis masih sering menghiasi hari-hari sebelum subuh, menjelang tidur, bahkan pagi di perjalanan menuju kantor. Dua enam pada waktu itu adalah masa mengikhlaskan banyak hal, masa berdamai dengan diri sendiri, masa ketika aku merasa sudah saatnya memulai hal lain yang lebih baik dan pelan-pelan melepaskan apa yang jadi beban di pundak.

Pada dua enam yang lalu, aku berencana, tahun depan aku akan pergi ke luar kota lagi. Mengambil cuti, memilih work from home, hidup lebih baik, tidak menyakiti diri, lebih sering menabung, dan travelling sesuka hati. Rencana besar seperti menikah belum ada di daftar hidupku pada waktu itu. Karena memang belum menemukan orang yang tepat. Beberapa kali didekati orang pun aku tidak berpikir akan berakhir ke pernikahan.

Picky. Yes, it's me. Bagiku usia dua enam waktu itu adalah titik balik kehidupan. Kamu tidak bisa asal memilih, kamu harus bisa menentukan perencanaan dengan matang. Hidupmu harus lebih baik, minimal punya tabungan setiap bulannya. Karena untuk bertahan hidup itu susah. Menggantungkan hidup pada orang lain jauh lebih susah.

Sepanjang dua enam, hanya dua bulan aku sendiri. Sisanya, hari-hariku mulai dipenuhi memori baru yang menyenangkan. Aku memang mencari seseorang, dan hampir masuk dalam fase: "Sudahlah aku akan menikah dengan siapa saja nanti."

Ternyata tidak segampang itu. Sempat main dating apps, rasanya aku hanya butuh teman ngobrol, bukan pasangan. Namun, jeda dua bulan dari dua enamku, ada yang tiba-tiba berubah. Aku memang dekat, tetapi tidak terpikir akan menikah pada waktu itu. Aku menggenap—entah sampai kapan. Kupikir, ini hanya akan berjalan sementara. Sebab pikiranku masih seringkali kosong. Rencanaku masih sering berantakan. Hidupku masih sering terasa hampa.

Di antara waktu-waktu yang lalu, dua enam jadi masa peralihan yang sederhana. Gerbang pertamaku adalah bagaimana aku bisa mulai melepaskan cerita-cerita di masa lalu. Selanjutnya, aku sudah bisa mulai membuka kembali hatiku, meski dengan agak takut-takut. Memilih dan dipilih, dua hal yang belum pernah aku dapatkan sebelumnya.

Aku beranjak, bergerak pelan-pelan. Berusaha mempercayai bahwa aku berada di jalan yang benar, aku menjalani bagian dari doa-doa orang baik.

Saat menjelang dua tujuh, aku tidak menyangka bahwa realita semenakjubkan ini. Rencana demi rencana, doa demi doa, harapan demi harapan, satu-satu terwujud. Aku sedang melangkah dalam perencanaan yang serba tak terduga. Ya, rencana dari pindah haluan di awal dua enam.

Jika di dua enam aku bilang, "Aku nggak tahu mau nikah kapan. Dah lah belum mikirin itu."

Di dua tujuh aku bisa bilang, "Aku sudah siap hidup bersama dengan orang yang kupilih dan membersamainya untuk tetap bertumbuh dan berkembang."

Aku kini telah genap di usia yang ganjil. Melewati hari-hari menyenangkan, sampai rasanya rindu bikin cerita patah hati, tapi yang ditulis justru cerita bucin nan bahagia. Ingin kuubah mindsetku tentang aku yang hanya bisa lancar menulis ketika patah hati. Tapi sekarang aku ingin membiasakan diri menulis saat sedang senang juga. Sebab, hari-hariku telah berisi kesenangan dan ketenangan. Bersama orang yang tepat, aku aman.


P.S.

Tadi lagi kepikiran, betapa bersyukurnya aku karena pasanganku bukan orang yang suka mengungkit masalah yang sudah lewat. Ia memaaafkan dan melupakan. Aku ingat, salah satu hadist dalam kitab nikah bilang, "Jika istrimu melakukan kesalahan dan kemudian ia taat, janganlah kamu mencari-cari perkara (mengungkit-ungkit kesalahannya)."

Dalam waktu yang belum sebegitu panjang ini, kami pernah beberapa kali salah paham. Tetapi semua berakhir baik dengan saling memaafkan dan mengakui kesalahan. Bagiku itu cukup. Secara tidak langsung, ia juga mengajariku untuk bersikap sewajarnya, tidak membesar-besarkan masalah. Ketika salah, minta maaf, dan jangan mengulangi kesalahan yang sama. Dengan begitu kami bisa sama-sama percaya.

Intinya di dua tujuh ini, aku merasa lebih baik. Semoga doa-doa baik dikabulkan Allah. Semoga rencana-rencana, baik jangka pendek atau panjang, bisa direalisasikan dengan baik. Semoga hidup diberkahi dengan hal-hal baik.

Tidak ada yang lebih menyenangkan selain menemukan orang yang tepat di hidupmu.


Rumah, April 2022.

Post a Comment

0 Comments