Januari & Hal-Hal Menyebalkan

Hal-hal menyebalkan seperti kepala yang sakit,  jalanan macet, Senin pagi, dan pikiran yang ribut sejak semalam.

Saya sedang menuju entah kemana. Membuka catatan yang hampir saya kirimkan pada partner dan hanya berakhir di catatan saja. Mata saya mengantuk sekali, tetapi sama sekali tidak bisa terpejam karena pikiran benar-benar ribut dan akhirnya memilih mengetik ini saat sedang di angkot dengan posisi duduk di pinggir pintu. Apakah orang lain punya pikiran seribut ini juga?

Melihat orang tertidur di angkot saya ingin kembali ke rumah, bergelung di dalam selimut dan tidak melakukan apa-apa sampai besok. Melihat orang menonton film—yang saya asumsikan adalah Drama Korea—di ponsel bikin saya ingin menonton tanpa gangguan dari manapun.

Semalam saya bilang ke mas partner kalau saya bersyukur punya dia walaupun malam tadi saya merasa sendirian. Saya merasa tidak punya siapa-siapa. Saya merasa terlalu lelah dan terlalu hampa untuk berpikir masa depan apa yang harus saya jalani bahkan dengan pasangan saya?

Saya merasa nggak punya energi untuk memikirkan hal tersebut dan tidak berani mengandai-andai sebab di pikiran saya kemudian muncul sekelibat keinginan menggores nadi kembali. Saya mau menangis sekarang. Sial.

___

Oke, datang ke kantor dan langsung berangkat ke lokasi proyek untuk photoshoot bikin kepala saya makin ruwet. Migrain ini kayaknya nggak bisa disembuhkan sama obat. Sebut saja mulai dari paramex, bodrex, bodrexin (yang dulu saya kira bisa menyembuhkan sakit kepala), panadol, mixagrip (yang ada khasiat untuk menyembuhkan flu juga), sampai kafein yang dirasa bisa mengusir sakit, tetap enggak mempan. Misalnya, pagi saya minum obat, siang sembuh, menjelang pulang akan kembali migrain lain.

Berpura-pura tidak terjadi apa-apa juga menyebalkan. Saya merasa lelah dan merasa nggak ingin kemana-mana. Saya mau dipeluk, bahkan semalam saya memeluk adik saya sebelum tidur sambil tertawa-tawa. Tempo hari sepulang kerja dengan pikiran ruwet, saya bermain dengan dua balita anak tetangga dan membuat pikiran saya cukup terurai. Nggak, bukan berarti saya butuh punya anak sekarang juga. Saya kadang butuh istirahat.

Benar kan kata orang, ketika kamu lelah, maka istirahat, bukan mengakhiri hidup. Namun, mengakhiri hidup kan sebuah istirahat panjang.

Walaupun sering kepikiran seperti itu, saya masih tetap ingin hidup. Ketika menulis paragraf ini, perasaan saya sudah membaik. Hanya saja masih merasa lelah luar biasa. Entah bagaimana menjalani hari ini di kantor. Rasanya saya ingin melanjutkan tidur saja. Tumpukan pekerjaan ini bikin saya stres. Ditambah saya harus berpikir keras apa yang harus saya tulis dan saya siapkan. Juga lagi-lagi ingin mengeluh karena saya cuma sendiri.

___

Jam pulang kantor dan kepala saya semakin sakit. Dua jam sebelumnya meeting virtual dan saya kehilangan banyak fokus sampai akhirnya menenggak Panadol sebelum pulang.

Saya ingat ada beberapa hal yang membuat Januari tampak lebih menyebalkan: kepergian dua orang kerabat yang sungguh membuat hati saya sakit saking sedihnya. Pertengahan Januari kabar duka datang dari kerabat jauh yang berpulang. Dua minggu setelahnya kerabat lainnya menyusul. Saya benar-benar merasa seperti ditikam berkali-kali mengingat ada janji yang beliau katakan saat saya bertemu terakhir kali.

"Nanti, kalau Tiwi nikah, pakde bakalan dateng ke Bogor."

Ya, dan karena itulah saya menangis saat mendengar kabar kepergiannya. Bahkan menulisnya pun cukup untuk membuat mata saya tergenang. Namun, saya sudah mengikhlaskan janji tersebut agar beliau tenang di alam kubur. Entah kenapa saya merasa begitu teramat sedih sampai mengingatnya saya sudah membuat sesak, tapi saya nggak ingin terus-menerus mengulang tangis di bus Transjakarta.

Januari hampir habis. Saya lelah, sakit kepala, dan hampir menyerah. Gigi bungsu terasa linu, kepala sebelah kanan sakit sekali. Saya baru saja bilang ke mas partner, apa saya harus memakai koyo di jidat layaknya emak-emak? Dan dia hanya tertawa.

Semoga Februari adalah kabar baik. Semoga doa baik menjadi kenyataan.


Jakarta, 31 Januari 2022.

Ditulis di pagi, siang, dan menjelang pulang pukul 18.32

Post a Comment

0 Comments