Berkelindan


Mari merencanakan hidup bersama dan kotak-kotak pandora akan terbuka seiring berjalannya waktu. Mudah untuk bilang, "Aku cinta kamu", tapi mengambil tindakan dan keputusan besar tidak semudah yang dibayangkan.

Trust. It's all about how we communicate the whole problem, the whole plan, and the whole life. We did it. So far.

___

I can imagine how's my life with you in my first day we met. Seperti lagu Mine milik Taylor Swift, aku melihatmu seperti sebuah masa depan yang unik. Hari pertamamu di kantor adalah hari kesekianku datang kepagian karena jalanan terlalu lengang. Berjalan di belakangmu, tak tahu rupamu, mengagumi punggungmu.

Cukup. Aku tidak kenal, tapi kenapa bisa suka? Creepy. Aku tahu. Mungkin ini sisi gelap yang semua orang punya.

Kalau Taylor Swift bertatapan dan membayangkan bagaimana mereka hidup bersama selanjutnya, aku tidak. Aku hanya melihatmu sekilas dan berlalu. Dan begitulah awal mula yang tidak dramatis ini.


"So, Taylor Swift was the first of us to imagine an entire future with someone based on a first glance."

___


Dalam sebuah ruang berpikir aku bertanya, "Mengapa pada akhirnya aku mengiyakan ajakannya untuk serius? Mengapa pada akhirnya aku bisa sesayang ini pada laki-laki yang awalnya hanya kuketahui dari punggungnya?"

Aku ingat kalimat pertamaku yang mampir di kotak pesannya: "Mas, kopinya di dalem, ya."

Dan ia hanya jawab, "Okay" tanpa tanda titik.

Itu hari kedua ia berada di ruangan yang sama denganku, duduk di kursi kerja sebelahku sebelum akhirnya pindah tempat duduk ke ruang lain karena ruangan kami terlalu penuh.

Itu pertama kalinya kusapa ia secara pribadi lewat teks.

Saat sedang memikirkan alasan mengapa aku menyayangi orang ini, ia muncul dalam sebuah pesan gambar. Baju-baju terlipat cukup rapi. Aku tahu itu baju-bajunya dan ia pamer kerajinan karena melipat bajunya sendiri. Waktu-waktu sebelumnya pun ia kerap memamerkannya padaku, mulai dari mengepel rumah, menyapu halaman, membetulkan genteng bocor, membongkar saluran air, sampai membantu ibunya membungkus kue.

Dari sikapnya yang demikian, aku justru mulai khawatir, apakah aku bisa mengimbanginya? Apakah aku akan jadi pendamping yang baik untuknya? Apakah aku bisa menjadi teman hidup yang membantunya berkembang bersama?

Aku tidak tahu. Belum tahu. Tetapi aku mau.


Orang-orang bilang bertengkar dalam sebuah hubungan adalah bumbu, tapi bagiku it's a big deal. Aku tidak pernah ingin bertengkar, walaupun itu kadang terjadi tidak sengaja. Aku pernah ingat podcast Raditya Dika yang bilang kalau di tahun pertama pernikahannya, mereka tidak pernah bertengkar hebat, mungkin hanya hal-hal kecil. Dan begitulah aku ingin hidup. Segala hal harus dibicarakan sebelum menikah, saling terbuka, dan membiasakan diri dengan sikap dan sifat pasangan.

"I remember that fight 2.30 a.m..."

No, it's not us. Malam itu aku sedang amat sangat lelah dan hampir tertidur, tetapi kemudian tetap mengabari partnerku seperti biasa. Rupanya ia memintaku untuk mengirim sebuah foto. Dalam posisi mengantuk dan jilbab yang jauh dari jangkauan membuatku enggan mengirim foto padanya.

Dan terjadilah keributan kecil di jam 1 malam. Kutelepon sekali, tak diangkat. Kukirim beberapa chat sekaligus, tak dibaca. Kutelepon kedua kali, diangkat, tetapi menyebalkan sekali.

Dan kubiarkan ia dengan marahnya. Kubiarkan diriku gelisah malam itu.

___


Dalam percakapan panjang melalui panggilan video yang seringkali aku dan ia lakukan, kami mengobrol banyak hal. Satu persatu, soal hal-hal yang memenuhi pikiranku, sesuatu yang mengganjal pikirannya, dan merencanakan masa depan bersama. Kami tahu, ada banyak sekali kemungkinan untuk membuat kami tidak bersama. Namun, kami sudah sampai di sini dan memilih untuk saling memperjuangkan.

Kalau bertengkar kecil adalah caranya untuk ia tahu bagaimana sifatku menghadapi permasalahan, bagiku bertanya dan membahasnya setelah kepala dingin adalah cara untuk memahami pola pikirnya. Dahulu, selain menghindari pertengkaran, aku selalu enggan membahas sesuatu yang membuat aku dan pasanganku tidak akur, tetapi sekarang lain. Aku berusaha meningkatkan kepekaanku dan berkomunikasi secara asertif untuk memperjelas apa yang perlu kutahu tentang pasanganku. Alih-alih menolak ditanya soal hal yang menyebalkan, kali ini aku belajar lebih terbuka.

Dan mengapa aku sangat sayang sekali pada orang ini?

Karena hampir semua yang menjadi kriteriaku dan hal-hal yang kuinginkan untuk membangun rumah tangga sudah ada padanya. Aku tak perlu mencocokkan diri terlalu banyak, sebab dari awal semuanya terasa klop satu sama lain. Hanya ada beberapa hal yang mungkin perlu diselaraskan, dimaklumi, dan dipahami.

Kami sudah menawarkan diri masing-masing sejak awal, ketika siap berkomitmen, artinya segala kekurangan dan kelebihan harus diterima dengan lapang dada. Jika ada hal-hal yang dirasa kurang berkenan, kita bisa sampaikan. Aku tahu, ini terlihat mudah sekaligus tidak, bahkan di waktu-waktu awal penyesuaian, tetapi pada akhirnya kami membuat progres. Kebersamaan beranjak, rasa percaya meningkat, dan kami sudah saling tahu caranya berkompromi satu sama lain tanpa menimbulkan pertengkaran yang terlalu.

Tulisan ini sudah terlalu panjang, tapi aku masih belum tahu bagaimana mengakhirinya. Sebab, ini akan jadi catatan panjang bahkan sampai episode-episode selanjutnya.

Terakhir, mengapa akhirnya memilih dia? Karena aku tahu dia bisa diandalkan dalam banyak hal.

Sekian.


Love you,

Tiwi.


P.S

"Aku senang baca tulisanmu dan bahkan bikin senyum-senyum sendiri." It's a compliment from him to me and I loved to write everything about him in my social media.

Menulis ini sambil dengar lagu Mine-nya Taylor Swift, tiba-tiba nangis karena merasa sudah menemukan orang yang tepat. Dan semoga selamanya.


Januari 2022.

Post a Comment

2 Comments

  1. Hmhubungan kalian sudah lama tapi kamu masih bisa menulis ini. dia laki-laki yang beruntung, seperti kamu perempuan yang juga beruntung.

    semoga hubungan kalian baik-baik, menuju yang baik-baik, dan tetap baik-baik.

    turut senang membaca tulisan ini. patut dirayakan. apakah kamu ada rencana mengajak dia makan sate lagi dalam waktu dekat ini? semoga sate tidak pernah bikin bosan!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kami sama-sama beruntung telah menemukan satu sama lain.

      Aamiin. Terima kasih untuk doanya,Gip. Semoga doa baik menyertaimu juga ya.

      Selama bersamanya, jujur saja kami baru dua kali makan sate bersama, tapi rasanya makan sate jadi spesial karena itu makanan pertama yang kami santap berdua. Mungkin akan mengajaknya lagi nanti ketika bertemu. Hahaha.

      Delete

Apa tanggapan kamu setelah membaca tulisan ini?