Berkunjung ke Depok & Langit Sore yang Elok

Kepada siapa rasa syukur kaulangitkan setelah badai menempamu yang sekarat? Kepada siapa doa-doa kaurapal setelah tangis sedu sedan menjadi karibmu setiap malam? Kepada siapa segala puja puji kau sembahkan sebab kali ini dirimu terlampau bahagia?

Kepada Sang Pemilik yang memberimu hidup sampai detik ini.

___

Duka seperti perantara antara bahagia yang satu dengan bahagia yang lain. Berawal dari cerita tak sengaja, drama makan sate, sampai pura-pura nebeng, hingga keadaan tak terduga lainnya yang datang berturut-turut. Aku sedang berpikir, apa kiranya yang membuatku bisa sampai di rumahnya jika tanpa sebab?

"Besok mau ikut kondangan? Sekalian ketemu keluarga besar."

Aku terdiam. Kutanya kapan waktunya, tetapi yang muncul di pikiranku adalah, "Kenapa dadakan sekali? Aku belum jadi beli baju baru, aku belum jadi beli sendal baru. Aku belum punya tampilan yang layak untuk bertemu keluargamu."

Kuakui, tidak ada rasa degdegan atau grogi sama sekali. Aku sudah mulai terbiasa bertemu orang baru. Tidak lagi seperti dulu yang terlalu pemalu, sampai harus berpura-pura tidak tahu. Kali ini aku sudah lebih banyak persiapan, membaca postingan Instagram dan video Tiktok tentang "Apa yang harus dilakukan saat bertemu calon mertua?" Jadi, aku yakin aku tidak akan terlalu kikuk atau gugup. Hanya saja satu hal: aku masih belum punya ide mengenai pembicaraan apa yang akan aku bawa ketika bertemu ibunya.

Sejak ia menyampaikan niatnya mempertemukanku dengan keluarganya, aku sudah siap. Tetapi, tetap kusampaikan keluhanku mengenai, "Harus pakai baju apa?"

"Pake baju yang ada aja."

Case closed. Aku langsung membongkar isi lemari dan mencoba mencari pakaianku yang banyak tapi tidak cocok untuk digunakan ke acara undangan. Bagaimana pun, aku ingin tampil sebaik mungkin di depan keluarganya.

Setelah drama omelan bos pagi hari di grup kantor, ia datang saat aku baru menyendokkan dua suap ketoprak yang ibu beli.

"Tuh, si Om udah dateng," seru adikku. Cepat sekali, kupikir. Padahal ia bilang akan berangkat jam 8.30 pagi.

"Sebentar, ya, sahabat!" Teriakku dari dalam rumah. Ia hanya berdehem ringan sambil memainkan ponselnya.

Aku lantas bergegas ganti baju dan menggunakan jilbab. Ditunggu oleh seseorang sungguh pressure bagiku. Aku tidak suka membuat orang menunggu terlalu lama. Jika bukan karena akan pergi ke undangan, mungkin aku akan pergi tanpa polesan apapun di wajah. Setelah 30 menit, tanpa repot membuat alis dan eyeliner, aku sudah siap. Ya, 30 menit itu lama sekali mengingat aku repot saat menggunakan pashmina yang beberapa kali kuganti-ganti modelnya.

Hal pertama yang kuperhatikan dari penampilannya pagi itu adalah rambutnya dan jaket kulitnya. Hei, Anda abis ngojek dari mana?

"Bohong, ya? Katanya botak?"

"Ya, nggak jadi botak dong. Sengaja nggak ngasih tau kamu."

"Nyebelin banget ih!"

Ia tetap ganteng seperti biasanya, tapi memang lebih ganteng ketika habis potong rambut. Hehehe. Dan benar yang ia bilang waktu itu, aku akan makin suka ketika melihat gaya rambutnya.

___

The best things is... feeling accepted.

Ketika kamu ada di antara orang baru yang asing bagimu, perasaan yang muncul pertama kali tentu keinginan untuk diterima. Dan keadaan itu menghampiriku setelah sekian bulan berada di sisinya, tahu keluarganya, dan kali ini menjumpai secara langsung ibu yang melahirkannya, menjadikannya laki-laki baik yang juga membawaku menjadi baik pula.

Aku merasa berada di tempat yang benar saat hari itu tiba. Pikiran-pikiran rumit mulai terurai dan menjelma jadi satu persatu jawaban atas pertanyaan di kepala.

Tidak perlu ada yang dikhawatirkan, kalaupun ada itu hanya sedikit. Kamu hanya perlu beradaptasi dan mulai membenahi dirimu sejak dalam pikiran. Sebab, pikiranmulah yang sebenarnya membuat dirimu jadi lebih rumit.

Sejujurnya, aku senang bertemu keluarganya. Perasaan diterima yang hangat, seperti sedang pulang ke rumah.

___

Langit sore berwarna lembayung, jalanan macet, serta angin hangat yang menerpa helm kami berdua. Sesekali tangannya mampir di lututku, menepuk-nepuk pelan sambil membanggakan Kota Depok kesayangannya. Aku hanya tertawa dan merasa bersyukur sore itu kuhabiskan dengannya dalam keadaan baik dan langit yang sungguh cantik.

"Aku bersyukur ketemu kamu. Ketemu yang lebih cantik di luar sana pasti banyak. Tapi mungkin, memang kamu jawaban dari doa-doaku selama ini," katanya.

Klise. Cheesy. Dan sinetron sekali. Tetapi ia bicara bukan hanya dengan kata-kata, tetapi juga tindakan. Itu yang pada akhirnya membuatku percaya, walaupun aslinya mesem-mesem enggak jelas karena belum pernah ada yang bicara demikian kepadaku. Justru dia yang pertama dan semoga menjadi satu-satunya di hidupku.

Kita masih akan terus bicara banyak hal. Kita masih akan terus merencanakan banyak hal. Hari-hari ke depan, waktu-waktu yang panjang dalam hidup kita masih misteri, tapi tidak apa untuk selalu mengupayakan yang terbaik. Tidak apa untuk selalu saling menyayangi, saling mencintai, saling memberi dukungan, saling terbuka, dan saling memahami apa yang menjadi kekurangan masing-masing.

Kita masih akan terus berupaya dan berdoa untuk segala sesuatu yang kita butuhkan. Kita masih akan terus meminta kemudahan pada Sang Pemilik Hidup.

Mari tetap menjadi partner dalam segala hal, Mas!

Ayok makan nasi goreng! Hahaha


Halte BKN, hari ulang tahunnya Taylor Swift

19:18, jam orang pulang kerja.

Post a Comment

6 Comments

  1. Pernah sekali waktu sempat salah bicara sama teman perempuan soal betapa lamanya mereka siap-siap. Saya langsung dihardik secara serentak oleh mereka. Ha ha ha. Kalo saya mah, bangun pagi ke kampus lamanya ngumpulin nyawa aja. Selain itu, biasanya tidak lebih dari 30 menit sudah siap jalan. Tapi memang beda, sih. Sewaktu dijelaskan mulai dari persiapan sampai eksekusi oleh teman perempuan saya itu, saya cuma ngangguk-ngangguk sok ngerti dan berpikir, "banyak juga yah, pantas lama"

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha kalo pergi ke kampus bahkan aku pernah bangun kesiangan terus ga sampe 10 menit langsung lari ke kampus. Cuma pakai jaket, ganti celana jeans, dan flat shoes. Kalo nggak kesiangan juga paling 15 menit. Dandan lama tuh bagiku cuma untuk acara tertentu aja sih emang.

      Pernah ada yang tanya, kalo ketemu pacar dandan nggak? Dan jawabanku ya dandan, tapi nggak sampe 30 menit wkwk. Benar yang dibilang teman perempuanmu, stepnya banyak sampe kadang kita pusing sendiri harus pake apa dulu :D

      Delete
  2. coba di blognya bikin tombol like. saya mau like tulisan ini seribu kali.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha kalopun ada tombol like, kamu cuma akan bisa like sekali, lalu unlike, lalu like lagi, begitu seterusnya. Jadi, biar saja tulisan ini hanya dibaca tanpa harus ada embel-embel jumlah like.

      Tapi terima kasih sudah mampir, Gip!

      Delete
  3. Langit sore setelah hujan akhir-akhir ini sangat ctar.

    Kadang kita ribet sendiri karena takut penerimaan orang lain ya. Padahal orang lain itu lebih fokus juga sama dirinya sendiri ketimbang sekitar ya. Eh kecuali di lingkungan fashion policeya. Lingkungan dibesarkan juga pengaruh. Kalau dari kecil biasa dikritik orang akan tumbuh jadi pribadi insekyur sama penampilan. Padahal ada yang bomat ah karena karakter orangnya lebih glowing daripada bajunya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, lagi sering bagus walau kalo hujan bikin ngeri karena suka disertai petir.

      Itulah, kadang omongan orang bisa bikin overthinking juga. Padahal kita punya kuasa untuk memfilter semuanya.

      Delete

Apa tanggapan kamu setelah membaca tulisan ini?