Sudah Setengah Lebih


Aku terbangun dan menyadari pikiranku begitu penuh dengan kata-kata.  Pagi masih muda dan haus begitu menggigit kerongkongan. Terlambat bangun untuk sahur bukan hal yang menyenangkan ternyata.

Kuraih gawai di meja dan membuka kolom pesan. Kuketik sebuah nama yang beberapa hari lalu kuganti huruf-hurufnya menjadi dua kata yang mungkin bisa membuatku sadar.

"Orang Gila"

Sebuah foto muncul dalam kotak persegi dan menampilkan wajah itu di dalamnya. Garis wajah yang sempat aku kagumi. Senyum yang rekah dan pernah untukku. Bibir yang lembut itu... pernah jadi cara terbaik mengecup kehidupanku di masa lalu.

Ia tak sendirian. Ia bersama sepasang mata lain yang menatapnya dari dekat, tanpa sekat. Benakku semakin terasa sesak. Kutekan tombol kembali di ponsel dan menuju laman media sosialku yang lain.

Bukan karena kau pernah merasa tersakiti maka kau bisa menyakiti orang lain juga. Bukan karena kau pernah dijahati maka kau bisa melakukan hal yang sama kepada orang lain.

Dan mencintaimu adalah kesalahan paling fatal yang pernah ada di hidupku.
___

Hari keenambelas. Sudah setengah lebih dari pertama kalinya tanganku bergerak mengikuti keinginan untuk konsisten menulis kembali di blog pribadi. Hal-hal di kepala selalu minta dimuntahkan. Tanpa syarat, tanpa ketakutan lagi. Seseorang membawaku ke tahap ini, tetapi meninggalkanku tanpa sepotong pesan yang jelas.

Begitu pula tulisan ini. Tidak ada yang demikian rinci untuk menjelaskan siapa dan mengapa selalu ada sosok yang aku maksud dalam beberapa tulisan belakangan. Aku menulis untuk melepaskan beberapa hal, tanpa berniat menyimpannya lebih lama. Tanpa membiarkannya membusuk di kepala.

Aku lebih baik membunuhnya dalam tulisan daripada menyingkirkannya dari pikiran. Sebab, itu sama saja membunuh diriku sendiri.

Tulisan keenambelas dan aku sedang berada dalam sebuah panggilan bersama banyak orang. Mereka bicara, terus, terus, dan mengajakku untuk menceritakan sesuatu. Aku bilang, aku bukan orang yang banyak bicara. Lalu mereka tertawa dan bilang, kami akan membiasakanmu bercerita.

Satu dua orang bisa kupercaya, tiga empat orang lainnya masih meraba-raba batas. Aku tertawa. Keras. Dan tak tahu asal muasalnya. Lalu dengan tangan yang cukup terampil aku keluar dari percakapan, menulis hal ini, di sini, ketika seseorang sedang bercerita tentang masa lalunya.

Aku tidak ingin. Belum.

Bercerita butuh rasa percaya amat besar untukku. Sama halnya dengan mencintai. Ketika aku menemukan orang itu, aku menaruh hampir 80% rasa percaya, lalu pelan-pelan merangkak naik seiring waktu memiliki kita di dalamnya. Sisanya, aku menggantungkan harapan pada si lawan bicara.

Dan ya, ketika aku bisa bercerita panjang lebar, itu sebuah pertanda jika kau masuk ke dalam prioritas.

Berbeda dengan menulis. Aku seperti memiliki diriku sendiri di dalam ruang kosong yang hanya ada aku dan pikiranku. Hanya ada aku dan rimba kata yang siap aku rangkai. Hanya ada aku dan ketukan-ketukan halus pena dan buku. Atau... hanya ada aku dan berkas kenangan yang menumpuk di kepala. Tidak perlu banyak bicara, tidak perlu meminta atensi, hanya perlu diriku sendiri.
___

Alu mengetikkan sebuah nama di kolom pencarian. Nama asli, bukan nama yang kukarang seperti dalam kontak teleponku tadi.

Apa yang kau cari sebenarnya? Rasa sakit? Bukti? Bahan makian?

Aku mencari kepuasan diri.

Kenapa harus dia?

Karena dia memberi satu hal yang membuatku tidak bisa tidur tenang selama berhari-hari setelah kejadian malam itu.

Lalu?

Aku ingin dia mati. Tapi, bagaimana caranya mengirim santet online?

Bunuh saja dengan tulisanmu.
___

Hari keenambelas dan aku masih mempersiapkan cara untuk membunuhnya beberapa waktu ke depan.[]

Post a Comment

2 Comments

  1. Sekitar 1-6 bulan pisah sama pasangan kayaknya sebagian orang memang masih suka mencari tahu. Lazimnya kalau dia udah punya kekasih baru, bakal ada perasaan membandingkan, pengin mengutuk, dst. Tapi lama-lama akhirnya sadar dan muak sendiri. Di lirik Efek Rumah Kaca - Melankolia sih ada ajakan buat nikmatilah saja kegundahan ini, terus biar bisa menyelami sampai lelah hati.

    ((santet online))

    Ini kalau ada mantan gue yang sakit hati sampai berpikiran begitu, takut juga ya. Semoga sih enggak ada, karena Yoga anaknya lebih sering telat dapat pasangan baru ketimbang si mantan. Jadi kayaknya bakalan aman. Haha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sekitar 1-6 bulan pisah dengan pasangan gue selalu mimpi buruk setiap kali tidur. 1-4 bulan berikutnya merasa marah, tapi udah tidak separah sebelumnya. Perasaan membandingkan tetap ada apalagi menyoal hidup kami yang beda. Gue belum dengar lagu ERK yang itu, tapi mau banget bisa menikmati kegundahan yang ada.

      Nah, hahaha. Ada baiknya seperti elu, Yog. Sembuh dulu, baru cari pasangan lagi. Tapi asal jangan elu yang malah sakit hati dan pengen kirim santet online ya. Haha.

      Delete

Apa tanggapan kamu setelah membaca tulisan ini?