Wisata Mainstream ke Semarang dan Nyobain Sate Kelinci


Dikarenakan tahun lalu dan tahun ini banyak sekali kendala dan saya kadung bosan di rumah saja, akhirnya saya memutuskan untuk menuliskan catatan perjalanan dua tahun lalu saat berkunjung ke Semarang. Betapa saya ingin kembali ke sana dan menjelajah banyak tempat yang belum saya kunjungi. Ya, meski demikian bisa dibilang perjalanan saya saat itu hanya mengunjungi tempat wisata mainstream di kota dan kabupaten Semarang.

Sekitar dua tahun lalu akhirnya saya dapat menjejakkan kaki di Semarang lebih lama. Mengingat kunjungan pertama saya hanya kurang dari dua hari demi mengikuti sebuah event dari Dinas Pariwisata Jateng. Tahun 2018, saya menginginkan liburan itu benar-benar jadi liburan untuk saya. Ada beberapa tempat yang saya singgahi saat itu.

1. Lawang Sewu, tempat seribu pintu yang nggak sempat saya hitung.

Konon, tempat ini dinamakan begitu karena memiliki seribu pintu. Memang pintunya sangat banyak, tapi waktumu bakalan habis hanya untuk menghitung pintu-pintu yang terlihat (maupun tidak). Nggak deng, ngarang aja. Pertama kalinya saya ke sana, saya udah takjub sendiri. Gimana enggak, ini lokasi di luarnya panas, tapi dalemnya adem banyak angin sepoi-sepoi. Bangunan lama yang masih kelihatan megah.

Saya nggak akan jelasin soal sejarah karena saya nggak ngerti. Pokoknya, saya suka jalan-jalan ke sini. Apalagi duduk manis di bawah pohon rindang di area tengah museum. Rasanya bikin nggak pengin pulang, tapi kalo nggak pulang nanti saya hilang. Kalau ke sini jam 3-4 sore, suasana makin enak banget buat sekadar duduk-duduk cantik sambil foto-foto. Kebetulan waktu itu lagi nggak terlalu rame, jadi saya bisa ambil foto yang cukup bagus.

Btw, foto gedung dari atas lantai 2 jadinya bagus juga lho. Nggak tau kenapa saya jatuh cinta aja sama suasananya.

2. Sam Poo Kong, klenteng yang bikin pengen berteduh aja.

Jalan-jalan ke klenteng Sam Poo Kong tengah hari bolong bikin haus, Sis. Mana saya lupa nggak bawa minum. Untungnya sepupu saya selalu bawa tumbler walaupun isinya cuma 600ml. Setidaknya kami nggak mati kehausan. Beneran panas banget. Sampai akhirnya kami berteduh di bagian klenteng yang terbuka dan nggak tau buat tempat apa.

Tujuan ke sini ya nggak tau ngapain, lihat-lihat aja, nggak bisa doa ke dalem klentengnya juga karena harus bayar tiket terusan. Tapi, kami nggak niat untuk itu. Mungkin kalau ngepasin ada acara atau festival bakalan ramai sih. Jadi, saya ke sana cuma buat numpang duduk. Hehehe.

3. Kota Lama Semarang, yang belum selesai direnovasi
Nggak lengkap rasanya kalau nggak mampir ke Kota Lama. Saya kesana sekaligus ketemu teman di Gereja Blenduk sambil kemudian menuju Kota Lama yang saat itu masih renovasi di beberapa tempat. Menurut saya sih bakalan asik kalo ke sana waktu sore sampai setelah maghrib, ya. Sore karena masih dapat cahaya matahari untuk berfoto, sedangkan malam untuk menikmati lampu-lampu yang sudah dinyalakan dan membuat suasana Kota Lama Semarang semakin syahdu.

Saya nggak mampir lama di sana karena langsung lanjut cari makan di sekitaran Simpang Lima.

4. Simpang Lima Semarang, asik buat duduk-duduk di rerumputan.
Nggak jauh beda kayak Alun-Alun Purwokerto, Alun-Alun Selatan dan Utara di Jogja, atau Alun-Alun depan Masjid Raya Bandung, Simpang Lima juga punya alun-alun. Bedanya ini jalanan punya lima simpang, bukan cuma pertigaan dan perempatan. Banyak aneka jajanan dan juga dikelilingi sama beberapa mall.

Saya dan teman-teman memilih untuk makan di pecel lele dekat alun-alun yang abang-abangnya suka godain temen saya. Kayaknya sih dia naksir sama temen saya. Hehe. Tapi itu pecel lele enak banget, oi! Setelah kenyang kami akhirnya nongkrong di alun-alunnya sambil bahas sejarah kota Kudus dan Cirebon. Kenapa enggak bahas Kota Semarang ya?

5. Candi Gedong Songo

Karena ingin coba wisata ke alam-alam gitu, sebelum akhirnya mendaki Ungaran, saya dan sepupu mampir ke Candi Gedong Songo. Duh, jalanan menuju ke sana enak buat pacaran sambil pelukan di motor. Hahaha. Nggak deng, tapi jalanannya mulus banget cuma ya nanjak abis. Jadi siap-siap motornya harus kuat ngegas, ya. Jangan kalo pas emosi marah aja ngegasnya.

Candi Gedong Songo adem banget dan punya beberapa candi yang dengan beberapa tempat berbeda. Alias kita harus naik dan jalan kaki dulu dari satu candi ke candi lain. Jumlahnya kalau nggak salah ingat ada 7, tapi saya dan sepupu cuma sampai candi kedua aja karena malas nerusin jalan kaki. Capek, pak!

Duduk-duduk di rerumputan sekitaran candi aja udah cukup asik. Kalau mau bawa jajanan ala-ala piknik juga bisa sih kayaknya. Waktu itu tukang dagangnya lagi banyak yang tutup jadi nggak bisa nyobain jajanan deh. Padahal enak dingin-dingin makan gorengan sama ngeteh.

6. Sate Kelinci yang kenyel-kenyel tapi enak.
Seporsi sate kelinci

Its my first time to eat this cuisine. Karena penasaran akhirnya turun dari Candi Gedong Songo, kami mampir ke warung sate kelinci. Rasanya kayak apa? Ya kayak sate bumbu kacang. Cuma teksturnya lebih kenyal dan lembut sih.

Harga satu porsinya sudah termasuk lontong. Jadi, ya bisa kenyang sebenarnya untuk ukuran porsi makan normal. Menurut saya sih enak-enak aja. Nggak terlalu beda sama sate ayam Madura.

Well, udah ya gitu aja. Saya bingung mau nyeritain apaan lagi soal wisata ini. Besok kalau ada kesempatan ke Semarang lagi mungkin akan explore lebih banyak. Ada cerita tentang pendakian ke Gunung Ungaran yang udah saya tulis duluan di blog ini. Hehe.

See ya!

Post a Comment

0 Comments