Cerita Klenik Masa Kecil


Saya termasuk yang penakut ketika mendengar atau membaca kisah-kisah mistis, klenik, dan apapun yang berkaitan dengan lelembut. Menariknya, ternyata saya pernah punya "teman" masa kecil yang mengajak main selama di rumah yang dulu.

Sahur kali ini dihiasi oleh cerita-cerita masa kecil yang dituturkan oleh Bapak. Dimulai dari sebuah mitos yang saya anggap tak masuk akal.

"Kata orang dulu, kalau abis makan duduknya harus bergeser sedikit."

"Biar apa?" Adik saya menyahut. 

"Biar nanti kalo punya anak jalannya nggak nyeret atau nggak lama kayak ngesot gitu."

'Mitos itu," adik saya menjawab lagi.

Saya antara percaya dan tidak percaya dengan hal-hal demikian. Tetapi seberapa kuat kita menyangkal kadang-kadang kejadian semacam ini seringkali jadi kenyataan. Atau mungkin ada penjelasan secara ilmiahnya, namun saya terlalu malas mencari tahu.

Percakapan kemudian beralih menjadi kepercayaan-kepercayaan atau hal-hal mitos jaman dulu, seperti ibu hamil yang harus memasang gunting kecil dengan peniti di bajunya atau memakai tanaman bangle sebagai penangkal. Katanya benda-benda itu digunakan agar si ibu dan bayinya tidak diganggu makhluk halus. Saya belum menemukan korelasi yang pas dan masuk akal. Hanya saja ada yang bilang kalau makhluk halus takut kepada benda-benda tajam seperti jarum dan gunting.

Mitos-mitos lainnya yang sering saya dengar adalah anak-anak kecil dilarang bermain ketika maghrib tiba. Pamali, katanya. Tapi penjelasan sebenarnya karena waktu maghrib adalah waktu salat dan beribadah. Jadi anak-anak seharusnya berada di rumah saja, salat lalu mengaji. Bagian ini saya merasa masuk akal. Kalau disangkutpautkan dengan kejadian penculikan oleh kalong wewe/wewe gombel yang mana pernah marak di beberapa daerah tempat saya tinggal dulu, ini jadi salah satu alasan kenapa anak-anak dilarang main di luar rumah ketika maghrib tiba.

Bapak juga bercerita bahwa dulu temannya pernah ada yang "diculik" dan setelah anak itu kembali, keadaannya sudah tidak baik-baik saja. Seperti orang stres yang ditanya apa-apa tidak nyambung.

Lantas Bapak mulai bercerita tentang pengalaman saya semasa kecil.

"Dulu kamu pas kecil itu sering banget nangis malem-malem dan minta main ke belakang sumur itu. Kan dulu sering ngadem siang-siang di sana, eh malemnya malah minta main kesana. Katanya banyak temennya."

Mau tak mau saya terkejut juga mendengar penuturan Bapak. Saya sama sekali tidak ingat pernah punya pengalaman demikian.

"Pokoknya kamu tuh kalo nangis kayak nangis yang sedih banget. Tapi kalo lagi nggak nangis mah gagah banget. Sampai akhirnya Bapak bawa ke Cibeber dan ditanyain katanya Bapak punya (red—semacam makhluk penjaga/pelindung) yang sudah lama nggak dirawat. Terus akhirnya dikasih air yang udah didoain sambil diusapin ke muka kamu. Setelah itu akhirnya nggak pernah lagi digangguin. Udah nggak nangis lagi."

Wow. Saya cuma melongo karena baru tahu fakta ini. Sama halnya ketika adik saya masih bayi dan sering menangis setiap malam. Menangisnya lain, ia minta main ke bawah pohon mangga di samping rumah kami. Bapak bilang di sana banyak anak-anak yang bermain, makanya adik saya selalu ingin ikut main bersama "mereka".

Mendengar cerita semacam ini saya ada takutnya juga, tapi selalu menganggap santai selama tidak saling menganggu. Saya percaya hal-hal semacam ini pasti ada di mana-mana. Tapi entah saya terlalu positive thinking atau menganggapnya biasa, jadi saya selalu bawa santai. Walaupun saya pun nggak bisa melihat atau merasai keberadaan "mereka". Bahkan ketika di gunung sekalipun, yang kata orang banyak makhluk halusnya, saya selalu merasa baik-baik saja.

Lain cerita ketika salah seorang teman bilang kalau di kosannya suka ada hal-hal mistis yang mengganggu. Mendengar itu tentu saya takut juga. Tapi kenyataannya ketika menginap di kosnya, saya merasa aman-aman saja. Alhamdulillah.

Cerita-cerita semacam ini tentu jadi cerita yang seru untuk dibahas. Pengalaman masa kecil yang memang terjadi, tapi saya nggak ingat. Atau kejadian-kejadian lain yang mungkin aneh bagi orang, tapi saya biasa saja.

Bagaimana mengakhiri tulisan ini, ya? Hm, intinya mitos-mitos orangtua jaman dahulu itu kadang ada yang masuk akal juga kalo dijelaskan secara pengetahuan. Soal hal-hal mistis, ya apa mau dikata, memang kita semua kan hidup berdampingan. Yang penting berdoa dan waspada. Gitu.

"Makanya kita harus rajin bersih-bersih supaya rumah tidak kotor dan jadi sarang bagi makhluk halus," kata Bapak.

Baiklah. Sekian.

Post a Comment

0 Comments