Best Practice dalam PDKT


Ada-ada saja teman-teman grup yang ketika tengah malam tiba langsung ngajak video call untuk membahas tentang dating apps dan cara-cara PDKT. Karena grup ini berisi orang-orang dari segala bidang, pembahasan yang dibawa pun jadi asik. Saya sendiri nggak sanggup untuk melewatkan topik kali ini. Ditambah ada pengalaman menggunakan dating apps beberapa waktu lalu. Pengalaman itu sendiri pernah saya bagikan di Instagram melalui fitur Stories.

Tapi kali ini saya nggak ingin membahas soal dating apps dulu. Tema utamanya akan membahas soal: best practice dalam PDKT. Ketika ngobrol-ngobrol semalam, saya banyak mendengarkan pengalaman dari beberapa orang, laki-laki maupun perempuan. Ibarat kata, saya masih anak bawang. Pacaran aja baru sekali, durasinya sebentar, dijahatin pula. Jadi, saya nggak tahu gimana caranya PDKT yang benar.

Jadi, gimana sih cara PDKT sama orang? Atau lebih spesifiknya cara PDKT sama orang yang belum dikenal.

Salah seorang teman dalam grup bilang kalau PDKT sebenarnya nggak ada formula khusus karena semua tergantung sama individunya. Karakteristik, pengetahuan, dan love languagenya tentu nggak bisa dipukul rata. Ada banyak hal yang bisa jadi menarik untuk orang A, tapi menjadi tidak berfungsi di orang B. Makanya, kita harus menciptakan momen, katanya.

Momen bisa ditunggu atau diciptakan.
Ketika ditanya pengalaman, satu persatu mulai menceritakan pengalaman best practice-nya masing-masing. Contohnya si A, laki-laki. Ia bercerita saat akan mendekati gadis yang tidak dikenalnya. Ia bertemu gadis itu di dalam sebuah bus yang padat dan penuh oleh penumpang. Dengan berbekal insting dan kursi kosong di sebelahnya, ia menciptakan momen dengan memberi kursi kosong tersebut untuk si gadis.

Dan hasilnya sudah bisa diprediksi. Si gadis tentu akan berterima kasih pada si A. Momen tercipta dan komunikasi bisa dilanjutkan dengan basa-basi dengan pertanyaan, “Mau ke mana?” dan berakhir dengan meminta kontak si gadis tersebut. Bisa dibilang ini sebuah cara yang tricky, tapi tidak menutup kemungkinan karena mau tidak mau orang yang ditolong—dalam hal ini diberi tempat duduk—pasti akan memiliki rasa hutang budi. Jadi, cara ini bisa jadi berhasil kalau momennya pas.

Lanjut ke cerita si B, laki-laki. Ia memilih untuk mengajak gebetannya menonton film komedi. Alasannya sungguh sederhana, ia ingin ada kesan ceria dengan mengajak gebetannya menonton film komedi. Dengan begitu, obrolan tentu akan mudah masuk ketika membahas kembali film yang baru saja mereka tonton.

Saya lantas berpikir, terakhir kali saya nonton bersama gebetan itu adalah film animasi yang malah mengharukan dan kepala saya pusing karena kurang tidur. Alhasil nggak ada yang bisa dibahas, alias kalau dibahas malah bikin sedih, bukannya ketawa. Oke, skip. Tapi cara PDKT dengan nonton film komedi asik juga sih. Mungkin next akan dicoba.

Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana si B tahu bahwa si gebetan sudah bisa dibilang tertarik dengannya? Yaaa, kalau nggak tertarik mana mau diajak nonton, ya, kan? Pasti banyak alasan lah kalau nggak mau mah. Jadi, kalau sudah sampai mau bisa dibilang ada ketertarikan.

Beda lagi sama si C, laki-laki, yang katanya tidak pernah meniatkan diri untuk PDKT. Ia dengan santai berteman dengan siapapun dan bersikap being nice saja. Sampai salah seorang dari temannya memberi sign, barulah ia berpikir untuk maju. Sederhananya, ia melihat peluang dari sekelompok orang yang menjadi temannya. Tapi hal ini tidak bisa dibilang tebar jaring juga karena ketika salah seorang yang naksir kepadanya dan ia tidak, ia tetap bersikap baik layaknya teman saja.

Agak riskan memang karena akan mudah sekali dianggap PHP, penjaga fans, dan mungkin klisenya dianggap “terlalu baik”. But, so far, saya tipe orang yang seperti ini juga.

Mari kita beralih sudut pandang dari perempuan. Ada seorang teman, kita sebut saja di D. PDKT ala si D ternyata to the point: kalau kamu mau ya ayo, kalo enggak yaudah. Karena melabeli dirinya sebagai Capricorn garis keras, ia tidak ingin buang-buang waktu dengan orang yang tidak tepat. Tapi untuk hal PDKT dengan orang yang sebelumnya tidak dikenal, ia butuh menunggu momen. Misalnya, dengan membalas instastories si gebetan. Begitu caranya memulai obrolan melalui sebuah kesempatan yang ada.

Berbeda dengan si E, perempuan, yang menunjukkan perhatiannya ke gebetan dengan mengirimkan kopi racikannya ke kantor gebetan. Ini bisa terlihat kalau si E punya love language Act of Service atau simpelnya punya sifat untuk melayani tanpa banyak bicara. Tindakan ini tentu sebagai sign untuk menarik perhatian si gebetan.

Saya sendiri lebih memilih untuk memberi sign terlebih dahulu agar dinotice gebetan baru mulai maju jika dirasa respon sudah cukup baik. Sebagai Aries garis keras yang katanya pantang dikejar tapi lebih suka mengejar, saya menyadari kalau dalam hal PDKT, saya lebih sering aktif walaupun kadang-kadang juga membatasi diri ketika si gebetan mulai dirasa tidak seantusias sebelumnya.

Saya lebih suka menulis kata-kata dibanding harus bicara banyak hal. Terlihat dari berapa banyak catatan manis yang saya unggah ketika sedang kasmaran. Beberapa pernah saya tunjukkan kepada gebetan dan responnya ternyata mengejutkan juga. “Aku senyum-senyum sendiri baca tulisanmu”, atau “Baca tulisanmu bikin berdebar.” A good compliment.

Wow, pembahasan ini terasa semakin menarik, tapi punya benang merah yang sama: momentum. PDKT sebenarnya kelihatan mudah, tapi sangat amat tricky. Makanya butuh momentum. Ada hal-hal di luar itu, misalnya walaupun perasaannya cocok, tapi momentumnya nggak pas, hasilnya bakalan jadi gagal.

Sama halnya dengan proses menuju jadian. Salah seorang teman bertanya bagaimana tepatnya mengetahui perasaan si gebetan kalau ia mau dijadikan kekasih? Lalu teman  lainnya menjawab dengan jawaban mengejutkan: dicium.

Saya dan teman-teman lain sontak tertawa dan kaget. Atas dasar pertimbangan apa yang lantas membuat ia mau mencium tanpa membuat si gebetan menabok atau menampar mukanya?

“Ya, kan udah gelendotan.” Oke, baik. Lagi-lagi momentum dan sign berlaku di sini. Karena kalau momentumnya nggak tepat, sebuah ciuman tiba-tiba pasti akan mendapat respon lain. Bisa saja teman saya itu malah ditabok dan dilaporkan ke security dengan alasan pelecehan. Tapi lain cerita kalau sudah ada sign semacam ini. Oke, saya mulai mengerti alurnya.

Sebelum mengakhiri tulisan ini, saya akan mengutip kata-kata seorang teman. “Intinya, PDKT itu gimana kita pinter-pinter ngegas dan ngerem.” Kayak naik motor aja, ya?

Yaudah, gitu pokoknya. Doain ya PDKT saya lancar sama mas crush biar abis  pandemi bisa  ngedate nonton film komedi. Hahaha.

Post a Comment

6 Comments

  1. Oke membaca tulisan ini saya sambil buka catatan untuk menyontek hal-hal yang perlu dicontek. Btw, ingin sekali berguru ke si A untuk belajar berbasa-basi ketika sudah konek ke si target. 😄

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahaha mau les privat nggak? Nanti saya sampaikan.

      Delete
  2. Haha saya juga kayaknya golongan “terlalu baik”, yg seringnya dianggap PHP. Soal pdkt dan pengalaman romansa, saya masih culun banget, tapi sering dianggap jago, berkat zodiaknya Scorpio (soal ghosting yg ahli, hehe). Kalau tutorial pdkt sampe cara french kiss, saya banyaknya ngambil pelajarannya dari manga romcom, dan ga nyangka kok berhasil (maaf songong).

    Love in the time of coronavirus bgt, semoga sukses sama mas crush-nya. Mungkin filmnya ganti ke genre horror deh.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oh jadi scorpio ini jago ghosting ya? Gebetan saya Taurus juga gituuuu. Tapi saya juga belajar pdkt dari anime sama film juga sih, cuma ya gatau kadang ada berhasil kadang enggak. Hahaha.

      Iyaaa makasih. Ya gak apa apa sih film horor yang penting nontonnya sama dia hahaha

      Delete
  3. sebenernya enggak salah juga kalo langsung cium. asalkan sudah komunikasi intens, dan pas digandeng tangannya ga nolak. ya, kan kemungkinannya cuma dua. kalo enggak ditabok, bisa dilanjutin hubungannya. hahah

    sebenernya pdkt tiap orang beda sih, dan yang biasa gue temui kalo cowo paling bener si c gitu. deketin aja semuanya, bersikap baik ke semuanya. jadi buka kartu jadinya.
    gue pribadi sih, yang tipe enggak nonton pas jalan pertama kali. kalau pun misalkan nonton di hari pertama jalan, harus dipastikan untuk ngobrol sebelumnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah iya ji. Itu temen juga lamgsung cium pas udah pertemuan beberapa kali. Jadu udah testing kalo dipegang tangannya marah apa enggak. Hahaha.

      Hooo kalo lo pdkt pertama kali ngajaknya kemana ji? Wkwk

      Delete

Apa tanggapan kamu setelah membaca tulisan ini?