Appreciation Post


To that friends,
who has never been tired in listening to my dramas. Thank you.
I owe you a lot!

Saya enggak tahu bagaimana hidup saya akan berjalan sampai hari ini tanpa kehadiran mereka. Keberadaan mereka yang seringkali saya repotkan ternyata memberi pengaruh yang cukup banyak. Saya ingin selalu menandai mereka sebagai orang-orang baik yang mungkin mengerti saya dengan cukup baik.

Kadang saya malu untuk menceritakan hal yang sama lagi, kegelisahan yang sama, pikiran-pikiran buruk yang tidak bisa saya kendalikan kepada mereka. Karena secara tidak langsung, saya gagal menghadapi pikiran saya sendiri. Menjadikannya sebuah hal yang harusnya bisa saya tangani sendiri. Tetapi pada akhirnya, keresahan semacam ini mendorong saya untuk tetap bercerita.

Orang-orang yang mengenal saya mungkin tau betapa bebalnya saya ketika dinasihati. Orang-orang yang mengenal saya mungkin tau betapa bucinnya saya kalau sudah menyangkut hati. Mereka yang mengenal saya mungkin tahu seberapa rapuhnya saya ketika menghadapi suatu masalah. Dan saya amat sangat menghargai keberadaan mereka.

Dalam banyak lingkaran pertemanan yang saya buat, tetap saja pada akhirnya tersisa satu lingkaran kecil untuk orang-orang yang saya anggap lebih mengenal saya bukan cuma soal durasi waktu pertemanan, tetapi juga soal intensitas dan kedalaman rasa akan pertemanan tersebut.

Saya ingin sekali menyebut mereka sebagai support system, significant others, atau emergency calls di luar keluarga saya sendiri. Saya merasa keberadaan mereka lebih dari sekadar teman di dunia maya yang cuma melihat keadaan dari kacamata postingan media sosial.

Saya ingin mengamini bahwa keberadaan mereka sangat berarti untuk saya. Seperti pada suatu malam, dalam sesi curhat dimana pikiran saya lagi buruk-buruknya, seseorang menawarkan diri dengan kalimat semacam ini, "Kalau tiba-tiba esok atau entah kapan, muncul hantu-hantu ini (red-pikiran buruk), langsung cari kontak Eci atau aku atau siapa aja yang kamu percaya. Pencet tombol chat atau call."

Saya ingin sekali terharu saat itu mengingat betapa banyak orang yang menyayangi saya. Betapa mereka peduli dengan kewarasan saya walau tidak selalu tahu bagaimana saya yang sebenarnya. Saya merasa ada yang menjaga, selain malaikat tentunya. Walaupun saya tahu, ketika saya memilih untuk mati, hidup mereka akan tetap baik-baik saja tanpa saya.

Apakah ini bentuk sok tahu saya yang kesekian kalinya? Saya tidak tahu. Mungkin iya, mungkin juga tidak.

Kadang-kadang saya merasa merepotkan sekali. Mereka yang menjadi significant others saya harus repot-repot ikut memikirkan hidup saya yang rumit. Diperumit oleh asumsi-asumsi saya sendiri. Dicederai oleh pikiran-pikiran saya dan tindakan bodoh saya sendiri. Tapi mereka mau dan tidak segan "menampar" saya dengan banyak nasihat baik, dengan banyak kata kata menenangkan yang cenderung membuat saya sadar kalau saya kelewat bodoh untuk memikirkan hal yang sia-sia.

Saya tidak ingin merepotkan, sungguh. Tapi mereka selalu bilang tidak apa-apa untuk membagikan keresahan itu pada mereka untuk saling menguatkan, untuk saling memulihkan perasaan dan memperbaiki keadaan. Mereka bilang tidak apa-apa untuk tetap menjadi saya yang seperti ini, asal jangan bebal, asal jangan terlalu keras menyalahkan diri sendiri atas suatu kejadian.

Rasanya, hidup terasa ringan setelah berbagi pikiran dengan mereka. Rasanya sangat lega ketika masalah yang bertumpuk di kepala ada yang bantu untuk mengurainya pelan-pelan. Saya nggak hanya sendirian dengan keterpurukan, walaupun seringkali masih menganggap bercerita sebagai hal yang mungkin akan membebani mereka. Saya minta maaf.

Saya mungkin nggak tahu bagaimana hidup saya akan berjalan dan bisa melewati masa-masa buruk tanpa mereka. Tulisan ini ada pun bukan sebagai hal remeh temeh. I wrote this with an effort sebagai apresiasi bahwa saya sangat sangat menghargai keberadaan mereka. Saya nggak tahu lagi bagaimana caranya mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya atas kerelaan waktu mereka mendengarkan cerita-cerita dan kelakuan super bodoh saya sepanjang pikiran buruk melanda. Saya nggak tahu lagi bagaimana sabarnya mereka menghadapi bebalnya saya yang nggak pernah bisa untuk nggak menyalahkan diri sendiri. Terima kasih, terima kasih banyak. Saya nggak tahu lagi harus ngomong apa. Dan nggak tahu lagi harus membalas kebaikan mereka dengan cara apa.

Tapi saya janji, suatu hari, kapanpun mereka butuh bantuan, saya akan selalu mengusahakan diri untuk bisa ada buat mereka. Saya janji. Semoga setelah ini saya nggak merepotkan mereka dengan pikiran-pikiran buruk, tapi semoga akan selalu berkabar untuk hal-hal baik yang menyenangkan, ya.

Beberapa orang yang saya mintai pendapat secara personal mungkin adalah deretan orang di lingkaran paling kecil pertemanan saya. Bisa dibilang, mereka yang paling sering saya hubungi dan saya ceritakan macam-macam soal kegelisahan saya mengenai apapun. Tapi bukan berarti orang yang tidak saya mintai pendapat secara personal lantas tidak memberikan kontribusi apapun pada hidup saya. Hanya saja, mereka ini punya partisipasi yang lebih minim dibanding significant others saya di ring 1.

Saya nggak menyangka, ketika saya mengajukan pertanyaan tentang diri saya, banyak dari mereka yang berpikir dan menganggap ini sebuah pertanyaan super serius. Saya terharu melihat mereka benar-benar memikirkan apa yang harusnya mereka sampaikan tentang saya. Alih-alih menjawab seadanya, mereka memberi saya banyak kalimat yang saya akui kebenarannya.
___

DW, Sobat ngampus
If you need advices with one or two slap on your face, just ask her and tell her what's your problem. Iya, Tiwi adalah teman yang ketika dicurhatin akan menanggapi dengan kalem, manis, menenangkan tapi ngga segan buat menyentil egomu yang bebal kalau kamu ndablek dibilangin. Kepada siapa Tiwi sering begini? Oh tentu saja aku.

Adalah teman yang tepat buat diajak ngetrip atau wisata kuliner dadakan tanpa perlu pikir panjang. Thanks to her karena aku sama sekali bukan orang yang impulsif, jadi bisa menikmati banyak kesempatan yang "kalau ngga sekarang, kapan lagi".

Kecintaan pada buku yang awalnya mempertemukan kami dan akhirnya bisa berteman sampai sekarang; 7 years and still counting. 

My dearest Tiwi,
Jangan merasa bersalah, sama siapapun dan apapun. Semua yang udah lewat biar aja kebawa kentut, ngga perlu terus-terusan diingat. Ngga usah buru-buru. Ngga perlu ada yang dikejar. Ngobrol sama diri sendiri dulu, berdamai sama apa yang ada di dalam kamu. Ngga apa-apa. 💛

AM, Senior kece
Aku sebagai orang yang ketemu dan interaksi langsung sama kamu masih hitungan jari, cuma bisa ngasih testimoni:

Sebagai orang yang konsisten di dunia tulis menulis, aku cukup bangga punya temen kaya tiwi. Ya, setidaknya seorang tiwi tidak melulu menulis atas dasar pekerjaan, atau permintaan klien, tapi lebih dari itu: menulis dengan menyelami diri sendiri.

Soal karakter, aku ga bisa berbicara banyak, karena kita belum sempat melewati fase pertemanan dengan intensitas yang lama. Melewati ketawa sama-sama. Melewati konflik sama-sama. Kita belum melewati itu.

ML, Sobat ngampus
Aku tau kalau kamu punya kekuatan di tulisan kamu, mungkin kamu kadang cuek, tapi lewat tulisan kita tau kalau sebenernya kamu ga cuek, hanya kamu mengepresikannya dalam hal yang berbeda. Keren sih kalau kata aku. Aku pribadi jadi belajar ttg menahan emosi agar tidak berlebihan ya dari kamu gitu, mending disalurkan ke nulis yekan? Ehe 

Satu hal yang pengen aku bilang, jikalau kamu masih memendam sakit, jikalau masih ada coba cari cara untuk melepaskannya dengan damai. Ehe. Setiap orang punya cara berbeda, dan mungkin kamu belum nemu atau kamu tidak ingin menemukan? Aku gatau pasti.

Kenapa aku pengen kamu melepaskannya? Karena gamau kalau sampai menghambat kamu kedepannya. Gamau kalau kamu jadi ga happy yang seratus persen happy.

Last but not least (salah apa betul nih) aku belum bisa jadi temen cerita yang baik. Tapi semoga dengan adanya aku, dan kita (yumove) kamu jangan sampai ngerasa kesepian yaaah. Meluvv you.

TN, Sobat gunung
Well, Tiw ... kamu di mataku? Sinting, sih. Serius. Gak tahu kenapa obrolan kita kerap gila; cat rambut, lagu depresif, hotpants, a crush, dan ... tato!

Aku kadang masih merasa aneh bahwa manusia yang malam-malamnya abis ngobrol sama aku tentang semua hal di atas adalah cerpenis muda yang menorehkan kisah manis di antologi Cermin Hati dulu. Tahu-tahu pas aku baca baca tulisan di blognya sekarang, sudah bukan manusia manis, melainkan manusia yang berusaha keras untuk dianggap berani. Bukan, bukannya kamu yang dulu tidak beranian. Tapi ini ruang berani yang berbeda dan kamu paham maksudnya. Intinya, kamu tetap manusia baik yang sedang sedikit bingung. Semoga di tahun yang baru ini, Tiwi jadi manusia manis yang pemberani. Lafyu, Dek.

SA, Sobat ngampus
Dengan intensitas kita ketemu pun komunikasi yang gak gitu sering, jadi aku mungkin gak gitu banyak mengenal tiwi yang sesungguhnya kaya apa. Tapi mungkin kalau digambarkan dalam 3 kata, tiwi itu menurutku: honest, pendengar yang baik, kreatif (well ini gak 3 kata tapi ya gapapa lah ya wkwk).

Aku paling salut sama kejujuran kamu sih. Jujur dalam konteks mengutarakan apa yang pengen kamu utarakan aja gitu. Karena aku liat kamu selalu berusaha jujur sama orang. Entah secara langsung atau tersirat lewat kata-kata (karena ku tau dirimu lebih lihai bertutur kata dalam tulisan). Ini yang sampe sekarang mungkin perlu aku pelajarin dari kamu. Kebanyakan mendem perasaan malah bikin capek sendiri :')

Honesty memang bagus, tapi in some cases, ini sebenernya bisa jadi bumerang juga. Maksudnya ya kita gak pernah tau kan kata2 kita bisa menyakiti orang lain?

Mungkin ini salah satu advice dariku yang boleh diterima atau diabaikan aja juga gapapa sih karena aku kan bukan siapa-siapa.

K, Sobat ngampus
Kalau diinget-inget, pasti aku pikir Tiwi orangnya pendiam, padahal enggak. Suaranya 'cukup' cempreng(?) dan nyaring, kadang (sering sih) bicaranya cepat. 

Yang lebih tidak ku tebak, ternyata Tiwi cukup 'lantang' mengungkapkan perasaannya ke... (Meminjam istilah Eciw) Mas Crush. Seandainya kami tidak lebih dekat pada akhirnya, pasti bagian ini bakal ku lewatkan.

Perhatian, pasti. Dia salah satu orang yang bikin aku belajar cara 'care' ke orang lain, walaupun sekarang juga belom fasih. 

Berbakat, gausah ditanya. Kalo aku bisa punya sebagian saja, pasti aku senang (namanya juga manusia, iri gapapa ya? 😉). Mungkin Tiwi udah tau soal bakatnya, tp aku tetep mau bilang... Kamu keren! Banget! Di mataku 😊

Oh kritik... Nggak mau ngekritik juga sih.
Ini aja... semoga lebih berani mengungkapkan pendapat di lingkup pertemanan kecil kita, jangan simpan pendapat2 saat lg ngobrol bareng kita ❤ lagian cuma kita, semoga kamu nyaman 😂

AKA, Sobat sejak 12 tahun lalu
Hmmmm you're such a good person lah, ngga banyak pilihan ini itu juga sepertinya. Gampang diajak main apa-apa, tapi bukan orang gampangan YKWIM la hahaha.

FA, Sobat galau
Hmm testimonial yang bisa gue kasih adalah lo pendengar yang baik. Apalagi ya? Udah paling itu aja yang paling nonjol wkwk. Kalau advice mungkin lebih firm atau pede aja sih kalau kasih opini. Kadang suka ngerasa lo kasih opini sesuatu lebih ke cara testing water.

RD, Dede gemes
Pertama kali ketemu mba Tiwi jujur aja aku sebal banget. Soalnya mba tiwi itu orangnya ngomongnya pedes, callouse bangef dah ga ngerti lagi, tapi ternyata setelah makin lama makin kenal mba tiwi ternyata mba tiwi ga nyebelin-nyebelin amat (kadang tetep nyebelin wleeeeeee dibilangin susah). Tapi beneran loh mba tiwi kadang ngomongnya pedes bgt, nyelekit wkakakakak. Terus, sejak mbatiw lulus gatau kesambet apa mba tiw jadi suka curhat ke aku, dan baru tau mbatiw orangnya susah dibilangin, tapi mba tiw juga jadi pendengar yang baik, mau aja dengerin curhatan recehku HAHAHA. Bukan pendengar yang baik aja, bisa ngasih respon juga, kadang ngasi saran (maybe bcs youre a blogger??) ganyambung ya.

Advice
- Kalo ngomong jangan pedes-pedes ya. Kasian yang ga biasa ketemu orang kaya mba tiw wkwkwkwkwk.
- Cari yang lain, move on, I know you deserve a billionaire😋
- Jangan jadi keras kepala, udah dibilangin masih aja ngiyil.
- Jangan jadi tukang php, bilangnya doang mau ke pwt, taunya....bye.

Pesan
- main ke pwt
- main ke pwt
- main ke pwt
- mup on

EN, Sobat SMP
Lu adalah one of friends yang ikhlas banget kalau direpotin sama gue. Lu udah bantu banyak ke gue. Nah, easy going for helping itu yang gue rasain di lu. Sekarang lu udah lebih bae lah, ngerti passion lu dimana. Tapi jujur, awalnya kalau lu suka naik gunung gue ga percaya. Lu kan kalem banget. Cuma ternyata beneran jadi anak mapala.

Sekarang lebih hebat lu we. Temen lu tumpah ruah dimana-mana. Lu travel ke tempat yang lu suka, but your heart stay disini yak.

Soal asmara, gue berharap stay anggun dan baik hati. Karena kalau nyokap selalu nanya mba tiwi deket sama siapa? Bilang aja deket sama presiden biar dapet sepeda. Gue selalu berdoa semoga lu dijodohkan dengan orang yang menerima keadaan lu. Ga maksa kudu jadi gini gitu. Pure real karena cinta.

Tetep gini yaa. Jangan jadi nyebelin apalagi materialistis. Bukan bahas materi ya, We. Tapi lebih kepada kita ikhlas satu sama lain. Bukan pamrih dan bukan pilih kasih.
___

Salam,

Af :)

Post a Comment

2 Comments

  1. Waaah seru banget dikelilingin orang2 kayak gitu ya. Semoga mereka sehat dan happy2 terus ya! Semoga si Dede Gemes tetep gemes. - SBY

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiiin. Thanks, Bang.
      Dede gemes akan tetep gemes kok. Wkwk

      Delete

Apa tanggapan kamu setelah membaca tulisan ini?