[Book Review] Jakarta Sebelum Pagi by Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie


 Judul: Jakarta Sebelum Pagi | Pengarang: Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie | Penerbit: Grasindo | Tahun Terbit: Cetakan kedua, Februari 2017  | Tebal Buku: 272 hlm. | ISBN: 978-602-375-843-2

Jakarta Sebelum Pagi... berarti subuh dong?

Saya tengah menyadari kalau saya menyukai buku-buku dengan judul yang puitis. Jakarta Sebelum Pagi salah satunya. Saya tidak berekspetasi banyak pada buku ini, kendati di sampulnya ada label "Karya Fiksi Terbaik Indonesia 2016 Versi Majalah Rolling Stone" ditambah dengan penulisnya yang pernah memenangkan Sayembara DKJ 2014 dan 2016.

Bagaimana mau berekspektasi, dengar namanya saja juga baru tahun kemarin apalagi membaca karyanya. Ini yang pertama saya membaca karya Mbak Ziggy Zesya.... Susah amat namanya. Oke diulangi. Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie.

Ziggy
Zezsya
Zeo
Vienna
Zabrizkie

Kalau dipisah jadi gampang ya? Hm. Tapi demi memudahkan mari kita sebut Mbak Ziggy saja.

Oke, mari kita lihat seberapa menarik buku ini, terutama bagi saya.

Pada bab pertama, saya sudah disuguhkan dengan babi. Yap, benar-benar pembahasan babi yang menarik mengingat si tokoh utama baru saja menyelesaikan buku Animal Farm karya George Orwell—yang belum sempat saya baca juga. Berbagai pengandaian soal babi juga disematkan pada teman-teman si tokoh utama.

Contohnya?

Yan pi dan babi steril.

"Tahu nggak sih, kalau babi ada yang bisa dimakan mentah? Katanya, babinya dipelihara di ruangan steril, dan disebut babi steril. Gue tahu itu dari komik Yakitatte Japan-nya Hashiguchi Takashi. Yan pi juga gue dapat dari komik. Master Cooking Boy karangan Etsushi Ogawa. Kenapa komik suka bahas babi? Babi steril nggak bisa memahami kebutuhan mengobrol bagi yan pi dan babi asap. Contoh babi steril: Kak Cindy. Anyway, serius, bukan itu yang mau gue bahas." (Hlm. 5).

Mendengar babi-babi disebut, pengetahuan saya mengenai berbagai jenis dan macam babi jadi bertambah dengan sendirinya. Hampir semua tokoh yang baru ditemui dilabeli dengan ciri khas masing-masing babi yang berbeda. Nanti mungkin akan saya tulis kalau saya nggak lupa.

Emina. Nama si tokoh utama—yang lebih familiar dengan merek sunscreen yang saya pakai alih-alih sebuah judul puisi dari Yugoslavia. And here we go, seorang stalker mengirim bunga Hyacinth dengan balon terbang ke kamar Emina.

Creepy or sweet? Bagi Nissa, teman Emina yang dia panggil yan pi, itu sebuah hal yang creepy. Namun, Emina nggak percaya. Dia penasaran kenapa stalker itu mengirimkan bunga dengan cara yang nggak biasa. Romanticizing? Bisa jadi.

Kebanyakan dari kita selalu meromantisasi hal-hal yang seharusnya mengerikan. Contohnya yang dialami Emina. Tapi, mungkin nggak semuanya. Ya dipikir aja, ngapain ngirim bunga pake balon terbang? Kenapa nggak ngasih langsung aja? Hal-hal demikian yang malah bikin makin penasaran, kan? Orang kan suka dibikin penasaran sama orang lain.

Dan sudah jelas ujungnya, Emina diam-diam mencari tahu siapa stalker yang suka mengirim bunga meski sudah dilarang oleh Nissa.

Sementara mencari tahu siapa orang dibalik operasi bunga terbang, saya menyadari pola pikir detektif ala Emina yang lebih memilih mencari tahu darimana bunga Hyacinth didapatkan. Sebab, bunga itu termasuk bunga langka—bahkan saya aja nggak tau kayak apa bentukannya. 

Saya merasa buku ini bakalan jadi buku yang berisi teknik pedekate yang unik. Saya tahu, awalnya operasi balon terbang yang menarik perhatian Emina ini memang menyimpan banyak teka-teki. Terutama soal tetangga sebelah Rumah Para Jompo tempat kakek dan neneknya tinggal. Tetangga Rumah Para Jompo itu juga kakek-kakek, orang Belanda, yang dipanggil dengan panggilan Pak Meneer.

Setelah ditelusuri, panggilannya salah total karena "Meneer" dalam bahasa Belanda juga artinya "Pak" atau Mister seperti dalam Bahasa Inggris.

Terus kenapa pula Operasi Balon Terbang jadi menarik buat Emina? Tunggu, saya jadi inget film IT. Oke, lanjut lagi ya. Si stalker ternyata tinggal di sekitaran Emina, tapi dia nggak sadar kalau orang itu ada di sana. Kalau di posisi Emina mungkin saya bakalan langsung pindah apartemen.

Tapi, Emina ternyata kepo banget anaknya. Dia akhirnya mampir ke toko bunga di bawah apartemennya. Ada seorang anak kecil yang jaga toko di sana, namanya Suki. Dari namanya sudah bisa menebak, kan, kalau dia ini keturunan Jepang? Ciri-cirinya bakalan lebih menunjukkan ke-Jepang-annya. Rambut panjang hitam lurus dan mata bulat dengan kulit yang putih. Oke, itu Suki di bayangan saya. Kayak anak SD di anime-anime gitu.

Sudah saya bilang ya sebelumnya, buku ini ternyata sebuah buku romansa dan pedekate terselubung. Akhirnya si Emina ketemu dong sama stalker ini—namanya Abel, saya nggak tau nama panjangnya. Tapi saya nggak mau ngasih tau kayak apa bentukannya. Pokoknya gitu deh.

Saya suka nih bagian cerita ketika Emina dan si stalker punya misi rahasia buat memecahkan teka-teki yang ada di buku-buku. Bukunya bukan buku sembarang, tapi buku-buku penuh coretan yang bikin mereka harus "kembali" ke masa lalu.

Tempat-tempat di Jakarta masa kini yang jadi tujuan mereka. Karena si Abel ini phobia suara dan sentuhan, makanya mereka selalu pergi di jam 3 dini hari. Kebayang kan gimana sepinya Jakarta di jam segitu?

Ya, saya juga jadi berkhayal sendiri gimana kalau saya dan gebetan saya pergi menjelajah keliling Jakarta malam-malam. Kayaknya seru banget, kan? Nggak panas, nggak macet, nggak pusing karena liat banyak orang. Cuma satu yang ditakutin sih, takut dibegal.

Karena buku ini adalah buku romance yang apik, saya menemukan sebuah pertanyaan dan pernyataan yang relate sama kehidupan romansa saya hari ini.

Nissa-si-Yan pi bertanya pada Emina. "Tapi lo baru kenal dia selama... what, 2 weeks? Kenapa lo percaya sama dia?" (Hlm. 150)

Jawaban Emina bikin saya terkejut dan mengangguk setuju.


"Kadang-kadang, memang ada aja orang yang baru kita temui dan langsung nyambung, kan? It's like datang ke kafe baru. Duduk, buka laptop, dan ternyata langsung tersambung ke internet. In this case, gue laptopnya, dia internetnya, dan di antara kami, ada WiFi superkencang."

"Oke. Terus, WiFi superkencangnya dapat darimana?"

"...WiFi-nya dari kafe. Dari environment. Environment kami menyediakan fasilitas supaya kami bisa tersambung dengan cepat. Lagian, memang berapa lama biasanya orang kenalan dan memutuskan kalau mereka suka satu sama lain? How long did it take for you and your husband? Lo ketemu di kampus, sure. Tapi, lo jadian sama dia karena sejak awal lo ngerasa asyik bareng dia, kan?

Sure, some people need time to discover this. But some people don't. Nggak semua orang baru pacaran setelah bertahun-tahun jadi teman. Random people meet each other through lots of media: online dating, dikenalin teman, ketemu di pasar... Dan, seriously, nggak semua orang ketemu di tempat dan dengan cara konvensional.

Listen. Waktu ketemu orang baru, selalu ada hal-hal yang nggak kita tau soal dia, kan? Banyak hal yang membuat kita waspada...."  (Hlm. 151).

Sejujurnya membaca ini bikin saya ingin bisa mengobrol banyak hal dengan orang-orang. Melihat cara Emina mencari topik pembicaraan yang spontan dengan orang lain—yang bahkan baru dia kenal—bikin saya kagum pake banget. Karena saya nggak bisa melakukan hal seperti dia, kecuali soal mewarnai rambut. Hahaha.

Jadi, selain teka-teki soal Operasi Balon Terbang, stalker, dan puisi-puisi atau tulisan di balik buku-buku yang pernah dipinjam Emina dari Pak Meneer, buku ini benar-benar sebuah buku romance! Dan saya suka banget.

Hal lain yang saya suka dari buku ini tentu saja ilustrasinya yang menyenangkan untuk menambah imajinasi. Karena buku ini juga cetakan kedua, dari segi sampulnya saya lebih jatuh hati sama sampul terbarunya ini dibanding dengan sampul sebelumnya.

Terakhir, kalau bisa dan memungkinkan punya momen kayak Emina dan Abel, saya juga mau kok keliling Jakarta malam-malam sama kamu. Apasih. Hahaha.

Next baca buku apa lagi, ya?

Post a Comment

9 Comments

  1. I think, thing goes wrong there at "kafe dan wifi". Karena itu berarti orang lain--bahkan sebanyak mungkin orang--bisa datang juga ke kafe dan konekin laptop mereka dengan kecepatan internet yang sama kencangnya dong.

    Btw, ini kayaknya bukan review deh, gue lebih ngeliat lo ngebocorin semua isi bukunya. Jadi gue gak perlu baca, udah tau. Haha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha iya juga ya. Kok gue baru kepikiran.

      Soal itu... tapi masih ada yang gak gue bocorin. Kan teka tekinya belom ketebak kenapa mereka harus memecahkan cerita dibalik buku itu pak. Haha

      Delete
  2. Hahaha ini emang bagus! Dan langsung ngefans sama mbak ziggy. Terlebih karena dia pernah protes gara-gara di twitter ada yang bilang kesusahan nyebut namanya. Coba baca yang Semua Ikan di Langit deh. Itu juga rusuh. Hohohho.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kemarin gue mau lanjut baca yang Semua Ikan di Langit, tapi masih gue tahan dulu karena dia fantasi gitu kan kalo baca blurbnya sih. Tapi kalo menurut lu seru ya ntar gue baca deh hahaha

      Delete
  3. Aku rada gak sreg ama cerita2nya Ziggy, mungkin gak sreg ama cara dia menceritakan saja kali, sih. atau mungkin belom. nyoba yg semua ikan di langit, kadar fantasi saya gak cocok. tapi mungkin lain waktu diterusin.

    Kalo cerita romansa, kayaknya sementara ini gak bakal ngikutin sih. apalagi kalo kalo sampe ada twist sebelum paginya karena mau liat matahari terbit sama2. kecuali kalo mereka berburu sebelum paginya karena akan mendapatkan harta karun Gol D Roger yang muncul sebelum matahari terbit. bolehlah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Untuk yang Jakarta Sebelum Pagi awal-awalnya aku juga agak mikir, cuma makin lama makin enak sih dan bisa nikmatin cara dia bercerita.

      Ada twistnya pasti, tapi ya gitu deh hahaha. Udah coba baca?

      Delete
  4. Baca tulisan ini gue jadi ingat seorang teman--Putri, dia dua tahun silam menceritakan hampir seluruh kejadian kayak begini ketika kami nongkrong di kafe. Anehnya, gue tetap mau baca bukunya. Gue beli bukunya 1-2 minggu kemudian. Toh, belinya juga pakai voucer gratisan menang kuis 500 ribu. Wahahaha.

    Sebetulnya sih gue agak terganggu sama campur aduk bahasa Inggris si Emina itu. Tapi karena itu ciri khas karakternya yang doyan ngomong seenak jidat, akhirnya termaafkan. Romansa di buku ini juga cukup oke ketimbang para penulis romansa lainnya. Meskipun minusnya gue bakal membandingkan sama kisah-kisah komik Jepang yang pernah gue baca karena karakternya seaneh itu, ya. Terus kan Ziggy emang merujuk ke negara itu. Negara keluarga Suki.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahaha ternyata lo beruntung juga beli pake voucher, jadi meski udah diceritain semuanya tetep gak apa apa mau baca.

      Iyaaa, kalo ngomong bahasa yang campur aduk gue keinget buku-bukunya Ika Natassa malah. Kan tokohnya begitu semua rata-rata. Nah, porsi romancenya juga emang gak berlebihan, makanya gue suka sama ini buku wkwk. Malah jadi kau baca komik yang disebut sama si Emina.

      Delete

Apa tanggapan kamu setelah membaca tulisan ini?