[Book Review] Chandelle by Riawani Elyta



Judul: Chandelle | Pengarang: Riawani Elyta | Penerbit: Guepedia | Tahun Terbit: Desember 2018 | Tebal Buku: 280 hlm. | ISBN: 978-602-443-5


BLURB
Hyde, pria tampan keturunan Hasburg harus mengikuti tradisi keluarga untuk menikahi gadis bangsawan. Jika tidak, maka ia tidak akan mendapatkan warisan dinasti Habsburg. Saat liburan bersama orang tuanya di Malvern Hills. Orang tuanya memperkenalkan Hyde dengan sahabat lama mereka Ken dan Sonya, yang mempunyai tiga anak gadis: Carrie, Letticia dan Milly. Orang tua Hyde dan Ken – Sonya berencana akan menjodohkan Hyde dengan salah satu dari ketiga gadis ini yang juga keturunan menak (bangsawan). Maka dimulailah hari-hari interaksi antara Hyde dengan ketiga gadis itu yang memiliki karakter berbeda. Dalam interaksi itu, juga ada Chandelle, sahabat Milly yang bekerja sebagai penghias sepatu dan pernah diajak Milly menemaninya ke rumah Hyde. Diam-diam Hyde merasakan sesuatu yang berbeda tentang Chandelle.

Sebuah peristiwa tak terduga saat peringatan acara ulang tahun kakek Hyde, membuka rahasia yang pernah ada tentang Hyde dan Chandelle bertahun-tahun silam. Di saat hampir bersamaan, Chandelle menemui kenyataan penting dalam hidupnya yang membuatnya harus pergi meninggalkan semua yang ia jalani selama ini. Termasuk juga... melupakan perasaan yang mulai tumbuh terhadap Hyde. 

Akankan kisah ini berakhir bahagia baik takdir yang mengubah upik abu menjadi cinderella? Ataukah bahagia untuk selamanya hanya ada dalam mimpi-mimpi indah dan imajinasi belaka?
----


Kalian tentu sudah sering dengar dongeng Cinderella, kan? Sebuah dongeng anak-anak yang menjadikan seorang anak perempuan menjadi putri kerajaan berkat sepatu kacanya. Pesta dansa, ibu peri, kereta kencana, dan sepatu kaca yang legendaris sudah pasti sangat melekat di pikiran ketika mendengar nama Cinderella. Nah, kali ini seorang penulis yang terinspirasi dari dongeng tersebut membuat kisah Cinderella menjadi berbeda.

Buku Chandelle ini memang terinspirasi dari dongeng yang terkenal itu. Tapi bukan berarti ceritanya sama. Bahkan dibilang remake pun tidak. Alkisah ada seorang gadis yang merupakan anak dari penghias sepatu. Cerita dibuka dengan keberadaannya di depan toko permen di salah satu pusat perbelanjaan di negara Inggris.

Gadis ini bernama Mayla. Nama yang sangat Indonesia, ya? Nah, ternyata Mayla memang punya garis keturunan Indonesia dari ayahnya. Meski begitu, kini ia tinggal bersama ibunya di salah satu kota kecil di Inggris. Hampir keseluruhan cerita ini punya latar tempat di Inggris. Tidak sama sekali ada latar Indonesianya. Sehingga, novel ini terasa seperti novel terjemahan.

Sebagai seorang anak penghias sepatu, Mayla tentunya punya berbagai sepatu unik dan menarik hasil kreasi ibunya. Hal inilah yang membawanya pada seorang anak lelaki yang akan jadi sosok penting di masa depannya. Pertemuan Mayla dan anak lelaki ini bisa dibilang sangat kebetulan.

Mayla bertemu dengannya ketika si anak lelaki ingin memberikan hadiah untuk ibunya yang berulang tahun. Disinilah kemudian Mayla menawarkan jasa ibunya untuk menghias sepatu lama milik mama sang anak lelaki. Namun sayangnya, ibu Mayla keburu meninggal karena sakit sehingga sepatu itu pun tak pernah selesai dihiasnya.

Dalam adegan ini pun ada fakta lain mengenai sepatu dalam dongeng Cinderella. Ibu Mayla bercerita kalau dalam cerita aslinya sepatu Cinderella bukan terbuat dari kaca, melainkan sepatu yang berhiaskan bulu-bulu. Well, ini sebuah pengetahuan baru untuk saya.

"Sepatu asli Cinderella tidak terbuat dari kaca, Mayla, tetapi dari bulu, tepatnya bulu tupai. Charles Perrault telah salah dengar. Orang-orang Perancis meblnyebut bulu dengan 'vair', tetapi di telinga Perrault terdengar seperti 'verre'. Dan verre artinya kaca." (Hlm 23).

Waktu beralih ke masa depan dimana Mayla sudah dewasa dan tinggal bersama kerabat ibunya. Entah karena apa, namanya pun diganti oleh bibinya yang bernama Renee menjadi Chandelle. Meski ada filosofi dibalik penggantian nama Mayla, namun ada kesan yang dipaksakan. Kenapa harus sampai ganti nama?

"Tetapi ibu angkatnya kemudian mengubahnya menjadi Chandelle, karena menurut wanita air, karakter Chandelle tak ubahnya sebatang lilin yang menyala. Lilin yang rela terbakar dan meleleh asalkan orang-orang di sekitarnya mendapatkan kehangatan dan cahayanya." (Hlm. 42-43).

Di sisi lain, novel ini sarat dengan keluarga konglomerat yang masih memegang teguh perjodohan. Dicertakanlah seorang lelaki bernama Hyde yang akan dijodohkan oleh kedua orangtuanya dengan keluarga menak lainnya agar garis keturunan Habsburg tetap terjaga dan tidak ada kutukan-kutukan yang terjadi.

Hyde awalnya dijodohkan dengan anak-anak dari teman orangtuanya. Namun seperti yang bisa ditebak, jalurnya akan sama. Hyde bertemu Chandelle dan kemudian jatuh cinta padanya. Klise, ya? Memang.

Tapi, ada kejadian yang akan membuatnya kembali ke masa lalu. Apa itu? Kalian akan dengan mudah menebaknya karena sudah ada clue di awal buku ini yang menggiring plotnya sampai ke akhir.

Dan dengan siapa Hyde akhirnya menjatuhkan pilihan? Tentu sudah bisa ditebak juga.

Meski ceritanya mudah ditebak, tapi saya cukup takjub dengan pemilihan profesi ibu dan Chandelle sebagai penghias sepatu. Karena saya belum pernah melihat ada profesi semacan itu. Hehehe. Dan kejadian perselisihan untuk memperebutkan Hyde diantara ketiga putri teman orangtua Hyde juga relate sekali dengan kehidupan nyata.

"Kalau kita memang ingin memberi hadiah pada seseorang, tidak perlu berpikir apakah dia bakal suka atau tidak. Yang penting kita memberi dengan tulus, dan semoga ketulusan itulah yang akan menjemput keajaiban." (Hlm. 101-102)

Kalau boleh dibilang, buku ini sungguh sangat menghibur meski ya itu tadi, dari awal membavanya kalian sudah pasti bisa menebak endingnya. Tapi untuk sebuah buku dengan cerita fiksi yang inspirasinya dari dongeng terkenal, menurut saya ini cukup apik. Mengingat si penulis harus berpikir keras agar ceritanya tidak "plagiat" dengan cerita aslinya.
Meski satu ide, tapi alurnya bisa dibilang berbeda sama sekali. Jadi, pembaca masih bisa menikmati ceritanya tanpa membandingkannya dengan cerita aslinya.

Kekurangannya adalah, masih ada beberapa typo dan kalimat yang saya kurang paham. Atau salah penulisan nama tokoh di dalamnya.

Sekian.

Bintang? Hm, tiga aja deh. Hehehe.

Post a Comment

2 Comments

  1. Sama kayak blogpost ini yang juga typo-nya dobel di bagian kuot :(

    ReplyDelete

Apa tanggapan kamu setelah membaca tulisan ini?