23; Sebuah Ganjil yang Genap


Mari menghela napas terlebih dahulu, sebelum tiba di titik yang baru. Hidup telah ada sejak dulu, membuatku tahu, ada hal-hal yang indah dan butuh dijamah. Namun, ada juga hal-hal yang sakitnya membuat nyeri ulu hati dan harus dilalui dengan hati-hati. Suatu hari—entah di masa yang mana—pikiran-pikiran akan berkelahi, memutar banyak potongan cerita, sampai di satu titik kamu menyadari bahwa semua ini hanya perlu dijalani... dengan baik dan ikhlas.

Setiap langkah yang sudah kujejaki, bukan lagi langkah mungil seperti saat masih belajar berjalan. Tetapi, aku masih tetap "belajar berjalan" dari segala jatuh yang bersiap di belakang; dari segala kecewa yang menghadang di depan; dan dari segala ketakutan yang menyunpal pikiranku dalam-dalam.

Kalau aku terduduk di sini, di tempat yang masih sama seperti dulu, artinya aku tidak berhasil kemana-mana. Lalu, sudah sampai manakah aku kini?

Aku sudah berada di anak tangga yang lain; di pintu gerbang petualangan baru; di kenyataan dan lautan mimpi-mimpi yang baru. Sebab, hari ini adalah masa depan yang aku rencanakan di masa lalu. Kalau aku masih ragu, berarti perencanaanku belum matang.

Jadi, dunia di sebelah manakah yang akan membawaku pada kehidupan yang baik? Jawabannya ada pada diriku. Duniaku. Hanya duniaku sendiri. Tetapi dengan bantuan tangan-Mu yang selalu memberiku kehidupan tanpa pernah tega mematikanku dalam ketakutan. Segala bentuk kekuatan, berkah, rezeki, sehat, kesempatan yang baik, semua atas izin-Nya.

Hari dimana aku memikirkan akhir kehidupanku, semesta menunjukkan bahwa hidupku masih berharga. Sejelas-jelasnya tekad, aku harus tetap bertahan. Sebab, angka ini memang ganjil, tetapi genap di hari ini. Semoga semuanya akan selalu Allah ridhoi. Aamiin.

Doaku tak pernah muluk-muluk: semoga doa orangtuaku bisa terkabul. Aamiin.


Kamar yang nyaman.
Menjelang angka 23 di 12 April.

Post a Comment

0 Comments