[Review + Giveaway] Mengenang Kenang by Ari Keling



Judul: Mengenang Kenang | Pengarang: Ari Keling | Penerbit: The PanasDalam Publishing | Tahun Terbit: Oktober 2017 | Jumlah Halaman:203 hlm. | ISBN: 9786026100771 | Harga: Rp 45.000,-

Mengenang Kenang adalah buku solo ke-11 dari seorang penulis bernama Ari Keling. Belum kenal? Monggo kenalan dulu. Orangnya ramah kok... dan jomblo. Ya, siapa tau ada dari kalian yang ingin kenal lebih dekat. Hehehe.

Ini buku solo pertama karya Ari Keling yang saya baca. Sebelumnya saya sempat membaca cerpen karyanya di sebuah antologi "Air Akar" yang terbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama dalam Kompetisi Menulis Tulis Nusantara 2012; serta buku duetnya bersama Mitha Juniar yang berjudul Honesty. Sisanya, saya belum pernah membaca buku solo beliau lainnya.

Dilihat dari judulnya, Mengenang Kenang sukses membuat saya tertarik. Mengenang kenang. Apa yang perlu kita kenang dari sebuah kenangan itu sendiri? Apakah rasa dari kenangan itu mampu kita kenang? Atau bagaimana? Belum sempat saya membunuh rasa penasaran, saya sudah diberikan sebuah clue soal isi buku yang—kalau boleh saya bilang—sungguh menyedihkan.

"Sebab cinta bukan hanya soal memiliki."

Siapapun yang melihat sampul buku Mengenang Kenang pasti akan membaca tulisan itu. Apa iya cinta nggak harus memiliki? Apa iya kita cuma akan berdalih "Aku akan bahagia kalau kamu bahagia, meski bukan dengan aku." Atau... tunggu, saya belum sampai membahas isi buku, ya. Kesan muram dan patah hati sungguh kentara dari kalinat yang tercetak di sampul bukunya. Saya pikir, ini cocok buat orang-orang yang ingin bergalau-galau sambil mendengarkan lagu sendu dan mengenang seseorang, siapapun itu.

Omong-omong soal sampul, buku Mengenang Kenang punya sampul warna ungu yang soft banget. Belum lagi ilustrasinya yang bikin geregetan abis. Laki-laki yang termenung; perempuan yang berdiri jauh tanpa memandang. Apakah ini pertanda bahwa buku ini benar-benar menggambarkan kesedihan yang amat sangat? Hm, saya bisa bilang iya. Tapi, saya juga masih penasaran nih, kenapa sampul bukunya warna ungu, ya? Dan beginilah jawaban dari si penulis ketika saya tanya,

"Awalnya kover pilihan warna biru dan pink, dengan gambar yang beda. Aku minta revisi. Lalu dibuat gambar beda dari jadinya beda juga dengan warna hijau kekuningan. Karena gak sreg sama gambar ceweknya, minta revisi gambar ceweknya. Gak taunya dibuatkan baru dengan warna ungu itu dan langsung suka."

Memasuki halaman-halaman awal, kamu bakal disuguhkan dengan Pengantar Isi Hati dari sang penulis. Sebenarnya saya ingin sekali sok tahu dan bilang kalau semua cerita di dalam buku ini adalah kisah nyata si penulis—setelah membaca pengantar itu tentunya, tapi kayaknya fiksi ataunya based on true story ini hanya penulis dan Tuhan yang tau. Bukan begitu, Mas Ari? Hehehe.

Di dalam buku ini, kamu nggak akan cuma menemukan satu cerita saja, tetapi ada banyak cerita yang mungkin saja salah satunya pernah kamu alami.  Namun, buku ini dibagi ke dalam enam bagian yang masing-masing punya berbagai cerita. Intinya, kisah di dalam buku ini mampu menyeret saya pada berbagai kenangan yang tertidur di pojok hati saya. Entah dengan siapa atau dalam momen apa.

Selain berisi banyak cerita yang pastinya "kamu banget", buku Mengenang Kenang juga menyuguhkan quotes di setiap akhir ceritanya. Jadi, bisa deh buat dikutip di media sosial atau buat dijadiin status kode ke si gebetan.

"Tak ada yang berubah sama sekali. Bahwa melihatmu dari jauh saja membuatku patah hati berkali-kali." (Hlm. 20).

Membaca buku Mengenang Kenang sudah pasti membuat saya banyak merenung karena terlalu menikmati, hanya saja saya agak kurang nyaman dengan pemilihan font utama dalam buku ini. Terlebih lagi untuk margin paragraf yang terlalu lebar ke luar. Gimana ya menjelaskannya...

Saya nggak tau juga sih apakah font ini dipilih oleh penulis atau disesuaikan oleh penerbit, namun menurut saya sebaiknya pakai font yang sudah umum saja, misalnya Times New Roman (macam bikin skripsi) atau calibri. Tapi hal ini kembali ke penulisnya sih, mungkin saja ini akan jadi ciri khas si penulis, kan? Dan soal margin, mungkin bisa mengikuti margin normal khusus untuk kiri-kanannya. Ya, tapi ini mah saran aja. Mungkin layouternya lebih paham.

Overall, buku ini cukup menarik perhatian buat yang suka galau atau mau galau; buat yang mau mengundang luka lama; buat yang mau kode-kode ke mantan; buat yang mau mengingat lagi gimana rasanya patah hati, ditinggalkan, diselingkuhin, dikhianatin, sampai ditinggal ke alam lain; dan juga buat yang mau belajar dari pengalaman pahit nan menyakitkan. Kalau sudah selesai baca buku ini, bisa juga dengerin original soundtrack-nya.

Emang ada?

Ada dong! Penulisnya nulis lagunya sendiri, nyanyi sendiri, main gitar sendiri (ya iya atuh, main gitar berdua mah gimana caranya. Kan gitarnya cuma satu). Ada dimana sih lagunya? Ada di soundcloudnya beliau dong. Cari aja deh. Lagunya bikin sedih, judulnya "Berpisah".
---

MINI GIVEAWAY!

Penasaran sama buku ini? Saya punya satu eksemplar buku Mengenang Kenang buat satu orang yang beruntung. Caranya gimana?
Ikutan mini giveaway di Instagram saya ya. Cara lengkapnya silakan langsung buka @afriantipratiwi :D

Good luck and happy reading!
Rate: 3/5


Cileungsi, belum turun hujan.
20 November 2017. 18:33

Post a Comment

6 Comments

  1. Judulnya unik yah...covernya jg memikat. Jadi pengen ikut giveaway-nya..

    ReplyDelete
  2. Ungu favoritkuuuh. Betewe mas Arling ini emang paling bisa deh bikin cerita yang baperin anak orang. Huhu

    ReplyDelete

Apa tanggapan kamu setelah membaca tulisan ini?