Menyaksikan Kesendirian


Orang-orang yang melintas di depan mata bicara tanpa makna.
Roda-roda kendaraan, menghempaskan kesepian.
Harum aroma kopi pagi hari bergerak ke luar jendela.
Dengan amat bosan, kutatap lagi kesendirian.

Kau yang berdiri dengan sigap, merengkuh lensa kamera di tangan kanan.
Berlari di antara debu-debu atau bahkan kepingan ilusi milik orang lain.

Ada jeda yang mengharap dari balik keramaian.
Sesaat sebelum matahari meredup dan bersembunyi.
Langkah-langkah kakimu bergetar, meski hatimu tak juga mendengar kabar.

Kisi-kisi jendela adalah tempat kita berbisik.
Menampik pilu dengan cara yang unik.

Aku adalah rindu yang tak kunjung menepi.
Seperti cangkir kopi yang tiba-tiba kau tinggal pergi.
Aku adalah rindu yang tak jua menghilang.
Seperti potret gambar dini hari yang kau bidik di atas talang.

Sore tanpa jelmaan senja menerawang sampai kamarku.
Langkah kakimu mengetuk pintu rindu yang tertutup kabut pilu.
Suara anak-anak di luar menghamburkan sendu yang tadi hampir buyar.
Ketika malam bergulir di sampingku, kamu adalah yang pertama menyapa:

"Aku pulang, sayang."


Kamar kos, masih pagi lho.
10 Agustus 2017. 07:41.

Post a Comment

0 Comments