Mengabadikan Momen Lebaran 2017




Sudah jam setengah 3 sore waktu Indonesia Barat dan aku masih baru bisa menyelesaikan beberapa halaman hasil skripsi. Beruntunglah skripsiku hanya mengharuskan duduk di depan laptop tanpa kemana. Meskipun aku bosan setengah mati, tapi aku harus menyelesaikan ini dengan segera. Biar besok bisa bimbingan. Yak, langsung saja. Hari ini, sudah hampir deadline, aku mau menuliskan cerita soal lebaran 2017 yang bisa dibilang mengesankan.

Pasca seminar proposal tanggal 2 Mei, aku melakukan kebodohan terfatal: leha-leha. Ya, gimana enggak, skripsiku dianggurin dua bulan. Oke, poin lainnya, aku pulang cepet ke Bogor karena ingin merasakan puasa di rumah. Purwokerto-Jakarta cuma 5 jam naik kereta, asal jangan kereta Serayu ya, bisa 12 jam itu mah. Dilanjut Jakarta-Bogor sekitar 1,5 jam. Puasa di rumah selalu asik, aku nggak perlu repot mikir "Buka puasa pake apa sore ini?", soalnya makanan wajib udah ada: gorengan dan es blewah+timunsuri+nutrijell+kelapa. Itu udah menu buka puasa ternikmat seantero dunia kayaknya.

Tahun ini juga aku dan keluarga memang mau lebaran di kampung halaman sekaligus kota kelahiranku, Gombong. Ya, sebuah kesalahan memang karena aku jadinya bolak-balik. Padahal jarak Purwokerto-Gombong cuma 1,5 jam kalo pake motor. Tapi biar saja, namanya juga anak kosan kangen keluarga, pasti mau juga ngerasain puasa bareng keluarga. Dari niat awal kami udah memastikan kalau bakalan berangkat mudik setelah solat ied, dengan harapan setelah solat ied itu jalanan agak lowong dan lancar. Nyatanya, tidak sesuai harapan, gaes.

Inget dong, lebaran tahun lalu macetnya kayak apa di tol Brexit? Sampe ada yang meninggal juga. Kasian. Niat ingin berlebaran bersama sanak saudara malah kena musibah di jalan. By the way, ini pertama kalinya aku mudik sekeluarga naik mobil pribadi. Biasanya di tahun-tahun sebelumnya, kalo mudik pasti pake angkutan umum kayak kereta ataupun bus. Kali ini, ya alhamdulillah bisa berangkat sekeluarga aja, tanpa bareng-bareng sama orang lain. Enaknya bisa lebih santai dan bebas mau tidur posisi kayak apa juga. Nggak enaknya, kasian bapakku capek nyetir sendirian karena aku belum jadi-jadi kursus setir mobil.

Mudik setelah solat ied ternyata juga masih macet. Baru masuk daerah Bekasi aja udah macet sekitar 2 jam. Begitupun di tol Cipali yang hampir-hampir menguras emosi, "Tol kok macet?!". Iya, itu sebuah anomali kayaknya. Dimana-mana tol itu kan jalan bebas hambatan, harusnya lancar jaya tanpa ada halangan maupun rintangan, tapi ini beda. Tol Cipali macet, kecepatan paling banter 40km/jam, hampir semua rest area penuh sama pemudik. Ya, mau nggak mau memang harus dijalani.

Senja di tol cipali.

Berangkat jam 11 siang (25/06), kami semua sampai di Gombong jam 1 dini hari (26/6). Itu pun sudah 2 kali berhenti, satu kali di rest area dan satu kali lagi di daerah Bumiayu. Kesalahan kedua adalah kami masuk tol. Kata orang-orang yang mudik sebelumnya, harusnya jangan lewat tol, lebih baik lewat jalan kecil saja supaya perjalanan lancar. Tapi baik aku, bapakku, dan anggota keluarga lain, tidak ada yang hapal rute, jadi kami melewati jalur yang mainstream dan tidak rawan nyasar.

Sampai di rumah bude, aku langsung tidur karena seharian nemenin bapakku menyetir sambil bolak-balik puter playlist lagu di mobil demi menghilangkan kantuk. Ya, untungnya aku nokturnal, biasa tidur malem di atas jam 12, jadi ketika harus melek di jam-jam segitu ya masih seger. Ibarat kata, jam tidurku itu siang, malem waktunya kerja. Cuma agak disayangkan, aku benci jam tidur yang berantakan macem gini.

Setelah bangun jam 8 pagi, aku dan keluarga langsung mengunjungi sanak saudara yang kami kenal. Seperti ritual kebanyakan orang, siapapun yang kami temui dan kami kenal maka akan ada tradisi halal bi halal, yaitu salaman sambil bermaafan. Nggak cuma itu, di Gombong, banyak yang kenal aku, tapi akunya lupa. Bukan sombong, tapi memang lupa, karena mereka kenal aku pas masih kecil, sedangkan sewaktu aku kecil, tau nama mereka saja enggak. Makanya, sejak aku kuliah di Purwokerto dan sering main ke Gombong, selalu banyak yang menyapa, tapi aku hanya membalasnya dengan senyum. Kadang inget wajahnya, tapi tetap nggak tau siapa namanya. Problematika klasik.

Lebaran tahun ini juga momen terlangka yang pernah aku rasakan. Pertama, saudara mamaku kumpul semua, lengkap. Mamaku anak bungsu dari lima bersaudara dan hari itu keempat kakaknya bisa kumpul bersama. Kedua, mengabadikan momen dalam bentuk foto.



Kebanyakan yang aku lihat di sosial media, memang banyak keluarga teman-teman yang mengabadikan momen dengan berfoto, tapi keluargaku sangat jarang. Kami lebih memilih duduk bersama, ngobrol, makan cemilan, minum, dan kemudian selesai. Tidak ada yang asik dengan ponselnya sendiri. Kami, para anak-anak, juga ikut mendengarkan apa yang orangtua bicarakan.

Tetapi hari itu, terdengar pula celetukan, "Wah, pas banget nih kumpul berlima (red-mamaku dan kakak-kakaknya), foto dong." Hingga akhirnya, terciptalah beberapa jepretan foto keluarga besar Alm. Mbah kakung Saliman dan Almh. Mbah putri Turyati.

Barisan para cucu. Belum lengkap.

Melihat begitu banyaknya cucu-cucunya, aku jadi ingin menelusuri silsilah yang begitu banyaknya hingga ke atas. Rasanya banyak saudara yang aku tau namanya, aku tau orangnya, tapi aku tidak tau, dia anak dari siapa, atau cucunya siapa. Kadang-kadang, kita perlu memahami, bahwa kumpul keluarga saat lebaran bukan hanya soal berfoto, bermaafan, dan makan kudapan, tapi juga soal memahami dan belajar dari makna temu kangen keluarga yang sesungguhnya.

Obrolan-obrolan seputar keluarga yang jarang didengar oleh kami yang rumahnya tidak se-kota juga bisa membuka catatan baru mengenai kabar keluarga lainnya. So, lebaran kali ini tentunya membuatku ingin tahu lebih banyak mengenai sanak saudara yang aku punya.

Happy eid mubarak 1438 H.
Eh, udah masuk kerja ya? Gapapalah ya.


Purwokerto, masih nyekripsi. Doakan lulus September 2017, ya!

Post a Comment

8 Comments

  1. Waaah... Asyiknya bisa foto2 bareng keluarga. Kalo aku, pas lebaran kemarin pulang duluan, gak sempat ketemu beberapa sodara. Pas dikirim foto2 sama ibu via wa, kaget aja... Banyak yang gak kenal, ponakan2 yang ternyata udah gede 😂😂😂

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah iya bener. Jarang-jarang bisa begini. Menikmati momen :D

      Delete
  2. Hihihi kalau lebaran ngumpul semua kadang ga cukup satu frame foto :)
    Salam kenal mbak afri, semoga sukses skripsinya!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul banget kak. Makasih yaaa :D
      Salam kenal kembali :)

      Delete
  3. Wiiii, rasanya kok aku baru perdana mampir sini ya. Tapi ya kok familiar nama blognya, eh sdhlah :) Ternyata asalnya malah Gombong, hrs bisa Jawa dongg :) Makasih ya udah ikutan GA ku, gudlak^^

    ReplyDelete
  4. Tahu ini gara2 dari GA-nya Teh Prita..hehe
    Tapi gak apa2 lah, salam kenal ya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kebetulan memang ikut GA-nya.
      Salam kenal juga kak :)

      Delete

Apa tanggapan kamu setelah membaca tulisan ini?