5 Hal yang Harus Kamu Ketahui Tentang Kota Gombong



Terlahir di kota kecil di Jawa Tengah membuat saya merasa hidup ketika kembali lagi ke kota itu. Ya, setelah dilahirkan di sana, keluarga saya memutuskan untuk merantau ke kota Bogor. Tumbuh di Bogor tentunya tidak membuat saya lupa pada kota kelahiran yang sungguh sangat saya nikmati sensasinya. Sejak tinggal di Bogor, saya hanya beberapa kali berlibur ke kota kelahiran ini. Sisanya, hanya mengais-ngais kenangan yang tersimpan di memori.

Waktu demi waktu berjalan begitu cepat. Pada usia ke-18, saya berhasil memasuki sebuah Perguruan Tinggi Negeri di Purwokerto. Saya serta merta ingat bahwa Purwokerto begitu dekat dengan kota kelahiran saya. Ya, kota/kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen. Jarak Purwokerto-Gombong hanya dua jam saja. Betapa saya sangat bersyukur berkuliah di sana. Itu artinya saya bisa hampir setiap bulan pergi ke Gombong.

Rasa bahagia saya tak hanya sampai di situ. Kembali ke kota kelahiran setelah memasuki usia dewasa membuat saya banyak berpikir. Kota ini banyak berubah, tetapi tidak pada suasananya. Dan inilah 5 hal yang perlu kamu ketahui soal kota kelahiran saya, Gombong.

1. Tidak terlalu pelosok, tidak juga terlalu 'kota'.
Jika ada orang yang mengatakan "kampung halaman" apakah pikiran kita akan merujuk pada sebuah kampung yang jaraknya jauh dari kota; pelosok, susah sinyal, dan jauh dari peradaban? Bagaimana kalau kita menyebutnya 'desa'? Apakah kita juga masih punya stereotip mengenai orang yang bicara dengan bahasa daerah dan terkesan 'ndeso'? Nah, kalau iya, rasanya pemikiran kita harus diubah, terutama pada kota yang satu ini.

Well, Gombong sebenarnya adalah sebuah kota kecamatan. Kalau melihat daerahnya, tentu saja Gombong merupakan kota yang strategis karena tidak terlalu pelosok. Selain dekat dengan jalan utama yang menjadi lalu lintas antarkota, Gombong juga punya stasiun sendiri, lho. Pasar Wonokriyo pun kini lebih dikenal dengan Pasar Gombong karena lokasinya yang dekat dengan kota Gombong. Pokoknya semua yang kamu cari di sini tercukupi, kecuali mall dan bioskop, ya. Memang kedua tempat itu belum ada di Gombong, tapi saya rasa tidak begitu perlu deh. Hahaha.

Walaupun aksesnya bisa terbilang mudah, suasana 'desa' di Gombong masih terbilang kental. Warga Gombong masih sering gotong royong, solat berjamaah, dan membantu sesama tetangga. Beberapa kali pengalaman saya berada di Gombong ketika Idul Adha, tentunya mereka semua saling membantu untuk melakukan qurban. Kalau suasana yang saya bilang sih lebih ke arah jalanannya yang tidak terlalu ramai, orang-orangnya yang ramah dan suka menyapa, serta angin sejuknya ketika pagi dan sore hari. Biasanya saya sering sepedaan atau motoran saat sore hari untuk menikmati senja di persawahan. Nah, ini yang saya suka dari Gombong, masih ada sawah! Jadi, saya bisa memanjakan mata saya dengan nuansa hijau yang asri.

2. Benteng Van Der Wijck, Sebuah Wisata Sejarah di Gombong.

Sumber: www.kotagombong.wordpress.com
Kalau kalian suka wisata sejarah, di Gombong juga ada salah satu lokasi wisata sejarah yang terkenal. Yup, Benteng Van Der Wijck yang bangunannya didominasi warna merah dan hitam ini menjadi lokasi wisata pilihan ketika hari libur tiba. Nggak cuma belajar sejarah, tapi kalian bisa juga bermain di wahana yang ada di dalamnya, makan di foodcourtnya, ataupun berfoto-foto saja. Benteng ini merupakan benteng yang dibuat pada zaman Belanda, sehingga arsitekturnya masih sangat kental dan khas pemerintahan Belanda. Selain untuk berwisata, lokasi ini juga biasa dipakai untuk foto prawedding. Jadi, kesan oldnya pun ada. Tenang, benteng ini nggak begitu jauh kok dari kota Gombong. Hanya 15 menit saja, hehehe.

3. Banyak kuliner enak dan murah!
Tidak lengkap rasanya kalau ke kota Gombong tanpa berburu kulinernya. Nah, ada beberapa makanan favorit saya yang biasanya wajib saya lahap ketika datang ke sini. Pertama ada sate dan gulai Bu Laminah. Warung makan ini sudah terkenal dari dulu, saya lupa tahunnya. Intinya sejak saya kecil dulu, saya selalu pergi ke warung sate dan gulai ini. Harganya nggak begitu mahal dan rasanya beneran enak. Kedua, soto babat deket rumah bude saya (lupa nama jalannya, intinya setelah perempatan desa Kalitengah dari arah stasiun itu masih lurus dan warungnya sebelah kanan jalan). Soto babat ini paling enak menurut saya dan harganya Rp 10.000 aja. Itu sih pas terakhir saya beli. Hahaha.

Ketiga adalah bakso dan mi ayam Monggo Mampir. Asli setiap kesini saya harus makan ini. Semua menunya enak dan bikin saya ketagihan pokoknya. Hahaha. Keempat, aneka bubur yang harganya murah pake banget. Cuma 1000-2000 rupiah aja. Ini sih makanan wajib setiap pagi buat sarapan. Cuma ada tiga macem bubur sih, yaitu bubur sumsum, bubur candil, dan bubur nasi + tahu. Gila, ini mah saya makan mulu. Hahaha.

Dan nggak cuma 3 makanan yang saya sebut tadi. Sekarang di Gombong juga sudah banyak bertebaran kafe-kafe dan kedai kopi. Jadi, jangan takut nggak bisa gaul dan update di tempat-tempat lucu, ya.

4. Mau wisata pantai? Silakan saja.
Untuk yang suka mantai, tentu kamu akan sangat suka datang ke Gombong. Meskipun Gombong sebenarnya tidak punya pantai, tetapi akses ke daerah pantai sangat-sangat mudah. Ya, Kebumen punya segudang pantai, baik yang sudah terkelola dengan baik maupun yang masih 'perawan'. Salah satu pantai yang bisa kamu kunjungi dan dekat dari daerah Gombong adalah Pantai Suwuk. Jarak tempuhnya cuma 30-45 menit dari kota Gombong. Tetapi kalau mau yang lebih jauh lagi saya bisa rekomendasikan beberapa pantai, seperti Logending/Ayah, Pantai Menganti, Pantai Lampon, Pantai Pedalen, Pantai Watu Bale, Pantai Karang Agung, dan masih banyak lagi.

Waduk Sempor. Sumber: www.kotagombong.wordpress.com
Atau kalau kamu nggak mau jauh-jauh ke pantai, kamu juga bisa lho datang ke Waduk Sempor sore-sore. Cukup untuk menikmati sejuknya angin sore dan matahari tenggelam di tempat ini. Asik banget. Nah, pokoknya jangan lupa main ke Gombong!

5. Wisata alam yang menantang adrenalin
Ini salah satu hal yang saya sukai dari kota kelahiran saya. Ternyata Gombong punya banyak deretan goa dan tebing sebagai wahana latihan dan memacu adrenalin. Sebagai mahasiswa pecinta alam, tentu saya begitu antusias ketika diajak menelusuri goa. Ketika rekan saya mengatakan, "Nanti kita latihan di goa di Gombong," saya serta merta ingin berteriak, "Wah, ini kampung gue nih!" Keren, kan?

Yup, saya beberapa kali pernah latihan di goa di daerah Gombong. Hanya beberapa yang saya tahu soal goa, namun sesungguhnya sangat banyak. Mulai dari goa yang kering hingga goa basah yang biasanya digunakan untuk cave diving. Panjang goanya pun bervariasi dan saya hanya mencoba goa Kemit sebagai lokasi untuk pendidikan lanjutan. Tetapi ada pula goa yang kini dijadikan lokasi wisata, yaitu Goa Petruk yang sudah terkenal hingga kemana-mana. Untuk tebing, saya juga baru tahu lokasi Tebing Putih yang berdekatan dengan Goa Petruk.

Well, menceritakan soal kampung halaman sekaligus kota kelahiran memang tidak akan ada habisnya. Sebab, kenangan itu terus bertambah dan bertambah. Ketenangan dan kesenangan yang saya rasakan di sana selalu membuat saya ingin kembali atau bahkan menetap di sana. Sungguh, kenyamanan itu tak bisa dibeli dengan apapun. Semoga akhir bulan depan saya bisa ke sana lagi. Dan kalian... jangan lupa kemari!

Purwokerto, menjelang deadline.
29 Januari 2017.

Post a Comment

0 Comments