When September Ends


When September ends, let's say welcome to October. But, I should say goodbye first to my brothers.

Tidak ada yang lebih menyedihkan dibandingkan perpisahan. September kemarin, rasa haru, bangga, dan sedih bercampur menjadi satu. Sempat aku berpikir bagaimana caranya menghadapi perpisahan itu dengan bijaksana, tanpa harus merasa kehilangan? Nyatanya, aku tetap merasa (akan) kehilangan. Mereka, dua orang yang selalu aku sebut kakak, saudara lelaki yang aku temui di ruang yang sama sejak pertama kali aku masuk di sana. Dan, sekarang mereka sudah memiliki gelar baru. Ya, mereka sudah lulus dan menjadi sarjana sekarang.

Setelah Mas Erwin, dua kakak laki-laki kesayanganku yang lain juga sudah wisuda tanggal 21 September kemarin, tinggallah aku yang berjuang mendapat gelar itu.

Teruntuk Kak Reza, selamat karena telah mendapat gelar baru. Aku tidak tahu harus berkata apa lagi selain ucapan selamat. Rasanya sangat kehilangan, baik di ruang KMPA maupun di luar itu. Kak Reza satu-satunya orang yang bisa aku andalkan ketika aku butuh apapun. Termasuk menemani aku kalau bete. Hahaha. Percaya deh, dia bener-bener orang yang mau membantu orang lain ketika kesusahan. Aku bahkan inget banget ketika hapeku mulai rusak, kebetulan lagi KKN, aku otomatis menghubungi Kak Reza.

"Kak, hape aku rusak. Nggak bisa nyala. Ada hape android yang nganggur nggak?"

Kurang lebih begitu kalimatku yang minta tolong, dan jawabannya cukup memuaskan aku yang lagi kelimpungan karena hape sering error, "Iya, ntar kalo aku ke poskomu, aku bawain." Pada akhirnya, dia merelakan hapenya dituker sama punyaku. Baik banget, kan?

Kebaikan lainnya masih banyak. Dia selalu siap siaga kalau aku minta jemput di stasiun atau minta anter kemana-mana. Bahkan, kalau aku nitip makan sekalipun. Aku kadang mikir, ini punya kakak baik banget. Pernah sekali waktu aku lagi bosan sebosan-bosannya dan aku bilang sama Kak Reza, eh dia langsung tahu dan nanya, "Mau main kemana?"

Dia juga nggak pelit buat mentraktir aku. Pernah aku ditraktir makan, ngopi, dan bayarin buku. Kalau aku bilang mau gantiin duitnya, dia selalu bilang, "Udah nanti aja gampang. Kalo aku lagi punya duit mah, de, aku bayarin aja. Kalo nggak punya duit tuh, baru (bayar sendiri)".

See? Gimana nggak sedih kalau akhirnya aku bakal ditinggal kakak sebaik Kak Reza? :(
---

Satu lagi yang lulus berbarengan dengan Kak Reza adalah Mas Iin. Iya, aku sudah pernah menceritakan soal Mas Iin, di sini. Teruntuk Mas Iin, selamat ya! Akhirnya wisuda juga!

Sama seperti Kak Reza, Mas Iin juga salah satu kakak kesayanganku di KMPA, tempat curhatku yang paling tahu soal gebetanku. Hahaha. Dia orang yang paling rajin dateng ke kosanku demi meminjam buku. Setiap dateng, nggak bakalan langsung pergi, pasti duduk dulu di depan gerbang, ngajak aku ngobrol sambil dia merokok sebatang-dua batang.

Karena dia tahu banyak soal gebetanku, dia selalu tanya, "Sama yang itu gimana? Sama yang disana gimana?" Hahaha, aku jadi merasa malu saking banyaknya suka sama orang dan dia tahu semua. Aku bingung mau cerita apa lagi soal Mas Iin. Pokoknya sedih aja ditinggal gini. Tiga tahun aku kenal dia, sekarang kalau curhat bakalan kemana lagi coba? Nggak ada yang bakal menyambangi kosanku lagi dan ngobrol di depan gerbang. Nggak ada lagi yang bisa aku repotin buat nemenin makan. Sedih aja gitu.
---

Dear, Kak Reza dan Mas Iin, selamat menempuh hidup dengan gelar baru. Semoga di kehidupan setelah ini bisa menjadi lebih baik. Cepetan kerjaaa, biar nggak jadi beban hidup negara. Hahaha. Makasih selama ini sudah menjadi teman, sahabat, sekaligus kakak buatku di sini. Makasih selalu mau direpotin sama adikmu yang manja ini. Makasih buat semua hal, baik pengetahuan maupun hal-hal kecil yang belum pernah aku tahu. Sekarang aku tahu, obrolan kita selalu bermanfaat, meskipun kadang akunya nggak ngerti. Maafkan, pengetahuanku kurang banyak, jadi susah berdiskusi.

Selamat pokoknya, aku bakal kangen kalian terus!


Sekre KMPA, disela-sela DIKSAR XXIX
1 Oktober 2016, 10:42

Post a Comment

0 Comments