[BOOK REVIEW] Catatan Musim by Tyas Effendi



Judul: Catatan Musim
Pengarang: Tyas Effemdi
Penerbit: Gagas Media
ISBN: 9797804712
Tahun Terbit: 2012
Tebal Buku: 280 hlm.

BLURB

Aku tak ingin menganggapnya sebagai cerita paling sia-sia.

Anggap saja ini adalah lembar penutup catatan senja. Berpita manis seperti boneka berdasi yang terlukis di cangkir teh kita.

Mungkin kau hanya bunga trembesi yang datang dari masa perbungaan raya. Menyinggahi penghujanku yang menderas memenuhi janji kemaraunya. Kau hanya setitik di antara ribuan tetes, seserpih di antara hamparan es, sepucuk yang baru bersemi menemani embun dini tadi. Sedangkan aku, terus menjadi musim yang berlari di sayap waktu; menerka isi hatimu, menantinya terbuka untukku.

Musim akan tetap bergulir, dan aku terus menunggumu hadir, meski harus menjemput ke belahan bumi yang lain.
---

Entah apa yang ada di pikiran saya, saya menyukai buku dengan latar musim yang lengkap ini. Berkisah soal Tya Mahani yang amat menyukai hujan dan sering berteduh di sebuah shelter di depan gereja di Kota Hujan. Momen  menungguh reda itu membuatnya bertemu dengan seorang laki-laki yang menyukai semi lukis, Gema.

Suatu ketika Gema mengalami penyakit yang membuat kakinya harus diamputasi. Ia pun diterima di sebuah universitas di Lille, Prancis. Sedangkan Tya baru menyadari bahwa dirinya menyayangi Gema dan berhasil menyusulnya dengan beasiswa di Lille juga. Lika-liku kehidupan Tya di Prancis juga digambarkan di sini dengan unik.

Rasanya lucu membaca nama Gema yang lebih bagus untuk disandingkan dengan hobi menyanyi atau musik. Hanya karena namanya yang berkaitan dengan bunyi, saya bisa menyimpulkannya begitu. Berkali kali saya salah membaca nama Gema Agasta menjadi Gema Astaga. Ya ampun!

Untuk soal nama saya menyukai nama Tya Mahani yang aslinya bernama sama seperti nama Latin pohon Mahoni, Swetenia Mahagoni. Saya suka dan saya baru tahu nama Latin itu dari buku ini. Pada hal saya pernah belajar Biologi sewaktu SMA.

Alur cerita novel ini sendiri memiliki alur maju. Sudah cukup baik bagi saya. Namun saya agak kesulitan menerima sudut pandang orang pertama untuk kedua tokoh ini. Sepanjang membacanya saya seolah-olah membaca satu orang saja. Padahal sesungguhnya ada perbedaan, yaitu cerita dari sudut pandang Tya dan sudut pandang Gema. Nyatanya seperti tidak ada pembagian yang jelas untuk sudut pandang ini sendiri.

Dalam satu bab diceritakan oleh sudut pandang orang pertama (Tya), kemudian belum beralih ke bab selanjutnya (hanya berjeda satu bintang) sudut pandang orang pertama berubah menjadi milik Gema. Jujur saya sempat merasa aneh membaca yang seperti ini. Biasanya meskipun kedua tokoh memakai sudut pandang orang pertama, tetapi bagiannya akan dibedakan atau minimal dibagi perbab, bukan dalam satu bab. Ah, saya banyak ceramah.

Untuk ide ceritanya sendiri saya suka! Latar musim yang lengkap, suasana Bogor yang hujan, juga negara Prancisnya yang mempesona. Saya jatuh cinta dengan Ulysses's Reading Room. Ah, rasanya ingin terbang kesana saat itu juga. Tak cuma itu, kebiasaan Tya bertukar cangkir dengan sahabat kecilnya, Agam, pun menurut saya cukup unik. Saya jadi tertarik ingin mencoba teh herbal seduhan bunga krisan yang sering diminum Tya. Pasti rasanya lucu.

Sisanya, buku ini membuat saya ingin jalan-jalan dan kuliah di luar negeri. Sekian.
---

QUOTES OF THE BOOK

"Menerjemahkan itu nggak hanya mengalihbahasakan kalimat per kalimat atau kata per kata seperti yang kamu pikir. Menerjemahkan itu adalah mengalihkan jiwa." - Tya Mahani. (p. 17).

"Bagiku, melukis adalah mengungkapkan sesuatu tanpa membutuhkan kata-kata," - Gema. (p. 18)

"Menerjemahkan, mengungkapkan sesuatu tanpa membutuhkan gambar." - Tya. (p. 18).

"Mencintai, bagiku lebih menyenangkan. Kalau kita bisa mencintai dengan tulus, aku yakin kita pasti akan mendapatkan balasan perasaan yang setara dengan cinta kita." - Tya. (p. 43)

"Cinta memang seharusnya nggak mencari seseorang yang sempurna, Desti. Cinta mengajarkan kita buat mencintai ketidaksempurnaan seseorang dengan sempurna." - Tya. (p. 43)

"Spring is about renewal, rebirth, and regrowth. So am I. I'm here to rebuilt my story." (p. 188)

"Percayalah, hujan selalu datang tepat waktu, tak perlu kau tunggu." (p. 244).

RATE: 3/5

Cileungsi, 18 Fenruari 2016. 14:33.

Post a Comment

0 Comments