"Mungkin Saya Terlalu Baik"

Untuk Teteh yang sedemikian membuat saya terharu dalam suratnya.

Hai, Teteh. Apa kabar? Semoga baik selalu. Sudah saya ceritakan bukan bagaimana saya sangat terharu membaca suratmu di sebuah tempat makan, dengan suasana hujan yang syahdu dan saya sendirian. Ah, tidak mengapa. Saya menyukai hal itu, saya jalan-jalan sendiri untuk merenungi bagaimana kehidupan saya harus berlanjut lebih baik dari sekarang.

Mungkin Teteh benar. Selama ini saya seperti berlindung dibalik dinding, padahal saya hanya takut untuk berjalan ke luar dari dinding. Ketakutan dan kekhawatiran akan patah hati memang sangat membuat diri saya semakin terjebak. Bahwasannya, semakin saya memikirkan hal ini, saya malah menjadi risau. Ah, ya, aneh memang. Gadis seusia saya memang masih memiliki waktu yang panjang, bahkan untuk sekadar meratapi kesendirian, Bahkan memang sepatutnya tidak perlu ada yang diratapi, hanya harus dinikmati. Selama kebebasan itu masih ada.

Lagi-lagi Teteh benar, saya mungkin juga memang belum siap untuk menghadapi hal yang bernama pacaran. Saya masih punya banyak tanggung jawab pada hidup saya sendiri. Menyelesaikan studi, membahagiakan orangtua, bekerja untuk membuat diri saya senang, dan segudang mimpi-mimpi lain yang masih ingin saya capai. Mungkin selama ini saya masih terlalu fokus pada perihal kesendirian itu, sehingga banyak yang saya lupa bahwa saya ada di sini untuk membuat diri saya berkualitas dan memahami kehidupan di luar lingkaran saya.

Teh, hari ini sedang ada wisuda. Saya sungguh ingat bagaimana Desember yang lalu kita bersama-sama menerjang terik matahari demi datang ke wisudaan. Hahaha. Karena rindu selalu membuat kita ingin bertemu. Semoga waktu bisa mempertemukan kita lagi. Pengen main... (Ini intermezo)

Perihal gebetan, saya pun selalu berusaha berubah. Jujur saja, dulu saya senang menulis puisi, bahkan gebetan saya bilang bahwa saya sering galau, padahal tidak. Saya tidak bisa berbuat apa-apa sampai suatu hari puisi saya memenangkan perlombaan. Betapa saya bangga bahwa diri saya mampu berkontribusi dan lepas dari label galau itu. Dan untuk Teteh tahu, saya sempat belajar edit video demi memberi gebetan saya video sebagai hadiah. Ah, entahlah apakah hasilnya bagus atau tidak, tapi saya bersyukur karena dengan begitu saya mampu meningkatkan skill saya. Bukan begitu, Teh?

Untuk Teteh yang sudah memberi pencerahan, saya berterima kasih. Contoh nyata darimu sungguh membuat saya merasa terharu juga, saya seharusnya berpikir lebih baik daripada sekarang. Karena kehidupan semata-mata bukan hanya perihal kesendirian seperti yang selalu saya pikirkan. Masih banyak hal yang bisa dilakukan, jalan-jalan misalnya.

Baiklah, sekian dari saya. Saya akan berusaha berbahagia, semoga Teteh juga selalu berbahagia.

Mungkin saya terlalu baik.

Semoga nantinya akan dipertemukan dengan seseorang yang selalu bisa memandang bahwa kita memang baik dan selalu baik :D

Purwokerto, 17 Maret 2015. 09:31.

Post a Comment

0 Comments