Halo, Mas Adri

Aloha, Mas Adri. Terima kasih atas suratnya.

Ahaha. Apakah saya sekaku itu dalam surat yang lalu? Ah, mungkin saya hanya mencoba menjawab secara runut dari semua perihal yang Mas Adri sampaikan di surat sebelumnya. Baiklah, baiklah, saya akan mencoba tidak kaku lagi seperti wawancara kerja. Eh, tapi bukankah wawancara kerja juga ada yang tidak kaku?

Mas, sepertinya kita tidak bisa bergosip tentang Teh Upi, Mas. Kalau kata orang Jawa sih, "nggak ilok" atau kalau orang Sunda menyebutnya "pamali". Bergosip kan selalu identik dengan membicarakan aib orang. Eh tapi kalau bicara soal kebaikan orang itu bisa disebut bergosip juga nggak ya? Ah, saya rasa sama saja. Hahaha.

Bicara dengan Teh Upi dan bicara dengan Mas Adri sungguh berbeda dong. Sejujurnya kemarin pun saya kaget ketika ada yang membalas surat saya untuk Teh Upi. Alih-alih saya ingin mengagetkan Teh Upi perihal itu, ternyata malah saya yang dibuat kaget karena Teh Upi dan Mas Adri sudah saling kenal. Sejak kapankah kalian saling mengenal kalau saya boleh tahu? Rasanya sudah lama ya?

Tunggu sebentar, judul surat Mas Adri adalah "Dear Ntiw". Mas Adri tahu darimana sekarang saya sering dipanggil "Ntiw"?

Omong-omong soal kuis, ah itu mah kuis biasa. Hasil keisengan teman-teman di klub buku yang meramaikan grup saja. Tapi hadiahnya lumayan karena berkaitan dengan Harry Potter. Saya sungguh sangat suka sekali dengan Harry Potter series. Dulu saya sempat bergabung dengan grup-grup yang isinya Potterhead, juga dengan Harry Potter Indonesia. Sungguh deh, Mas, dulu saya sempat melewati fase dimana isi pikiran saya benar-benar hanya soal Harry Potter. Bahkan saya berharap bisa sekolah di Hogwarts karena saya hapal betul isi materi pelajaran yang diajarkan di Hogwarts. Hebat bukan? Alih-alih belajar untuk ujian sekolah, saya lebih hapal diluar kepala materi pelajaran di Harry Potter. Hahaha.

Saya mungkin bisa dibilang hampir sama dengan Mas Adri. Rela membeli sesuatu yang dibutuhkan meskipun dengan harga yang cukup tinggi. Tapi jika ada sesuatu yang gratis kenapa tidak? Jujur saja, saya sih termasuk orang yang suka dengan label "gratisan". Hahaha. Termasuk soal jalan-jalan sekalipun.

Dan yak! Saya belum pernah ke Solo. Saya baru memulai perjalanan ke kota yang dekat, Jogja misalnya. Beberapa kali ke sana saya belum sempat mengeksplor lokasi-lokasi potensial yang sering dijamah turis. Tuh kan ke tempat yang sering dijamah turis aja belum pernah, gimana tempat yang belum pernah dijamah turis? Nah, makanya itu Mas, saya masih mau mengeksplor tempat itu. Minimal ke hutan pinus di Bantul gitu.

Mas Adri mau meracuni saya dengan hal travelling bersama? Hahaha. Begini, Mas, mengapa saya pilih belajar menjadi solo traveller, karena saya ingin melatih keberanian dan... ingin memahami diri sendiri. Apalah artinya menjalani kehidupan ketika kita tidak mengenal diri kita sendiri. Begitu bukan? Jadi, Mas, sejauh kaki saya sudah melangkah, saya masih belum bisa memahami apa sih yang sebenarnya saya inginkan, apa yang sebenarnya menjadi tujuan saya. Dengan berjalan sendiri ke suatu tempat terkadang saya sembari merenung bahwa saya ada di sini memang untuk orang lain. Sesederhana memahami bahwa saya lebih beruntung dari orang-orang yang tidur di jalanan, yang bahkan untuk makan pun sulit.

Mungkin benar bahwa travelling bersama teman mampu mengakrabkan dan mampu memahami bagaimana sikap asli seseorang, tapi terkadang ketika bersama mereka kita akan asik sendiri, dan hal-hal kecil yang seharusnya menjadi perenungan akan luput dari pikiran kita. 

Mungkin dekat-dekat ini saya akan menghadapi perjalanan baru. Sudah rindu alam bebas karena padat oleh tugas. Oh, ya, saya memang pernah berencana ke Malang, tapi gagal, Mas. Padahal waktu itu sudah berencana ingin ke Pulau Sempu. Ingin menangis rasanya karena rencana itu batal.

Kalau Mas Adri tidak bisa diajak bicara soal travelling, lalu kita bicara soal apa dong?

Oh ya, terima kasih fotonya. Sikunir yang cantik. Sayang saja saya belum pernah menjejak Sikunir, padahal sangat ingin. Omong-omong soal gunung. Saya baru dua kali berada di puncak gunung, Mas. Perjalanan mendaki gunung sangat saya sukai. Itulah mengapa alasan saya mengikuti kegiatan pecinta alam di kampus. Hehehe. Ini ada fotonya.

Merapi, 30 Desember 2014. Dok. Pribadi.

Soal Mas Adri yang sering membagikan link lagu-lagu Jepang, saya tidak memperhatikannya. Hahaha. Saya suka Jepang dan selalu berharap bisa ke sana bahkan melanjutkan studi di sana. Aamiin.

Selamat pagi dan semoga harimu juga menyenangkan, Mas.

Purwokerto, 20 Maret 2015. 09:44.

Post a Comment

0 Comments