[BOOK REVIEW] The Death Cure by James Dashner



Judul: The Death Cure
Pengarang: James Dashner
Penerjemah: Yunita Candra
ISBN: 978-979-433-678-6
Penerbit: Mizan Fantasi
Tahun Terbit: 2012.
Tebal Buku: 490++ hlm.

BLURB

Keadaan makin tak terkendali. Penculikan manusia kebal terjadi di mana-mana. WICKED menyebarkan foto Thomas sebagai buronan paling dicari dengan imbalan tinggi. Kejutan justru muncul di Denver, kota dengan pengamanan superketat terhafap penyebaran virus Flare. Seorang kawan lama muncul. Bagaimana mungkin? Bukankah dia sudah mati di tangan Thomas?

Di Denver pula sebuah kelompok rahasia menyatakan diri sebagai musuh WICKED dan menawarkan bantuan. Andai Thomas bisa mempercayai mereka....Lama bergabunh dengan WICKED membuatnya meragukan apa pun. Namun, tak ada waktu berlama-lama memikirkan tujuan kelompok itu sebenarnya. Thomas harus bergegas menyelamatkan diri dan kawan-kawannya dari tangan penculik.

Siapakah otak dibalik penculikan itu? Mengapa mereka menculik manusia kebal? Sementara itu, WICKED mempunyai rencana baru yang tak kalah gila dan Thomaslah satu-satunya orang yang bisa menggagalkannya. Sanggupkah Thomas kembali ke neraka itu demi menghancurkan rencana yang mengancam kelangsungan hidup manusia?
---

Seri ketiga The Maze Runner ini merupakan buku yang membuat saya merasa bosan. Pasalnya, buku ini adalah ending petualangan Thomas dan kawan-kawannya setelah melakukan serangkaian percobaan oleh WICKED. Mungkin karena itulah, sejak awal bab ini dimulai saya meraba-raba kemanakah petualangan ini akan berakhir? Alur ceritanya sangat cepat naik-turun, sehingga saya seringkali bertanya "ini kapan selesainya, sih?". Intinya, buku ini lebih membosankan dibanding buku kedua. Saya tidak merasakan efek tegang yang diberikan dalam buku ini layaknya di buku kedua.

Membaca buku dan menonton film itu memang berbeda. Membaca seri ketiga ini banyak plot yang membuat saya mengerutkan dahi. Mungkin beberapa berhubungan dengan buku pertama yang belum saya baca dan hanya mengetahui dari film, sehingga banyak hal yang berbeda. Gally masih hidup (spoiler). Di dalam film, Gally dibunuh oleh Minho dengan tombak, namun di buku ketiga ini dijelaskan bahwa yang membunuh Gally adalah Thomas dengan menggunakan pisau atau belati. Saya sampai harus memutar ulang filmnya demi meyakinkan pikiran saya bahwa Minho lah yang membunuh Gally. Ternyata film dan buku dibuat berbeda.

Saya juga gagal paham dengan Organisasi Tangan Kanan. Di sana memang dijelaskan bahwa organisasi tersebut ingin melawan WICKED, namun tujuan sebenarnya tidak terlihat. Alasannya WICKED telah menggunakan banyak sekali orang kebal untuk bahan percobaan, dan Organisasi Tangan Kanan tidak menyukainya karena dengan begitu populasi orang kebal akann berkurang. Motif kebencian yang berdasar dengan alasan sepele kalau menurut saya. Dan mengapa Organisasi Tangan Kanan itu ada hanya untuk melawan WICKED? Saya masih belum menemukan jawabannya.

Kebosanan di tengah-tengah mungkin terjadi karena proses ditangkap-melarikan diri itu seperti dilakukan berulang-ulang. Thomas dan kawan-kawan sempat ditangkap oleh WICKED pasca melarikan diri, kemudian lolos, kemudian ditangkap oleh Organisasi Tangan Kanan, kemudian lolos lagi, dan dikejar Crank. Detail pengejaran Crank saat di Istana Crank pun tak begitu menegangkan. Tapi saya apresiasi pada pemerintahan Denver yang dengan sengaja membuat Istana Crank demi menempatkan orang-orang yang terkena virus Flare. Namun, agaknya percuma, karena dikatakan virus Flare bisa menyebar melalui udara. Saya entah mengapa memvisualisasikan bahwa Istana Crank bukanlah tempat yang tertutup di seluruh bagian kotanya. Jadi, masih beratapkan langit seperti di dalam Maze.

Penjelasan mengenai detail Istana Crank.

Istana Crank adalah tempat yang kotor dan mengerikan.
Dia menggambarkan desa yang diperuntukkan bagi orang-orang terinfeksi itu sebagai sebuah lingkaran raksasa di dalam lingkaran lainnya, dengan beberapa area umum--kafetaria, fasilitas-fasilitas rekreasi--berlokasi di tengah dan kemudian baris demi baris bangunan perumahan menyedihkan melingkarinya.
Endingnya sungguh sanggat tak diduga. Saya merasa masih akan ada lanjutan dari buku ini. Sekian.

Overall 3/5.







Purwokerto, 13 Maret 2015. 08:33.

Post a Comment

0 Comments