Pengejaran Mimpi

Teruntuk kakakku yang merangkap jadi juragan film dan masih berdiri di tempat yang sama, Kak @egiadyatama.

Halo, Kak! Apa kabar? Semoga selalu baik. Rasanya pertanyaan itu selalu jadi hal pertama yang aku tanyakan pada semua orang. Ah, biarlah. Aku selalu ingin tahu kabar orang-orang baik di sekitarku. So, sekarang Kakak masih stay di Purwokerto atau sudah kembali ke Garut? Semoga di mana pun Kakak berada selalu dalam lindungan-Nya ya.

Hari ini, di dalam tulisan ini pula aku mau mengajak Kakak berdiskusi. Sederhana saja, perihal pengejaran mimpi. Aku yakin setiap orang punya mimpi, tapi tidak semua orang berani untuk mewujudkannya. Jadi, sebelumnya aku ingin bertanya. Apakah Kakak punya sebuah mimpi besar yang menjadi tujuan utama? Kalau aku sih jujur saja, aku masih ingin jadi penulis. Meeskipun yah, aku masih sangat sering mengandalkan mood dan menunggu waktu luang untuk urusan menulis.

Aku ingin bercerita, boleh? Jadi sebenarnya ada satu mimpi yang kemarin sudah hampir aku jalani. Iya, aku mau jadi jurnalis. Tapi nyatanya memasuki lembaga pers kampus saja aku sudah merasa "it wasn't my place" meskipun aku sangat-sangat ingin ada disitu. Jadi, pertanyaan selanjutnya adalah apakah dalam perwujudan mimpi itu kita harus mepertimbangkan faktor kenyamanan untuk diri kita atau tidak? Maksudku begini, aku tahu Kakak menyukai hal-hal tentang media, pers, jurnalistik, dan semacamnya. Lalu apa motivasi Kakak memasuki dunia itu? Apakah ketika sudah masuk di sana Kakak merasa itu sebuah tuntutan atau Kakak menikmati segala fase yang ada di dalamnya? Intinya, apakah Kakak melakukan semua hal itu sebagai bentuk perwujudan mimpi atau hanya melakukan kegiatan yang disukai?

Melakukan pengejaran mimpi itu kadang membingungkan ya, Kak. Banyak orang bilang "aku mau ini, aku mau itu", tapi tetap diam tanpa aksi. Memang sih, bicara, memberi motivasi ini dan itu terlihat sangat mudah, tapi melakukannya tak semudah yang dibayangkan, kecuali memang ada tekad untuk meraihnya. 

Berkaitan dengan hobi Kakak mengoleksi dan menonton film, apakah Kakak berkeinginan untuk memproduksi film sendiri (bukan film pas di kuliah ya)? Atau melihat Kakak yang (mungkin) memberi banyak kontribusi di lembaga pers kampus, apakah Kakak berkeinginan untuk memasuki dunia jurnalistik yang sesungguhnya?

Akhir dari tulisan ini kuharap aku bisa menyimpulkan bahwa sebuah mimpi masih bisa dicapai selama ada kemauan, kegigihan, dan ketekunan dalam perjalanannya. Oh iya, aku punya kabar baik. IP-ku naik semester ini, lho. Ya, walaupun semester kemarin sempat curhat perihal IP yang turun. Hahahaha. So, untuk Kakak yang baru saja lulus Desember kemarin, selamat mencari kerja! Semoga dilancarkan dan semoga mimpi-mimpimu tercapai.

Yuhuu!

Tertanda,
Adikmu yang lagi gandrung baca dan nonton film (serta dalam proses pengejaran mimpi).

Cileungsi, 8 Februari 2015. 00:41.

Post a Comment

1 Comments

  1. Tak ada mimpi yang sia-sia, kecuali kau mengejarnya tanpa persiapan :)

    ReplyDelete

Apa tanggapan kamu setelah membaca tulisan ini?