Another Limited Holiday: Mt. Merapi

Hello, my good readers.

Perjalanan selalu menyenangkan ketika kita tahu bagaimana cara menikmatinya. Ini pendakian gunung kedua bagi saya. Setelah hampir satu minggu berdiam diri di kost-an karena libur minggu tenang sebelum ujian akhir semester, saya diajak kedua kakak senior saya untuk mendaki gunung Merapi. Sungguh terlihat begitu mewah (dan sedikit mengerikan) ketika saya mendengar tujuan kami ini. Kalian pasti tahu, kan, kalau beberapa waktu lalu gunung paling aktif ini baru saja meletus. Dan saat itu kami akan mendakinya sampai puncak. Sungguh luar biasa untuk saya.

Setelah persiapan telah dilakukan, kami mendengar kabar dari pihak BMKG bahwa pendakian ke Gunung Merapi tak boleh dilakukan sampai puncak, hanya sampai Pasar Bubrah (pos terakhir sebelim puncak). Saya sedikit kecewa dengan itu. Pasalnya saya naik gunung pun ingin merasakan hawa puncak. Saya yakin semua orang pun ingin. Tapi, mau tidak mau kami tetap berangkat dan tetap berdoa agar cuaca cerah.

Kami berangkat dari Purwokerto tanggal 29 Desember 2014, pukul 10.30. Perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan karena menggunakan motor. Kami sempat beristirahat sejenak di alun-alun Purworejo. Merasa lapar, kamipun pergi ke restoran cepat saji yang baru saja buka. Tujuan kami adalah memesan makanan promo di restoran tersebut. Demikian, kami kenyang tanpa harus mengeluarkan uang banyak. Hahaha.

Perjalanan dilanjutkan. Berbekal dengan google maps di android, kami terus melaju hingga sampai pada jalan yang kiri-kanannya rimbun dengan pohon bambu. Keadaan agak menecekam karena hari sudah gelap. Ragu-ragu, kami bertanya pada warga sekitar (akhirnya nemu rumah juga). Ternyata jalan yang kami lewati sudah benar. Kami pun melanjutkan perjalanan hingga menemukan pertigaan dan bertanya kembali pada salah seorang penjaga warung. Ternyata kami semakin dekat dengan basecamp. Udara disana susah membekukan tubuh. Dingin luar biasa.

Sesampainya di basecamp, sudah banyak pendaki yang mau naik karena ingin mengejar sunrise tanpa harus ngecamp. Maklum, perjalanan dari basecamp menuju puncak Merapi terhitung lumayan cepat, hanya lima jam perjalanan. Sehingga mereka memutuskan untuk melakukan perjalanan saat malam dan turun saat pagi. Berbeda dengan kami yang berniat menjadikan pendakian ini sebagai liburan akhir tahun. Jadi, kami beristirahat dulu di basecamp dan melakukan perjalanan esok paginya.

30 Desember 2014.
Perjalanan kami dimulai pukul 08.00. Pagi itu sungguh sangat cerah. Kami beruntung memilih tanggal ini sebagai waktu pendakian kami. Dari basecamp menuju pos New Selo berjarak 500 meter dengan waktu perjalanan sekitar 1 jam. Itu perjalanan yang sangat-sangat santai. Saya agak kesusahan bernapaa dikarenakan tidak latihan fisik sebelumnya. Dan akhirnya sampai di pos New Selo. Sebuah pos dengan huruf yang besar. Mirip tulisan Hollywood, ya? Hehehe.

Pos New Selo

Setelah itu kami melanjutkan jalan sekitar 1 jam lebih dengan sangat santai. Dan sampailah kami di pos gerbang masuk. Jalan lagi dengan sangat santai dan menikmati pemandangan sekitar 2 jam sampai di pos 1. Perjalanan menuju pos 1 lumayan susah. Ada jalur air yang membuat jalan itu menjadi terbelah dua bagian. Saya sempat kesulitan, antara takut terpeleset dan bingung harus lewat jalan yang mana. Di tengah perjalanan, terlihatlah pemandangan Gunung Merbabu di seberangnya. Cantik.

Gerbang



Penuh perjuangan!


Di pos 1 ada sebuah shelter yang cukup luas untuk beristirahat. Saya baru pertama kali melihat shelter model begitu, karena ketika ke Gn. Slamet via Baturaden, saya tak menemukan yang seperti itu. Hehehe. Saat beristirahat, kami bertemu dengan kelompok pendaki yang isinya bapak-bapak. Mungkin mereka liburan. Dari logatnya sih orang sunda. Saat itu pukul 11.00, kami sempat ditawari untuk camp di pos 1 oleh pendaki lain, tetapi kami memutuskan untuk lanjut sampai di pos 2.
Team!
Perjalanan menuju pos 2 terasa lebih sulit lagi. Jalur yang dipenuhi bebatuan mulai membosankan. Saya sering bergumam, "kapan selesainya ini jalur?". Serasa tak ada ujungnya. Sungguh itu melelahkan sekali. Setelah beristirahat sejenak dan memakan snack, kami melanjutkan perjalanan hingga menghabiskan waktu sekitar 3 jam. Sampai di pos 2, kamipun mencari lahan untuk mendirikan tenda. Persis di belakang batu besar tenda kami berdiri. Kabut menyelimuti puncak Merapi yang terlihat dari tempat kami. Namun beruntung karena tidak hujan, hanya angin besar yang terus berhembus.

Jalur yang membosankan!

Pukul 3 sore, kedua senior saya memutuskan untuk jalan menuju Pasar Bubrah, menengol kondisi. Sedangkan saya memilih untuk tinggal di tenda karena kaki saya sudah tidak kuat dan kantuk menyerang. Sore itu cerah, matahari masih menampakkan sinarnya setelah tadi sempat tertutup kabut. Sungguh, saya takjub melihat puncak Merapi yang begitu anggun di depan mata.

Malamnya, kami tidur dengan hembusan angin kencang. Flysheet kami sempat lepas, namun bisa dikondisikan. Letak tenda kami yang berada di belakang batu cukup menahan hembusan angin itu. Saya tak bisa membayangkan bagaimana kondisi tenda yang berdiri di Pasar Bubrah yang notabene tak ada tempat berlindung dari angin itu.

31 Desember 2014.
Setelah diterjang angin malamnya, sungguh tak disangka pemandangan saat pagi amat sangat menakjubkan sekali. Cerah!! Saya sudah tidak sabar jalan menuju puncak Merapi. Bahkan belum sampai di Pasar Bubrah saja kami sudah disuguhi pemandangan negeri di atas awan lengkap dengan view Gn. Merbabu di depan mata. Subhanallah. Ada perasaan bangga sekaligus haru yang menyelimuti hati saya. Saya mampu berjalan sejauh ini adalah kekuatan yang luar biasa.

Ini belum di puncak, lho!
Menuju puncak!

Sampai di Pasar Bubrah sudah banyak pendaki yang turun dari puncak. Iya, kami kesiangan. Pukul setengah 6 kami baru keluar dari tenda dan baru berjalan menuju puncak, tapi dengan suasana secerah ini kami semangat saja. Tepat pukul 7.30 kami sampai di puncak. Alhamdulillah saya kuat jalan sampai puncak, meskipun harus dibantu webbing. Saya bangga bisa berjalan sejauh itu. Sungguh menakjubkan di atas sana. Lagi-lagi kami disuguhi pemandangan yang cantik. Subhanallah.

Puncak Merapi!

Sekitar pukul 8 kami turun, saat itu kabut sudah hampir menyelimuti puncak Merapi. Jarak pandang mulai berkurang. Dengan hati-hati kami turun. Saya selalu takut ketika turun, takut terpeleset. Tapi ketika di jalur berpasir kami turun seperti orang sedang bermain ski. Menyenangkan juga. Sampai di tenda, kami masak untuk makan pagi dan turun ke basecamp. Sampai di basecamp sekitar pukul 01.30. Dan menuju Jogjakarta.

Sekian catatan perjalanan tentang Gn. Merapi. Semoga bisa menuliskan perjalanan lainnya.

Cileungsi, 26 Januari 2015. 12:25.


Post a Comment

1 Comments

Apa tanggapan kamu setelah membaca tulisan ini?