Ini Galeri Waktu, Tuan.

Hai. Sudah tidur? Aku belum.
Aku mau bercerita. Tidak banyak, tapi anggaplah ini pengantar tidur. Semoga kau mengantuk atau semoga tidurmu lebih lelap.

Tuan, suatu malam aku mendengar tetes hujan di atap kamar tidurku. Iramanya merdu. Aku mendengar itu hampir setiap sore hingga malam menjelang tidur. Entah sejak kapan aku mulai menyukai hujan. Terlebih hujan di hari ulang tahunku saat itu. Hujan kesekian, namun hujan pertama yang aku lewati bersamamu. Hujan yang membuatku senang berkepanjangan. Ibaratnya aku seperti seorang pengembara yang menemukan tempat pulang. Silakan katakan ini berlebihan, tapi ini serius.

Awalnya aku mengembara dalam sunyi. Tanpa bicara sepatahpun pada manusia lain. Aku benar-benar menyembunyikannya. Hingga malam itu datang, aku masih bisa diam. Hanya berkata dalam hati dan mencorat-coret kertas harianku; tentang kamu (dan sebagian tentang yang lain). Malam itu pula kutemukan rahasia yang tak begitu berarti, tapi penting bagiku. Kamu adalah bagian yang disisipkan untuk mengisi "aku" pada malam itu, Tuan. Sesederhana saat kamu mengantarku pulang pukul setengah satu malam tanggal dua puluh empat Juni dua-ribu-empat-belas. Sangat sederhana, bukan?

Sejak itu aku menjadi seorang pecandu rindu. Hampir setiap hari aku seperti pesakitan yang terkatung-katung oleh rindu. Entah seperti apa rupa hati dalam hitungan hampir tiga puluh hari itu. Aku pulang, tapi tidak pulang.

Tuan, kau mau tahu bagian yang hilang dari surat yang kuberi kemarin itu? Silakan baca ini. 

Terakhir, kupikir kamu sudah sering dengar tentang rumor "aku-suka-kamu", tapi entah ini sebuah kekaguman atau perasaan lain, aku belum tahu. Intinya, aku merasa aku ada di depan pintu yang benar. Untuk sekarang, aku masih mau di sini. Berdiri di depan pintu yang sama. Untuk selanjutnya, biar Allah yang menentukan. Ini bukan sebuah pernyataan, ini sebuah pengungkapan. Sudah itu saja.

Tuan, aku baru saja berpikir apakah aku bisa menjadi tempatmu "pulang"? Sebelum kuakhiri tulisan ini, aku akan setuju bila kau berkata bahwa ini sesuatu yang konyol untuk dipikirkan. Tapi entahlah, aku seperti menemukan sebuah pintu. Ya, pintu yang belum pernah kupegang kuncinya, tapi cuma kamu yang punya kunci itu.

Tulisan ini punya maksud, Tuan. Aku ingin kamu tahu bahwa ada galeri waktu yang sedang aku coba tunjukkan padamu. Semua yang sederhana aku ingat. Sedetail aku ingat pertama kali kau menyebut namaku tiga hari setelah kita resmi bertatap muka. (tujuh April dua-ribu-empat-belas). Ingat? :)

Ini galeri waktu yang aku miliki, Tuan. Selamanya akan begini. Detail yang kuingat akan terus aku miliki. Bahkan untuk sesuatu yang tidak pernah kausadari. Selamat malam, Tuan. Terima kasih telah memperbolehkan aku merindu.



Kamar kos, 24 Desember 2014. 00:11.


Post a Comment

4 Comments

Apa tanggapan kamu setelah membaca tulisan ini?