Rasa; Pengembalian Waktu

For my dearest readers...
Aku persembahkan ini untuk kalian...

Rasa; Pengembalian Waktu

Aku meringkuk dalam selimut. Dingin menjalar pada kulit, tulang, dan seluruh tubuh. Kain tebal juga tipis yang membungkus diri tak jua mengusir dingin. Gigil ini yang biasa datang seusai hujan. Hanya saja, ada rasa tambahan setelah petir-petir diluar bersahutan nyaring. Rasa getir tentang hatimu yang jatuh dalam pilu. Aku meringkuk, memeluk bahuku sendiri makin erat. Aku menggigil, seperti tak ada lagi udara yang masuk di pembuluh darah.

Langit-langit kamar masih putih, seperti warna bajumu yang setengah jam lalu pergi dengan debam pintu pemekak telinga. Aku tergagap; menunggu amarahmu reda. Kamu hening, aku pun demikian.

"Kamu mau makan apa, Sayang?" Tanyamu.

Aku membisu, menyerupa bunyi hujan. Kamu bertanya lagi, aku tetap geming.

"Aku tidak ingin apapun. Aku mau kamu," akhirnya aku membuka mulut.

Sekarang giliran kamu yang bungkam.

Detik jarum jam tersamar petir. Sisa gelegar di langit masih ada. Juga kilatan cahaya singkat yang sesekali masuk dalam kamar tanpa cahaya ini. Aku meringkuk lagi, dingin, juga tak berani menatap bola mata milikmu.

Mataku beredar, berusaha menangkap bayangan apapun yang ada di kamar ini. Kipas angin di atas meja, buku-buku, poster band rock yang tidak kukenali, lemari. Kamu mengelus rambutku yang setengahnya terbungkus selimut. Kemudian bibirmu mendekat pada telingaku.

"Kamu mau apa?" Kamu akhirnya bicara lagi setelah hening menjeda percakapan kita yang singkat itu.

"Aku mau kamu. Aku mau kamu... Di sini."

"Aku enggak bisa," katamu berbisik.

Kamu masih terus mengelus rambutku. Menggenggam tanganku. Aku bertanya alasanmu, kamu geming. Desakan di dada akhirnya meluap. Ada rinai baru yang turun menyusuri pipiku.

"Jangan menangis!" Serumu. Aku mencoba berhenti, sesenggukan. Laju katamu menancap kuat, meski hal ini sudah berulang kali terucap. Aku tidak juga pernah mendengarmu lagi. Di dalam kepalaku, kamu masih sama. Tersenyum dalam kelembutan yang dulu.

Hujan di luar usai. Kamar ini tetap gelap, sunyi, dan dipenuhi kepulan asap rokok. Aku melirikmu yang asik memaikan asap-asap itu.

"Aku mau kamu di sini!" Aku berteriak padamu.

Aku yakin sekarang kamu menatapku, tapi aku tidak berani membalas tatapanmu. Tatapan tajam yang kuterima bila aku berani. Asbak yang kaulempar membentur dinding. Aku meringkuk ke dalam selimut.

"Sudah kubilang aku tidak bisa!" Bentakmu. Aku ketakutan. Sisi jahatku bilang, aku harus menghabisimu dengan pisau yang sudah kusembunyikan di balik punggungku. Demi apapun, aku tidak bisa. Aku mencintaimu.

Hening lagi-lagi bersenang-senang di antara percakapan kita. Kamu menghela nafas, aroma tembakau pekat tercium dari mulutmu.

"Aku akan kembali nanti, tetapi jangan pernah suruh aku untuk tetap di sini. Aku manusia bebas," katamu. Kemudian kamu pergi dengan debam pintu pemekak telinga itu.

Detik jarum jam itu kini terdengar lagi. Seperti menghitung sisa-sisa nafas kematian dari ujung kepulan asap yang kuembus dari sisa rokok yang kautinggal separuhnya.

Tepat pada jarum jam berhimpitan di tengah, dering ponselku berbunyi. Dari kamu, sudah kuduga. Dan suara itu kudengar, ramai. Pemberitahuan kematian. Aku tertawa. Pisau yang kusembunyikan di balik punggungku tidak berguna, tapi aku punya pisau lain di luar sana. Aku berhasil mengusir pekat dalam malam-malamku selama ini. Cinta? Bukankah cinta itu hanya ilusi? Iya, dia ayah dari anak di kandunganku. Lalu, kalian mau protes? Silakan protes pada dunia yang membuatku seperti ini. Laki-laki sialan! Psikopat!

Menit berlalu dalam lingkaran. Aku tertawa. Foto-foto kematiannya sudah beredar di internet.

"Kamu tidak bisa mengembalikan waktuku, maka aku akan mengambilnya sendiri dari hidupmu," ucapku puas.
***

Free for comment ya, guys. :)
Lagi iseng.
Salam cinta dari aku, Afrianti Eka Pratiwi.

Cileungsi, 25 Juli 2014. 17:09.

Post a Comment

3 Comments

  1. Seriuss bagus banget tiwi, kata2nya tersirat dan bikin penasaran buat baca sampai akhirr, tingkatkan, ganbatte :)

    ReplyDelete
  2. tiwii, bagus dan nyereminn. sungguh !! aku merinding gilaaa :(

    ReplyDelete
  3. Palupi: Makasiiiih :) Doain ya, biar bisa lanjut nulis terus :D

    Laras: Maaciw :3

    ReplyDelete

Apa tanggapan kamu setelah membaca tulisan ini?