Kita Punya Cara Masing-Masing Untuk Bela Negara

(Kiri ke Kanan) Brigjen TNI Tandyo Budi Revita,S. Sos.; Karina Nadila; Prof. Dr. Ir. Bondan Tiara Sofyan, M.Si.; Dimas Beck.

Kita pernah bertanya dalam lubuk hati masing-masing:

Apa yang sudah kita berikan pada negara? Hal-hal apa saja yang sudah kita lakukan untuk negara? 


Atau yang paling mudah:

Sejauh mana kita peduli pada negara?

Lahir di tanah air Indonesia tentu bukan tanpa alasan. Kita tak pernah bisa meminta dimana kita dilahirkan. Tetapi, dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Dimanapun kita berada, disanalah kita memperjuangkan.

Apa yang ada di pikiranmu ketika mendengar kata-kata "bela negara"? Berdiri di garis terdepan di medan perang kah? Atau mengangkat senjata layaknya tentara?

Membela negara itu kewajiban tentara, bukan masyarakat. Rakyat biasa harusnya dilindungi tanpa perlu ikut perang. Ya, dulu aku berpikiran demikian. Membela negara hanya sebatas pada perang.

Padahal, tidak seperti itu.

Ayo Bela Indonesiaku merupakan sebuah tema acara yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian Pertanahan Republik Indonesia di Wayang Bistro pada 6 Maret 2019. Sebuah campaign positif yang ditujukan untuk anak-anak muda Indonesia sekaligus memperkenalkan bela negara pada millenials.

Bukan tanpa tujuan, acara yang dihadiri empat panelis siper keren ini juga memiliki semangat nasionalis yang kuat. Prof. Dr. Ir. Bondan Tiara Sofyan, M.Si. — Dirjen Pothan, Kemhan, Republik Indonesia. Brigjen TNI. Tandyo Budi Revita, S.Sos. – Direktur Bela Negara, Ditjen Pothan Kemhan, Republik Indonesia, Karina Nadila – Putri Pariwisata Indonesia 2017, dan Dimas Beck – Artis dan Pemerhati HIV/AIDS. 

Tanpa disadari setiap orang memiliki cara bela negara yang berbeda-beda. Contohnya, ketika masing-masing panelis bercerita mengenai apa tindakan bela negara yang mereka sudah mereka lakukan.

Salah satu yang menarik perhatianku tentunya cerita dari Karina Nadila. Ia bercerita bahwa sejak kecil ia ingin suaranya didengar oleh orang banyak. Dengan begitu, ia akan bisa terus menyampaikan hal-hal positif.

Ketika menceritakan kisahnya saat jadi relawan 1000 guru di NTT, suaranya terdengar parau. Ternyata masih ada daerah-daerah tertinggal yang sangat memprihatinkan. Ia bercerita, ada salah seorang anak yang tidak tahu apa itu Indonesia padahal mereka hidup di dalamnya selama ini.

Entah mengapa, aku jadi merasa miris, tapi juga bangga. Miris melihat kenyataan bahwa masih banyak rakyat Indonesia yang tidak mengenal negaranya. Bangga karena melalui tangan-tangan kita semua, kita bisa memperkenalkan Indonesia kepada mereka.

Dalam sesi tanya jawab pun, ada yang tergelitik bertanya mengenai wajib militer. Seperti yang kita tahu juga, wamil ini marak dibicarakan ketika berkaitan dengan Korea Selatan.

Jawaban dari Bapak Brigjen TNI, Tandyo Budi Revito, tentu sudah bisa kami pahami. Indonesia punya sekitar 260 juta rakyat. Apalbila wamil diadakan, tentu akan sangat banyak biaya yang dikeluarkan. Oleh sebab itu, cukuplah kita semua melakukan bela negara dengan profesi masing-masing.

Asian Games juga jadi salah satu ajang bela negara oleh para atlet. Atau guru-guru yang mengabdikan diri untuk mencerdaskan anak bangsa juga salah satu contoh bela negara yang nyata di Indonesia. Apapun bidangnya, apapun profesinya, kita semua wajib melakukan bela negara.

Sudah seharusnya kita sebagai warga Indonesia memiliki kemauan untuk bela negara, melalui cara apapun, termasuk ikut mengkampanyekan hal-hal positif yang bermanfaat untuk bangsa dan negara. Bela negara afalah tugas kita semua, bukan tentara. Dan sebagai blogger, kami pun punya cara sendiri untuk ikut menyebarkan konten positif agar Indonesia tetap sejahtera.

Lalu, bagaimana caramu melakukan bela negara?

Post a Comment

0 Comments