Goodreads Challenge 2018 Accepted!


Rutinitas membaca tahun 2018 lalu bisa dibilang sangat menurun. Target buku yang dibaca pun juga menurun lebih dari setengahnya. Tahun lalu, saya menargetkan 50 buku untuk dibaca, tapi tahun ini hanya 23 buku saja. Awalnya mengurangi target buku ini memang untuk menyamakan angka dengan usia saya, tapi juga sadar diri kalau mood membaca saya sedang tidak bagus. Meski begitu saya membaca lebih dari 23 buku karena ada beberapa buku yang saya baca ulang.

Buku pertama yang saya baca adalah  Quarter Life Dilemma karya Primadonna Angela. Saya  membaca buku tersebut sekitar bulan Januari saat berada di bus transjakarta setelah melakukan interview di daerah Grand Indonesia. Ya, waktu itu saya sengaja membawa buku supaya tidak bosan di jalan dan benar saja, jalanan macet total. Bukunya juga pas sekali karena menggambarkan keresahan usia seperempat abad yang mendera tokoh utamanya.

Buku kedua dan ketiga saya baca dalam bentuk ebook. Dua buku milik Boy Candra yang berjudul Catatan Pendek untuk Cinta yang Panjang dan Setelah Hujan Reda. Buku-buku ini saya baca ketika sudah mulai bekerja, makanya cuma bisa baca melalui laptop tanpa membawa buku fisik. Karena susah sekali meluangkan waktu membaca di kantor.

Buku keempat adalah buku bahan blogtour yang mana penulisnya sudah saya kenal sebelumnya. Yup, buku Drama Mama Papa Muda hasil karya Mbak Pungky dan Mas Topan. Buku ini saya dapatkan secara gratis dari editor mereka, yaitu Mbak Ayun. Ketika ditawarkan untuk jadi host blogtour, dengan segera saya terima. Sebab, saya tahu tulisan Mbak Pungky dan Mas Topan banyak banget yang menyentuh relung hati. Hahaha.



Tahun ini memang jadi tahun terbanyak saya menjadi host blogtour. Ya semoga tahun-tahun berikutnya bisa lebih banyak lagi agar saya konsisten baca buku dan mengulasnya. Nah, buku kelima ini merupakan salah satu buku yang saya review di Instagram dan diberi secara cuma-cuma oleh Gagas Media melalui akun @booktourian. Judulnya Amour Vrai karya Naomi Octa. Sebuah buku hasil dari wattpad.

Buku selanjutnya masih buku untuk blogtour yang saya dapat dari Penerbit Universal Nikko dengan judul Laka-Laka Rasa karya Zachira Indah.

Buku ke...tujuh saya kembali pada ebook karena tidak sempat membaca buku fisik di rumah. Pilihan saya jatuh pada Dirty Little Secret karya Alia Zalea—yang akhirnya tidak tamat saya baca. Dulu sewaktu SMA, Alia Zalea pernah jadi penulis favorit teman-teman sekelas. Novelnya selalu berpindah tangan kemana-mana. Tapi saat saya mencoba membacanya, ternyata saya tidak begitu suka, meskipun pada genre metropop yang lain saya bisa menikmatinya.

Buku selanjutnya adalah seri Supernova. Saya hanya memasukkan Inteligensi Embun Pagi ke dalam Goodreads Challenge, namun kenyataannya saya membaca ulang seri Supernova dari buku pertama sampai kelima karena sudah banyak lupa jalan ceritanya. Daaan, saya menobatkan IEP sebagai buku terfavorit saya tahun ini.



Buku kesembilan buku dari idolaque, Fiersa Besari, judulnya Arah Langkah. Beli edisi tandatangan, tapi ternyata ada kesalahan cetak yang bikin beberapa halaman kosong. Belum sempat saya tukar, malah saya beli lagi buku edisi tandatangannya. Pas datang, ada kesalahan cetak lagi, ada halaman yang dobel. Memang nasib!

Buku kesepuluh adalah Kedai 1002 Mimpi karya Mas Vabyo. Buku yang saya beli di obralan gramedia karena terlanjur penasaran soalnya buku pertamanya asik banget buat diikutin. Tapi, saya udah kena distrek duluan katanya buku keduanya nggak bagus-bagus amat, akhirnya pas saya baca kena sugesti deh.

Buku kesebelas adalah buku kece seantero umat yang saya telat banget bacanya: The Little Prince karya Antoine de Saint-Exlupery. Sekian lama orang membicarakan buku ini sampai tayang filmnya akhirnya saya bisa baca juga. Kece beneran. Filosofis dan banyak pesan moral serta makna kehidupan.

Buku keduabelas adalah sebuah metropop berjudul Resign. Membaca buku ini di detik-detik ketika saya memutuskan untuk resign ternyata tidak memengaruhi apapun dalam hidup saya. Sebab, saya nggak nemu bos ganteng yang mau menikahi saya seperti dalam cerita di buku. Hahaha.



Buku ketigabelas berjudul Parak: Nona Teh dan Tuan Kopi. Buku yang ternyata punya sekuel dan saya baru tahu. Alasan membaca buku ini cukup sederhana karena judulnya yang menarik hati.

Di buku keempatbelas saya memilih buku puisi karya Andi Gunawan berjudul Hap! yang saya beli bersama Yoga dan Haw di IIBF 2018. Jatuh cinta pada puisi Andi Gunawan yang diksinya aduhai ini bikin saya punya asupan puisi setelah lama nggak menulis apalagi membaca puisi.

Buku kelimabelas adalab lagi-lagi buku gratisan, yaitu Rooftop Buddies karya Honey Dee. Saya suka covernya, saya suka salah satu tokoh lelakinya dan saya suka ide ceritanya.

Buku keenambelas adalah buku tersering diomongin di grup: Fangirl. Ya, saya baca ini jauh setelah pembahasannya karena baru sempat beli dan baca di tahun ini. Huhuhu.

Buku ketujuhbelas adalah buku gratisan yang saya review dari Universal Nikko, berjudul Semangkuk Rendang di Negeri Paman Sam. Dari buku inilah saya sedikit-sedikit belajar bahasa Minang karena ada beberapa percakapan yang menggunakan bahasa Minang.

Buku kedelapanbelas adalah buku yang saya suka sejak membaca kalimat pertama. Catatan Orang Gila merupakan sebuah kumpulan cerpen yang epik menurut saya. Cerita-cerita di dalamnya cukup waras dan membuat kita melihat ulang dari sisi orang yang kurang waras.

Buku kesembilanbelas merupakan buku paling fenomenal dan menyenangkan. 24 Jam Bersama Gaspar yang membuat saya jatuh hati pada karakter Gaspar dan motornya, Cortazar. Suka!

Buku keduapuluh: Perfume. Akhirnya saya baca juga buku ini sejak menjadikannya hak milik di tahun 2014. Segala macam teknik pembuatan parfum dijelaskan di buku ini. Tentunya sesuai jaman dan latar di buku ini ya.

Buku keduapuluh satu adalah buku dari idola saya, Fiersa Besari, yang baru launching buku berjudul 11.11 di tanggal 11 bulan November. Ada 11 cerita pendek yang disatukan dalam buku ini lengkap dengan lagu-lagunya.

Buku selanjutnya adalah 3 buku pendamping novel Harry Potter, yaitu Fantastic Beast and Where to Find Them; Quidditch Through the Ages; and The Tales of Beedle The Bard. Buku-buku yang selalu membuat saya jatuh cinta dengan dunia sihir Harry Potter.



Yap, hanya segitu buku-buku yang saya baca di 2018. Semoga tahun 2019 saya bisa baca lebih banyak buku dan lebih rajin mengulasnya di blog mengingat saya tidak banyak mereview di tahun 2018. Alasannya masih sama, lebih sering malas ketimbang tidaknya.

Salam literasi,


Tiwi.


Kamar, 24 Desember 2018.

Post a Comment

2 Comments

  1. Wah, saya sendiri nggak baca banyak buku 2018 kemarin. Sejak kedatangan paket buku dari Gramedia, kesempatan baut membaca jadi menurun dan setiap bulan hanya sempat beli satu buku. Hehe.

    Untuk 2019 juga masih sama; satu bulan satu buku. Hahaha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masih bagus mas satu bulan satu buku. Huehehe. Yang penting rutin kan?

      Delete

Apa tanggapan kamu setelah membaca tulisan ini?