[Book Review] Catching Fire by Suzanne Collins


Judul: Catching Fire - Tersulut (The Hunger Games #2) | Pengarang: Suzanne Collins | Penerbit: Gramedia Pustaka Utama | Tahun Terbit: 2010 | Jumlah Halaman: 424 hlm. | ISBN: 9789792259810 | Harga: Rp 58.000,-

The Catching Fire merupakan buku kedua dari trilogi Hunger Games. Ada jeda waktu yang sangat lama bagi saya dari buku pertama ke buku kedua. Saya sudah terlanjur menonton filmnya, sehingga keinginan untuk membaca bukunya sempat memudar. Sampai saya sadar pasti ada yang tidak dijelaskan di dalam film karena saya tidak mengerti banyak ketika menonton filmnya.

Di buku pertama kemarin, Hunger Games ke-74 memiliki dua pemenang dari distrik 12. Sebuah anomali yang belum pernah terjadi selama pertandingan Hunger Games berlangsung. Sampai di buku kedua ini, saya baru benar-benar paham mengapa ada dua juara di Hunger Games ke-74. Seharusnya hanya ada satu pemenang, tetapi Katniss dan Peeta tidak saling membunuh, melainkan memilih akan bunuh diri bersama-sama. Hal inilah yang akhirnya membuat mereka berdua selamat… sekaligus dianggap sebagai pemberontak.

Sebagai pemenang Hunger Games, kehidupan Katniss dan Peeta tentunya berubah. Mereka berdua mendapatkan banyak fasilitas, baik makanan, rumah, sampai kehidupan yang layak dibanding sebelumnya. Meski begitu, Katniss masih merasa bahwa kehidupannya tidak aman karena ia selalu diawasi setiap saat.

Penduduk Capitol yang mengidolakannya, juga Peeta dengan drama romantika buatannya, sanggup membuat mereka hidup lebih baik lagi. Namun, secara tidak langsung Katniss mendapat ancaman dari Presiden Snow akibat tindakannya di arena yang ingin bunuh diri bersama dengan memakan buah berry beracun.

Quarter Quell atau peringatan Hunger Games setiap 25 tahun sekali kali ini dilakukan dengan sistem yang berbeda. Hunger Games ke-75, tepat setahun setelah Katniss dan Peeta menjadi pemenang. Pada Quarter Quell ke-50, peserta Hunger Games diambil dua kali lipat dari biasanya, inilah tahun Haymitch, mentor mereka menang pada tahun itu. Namun kali ini, peserta Hunger Games tidak dipilih dari anak-anak di setiap distrik, melainkan dari para pemenang dari setiap distrik yang masih hidup.

Itu artinya Katniss akan masuk lagi ke arena karena dialah satu-satunya pemenang perempuan dari distrik 12. Ternyata di balik pertandingan Hunger Games ke-75, Katniss sudah menjadi simbol pemberontakan di banyak distrik untuk melawan Capitol. Lalu, bagaimana hidup Katniss selanjutnya? Apakah ia akan berhasil selamat dari arena dan menumbangkan Capitol?
---
Saya menganggap pemberontakan di setiap distrik sebagai cara untuk menumbangkan kekuasaan yang semena-mena. Sebagaimna digambarkan di buku ini, kehidupan di Capitol sungguh mewah, berbeda dengan beberapa distrik yang jauh dari Capitol. Anyway, Capitol ini ibukota Panem. Saya hampir-hampir tidak percaya bahwa ada bagian yang menjelaskan bahwa warga Capitol sengaja memuntahkan makanan hanya agar perut mereka kosong dan bisa makan jamuan pesta yang banyaknya bukan main. Sungguh ironi ketika distrik lain banyak yang kekurangan makanan.

Sudut pandang orang pertama yang digunakan disini juga cukup menggambarkan. Ketidaktahuan Katniss dibalik semua pemberontakan yang ternyata diketahui oleh para pemenang lainnya sungguh membuat penasaran. Penjelasan-penjelasannya juga cukup detail.

Sekian.
RATE 3,5.5

Cileungsi, masih konsisten.
21 Oktober2017, 22:37.

Post a Comment

6 Comments

  1. Wah iya aku pernah nontom filmnya. Keren banget ya

    ReplyDelete
  2. Nonton Hunger Games, ngeri-ngeri sedap. kadang mikir, apa iya segitunya permainanya atau pemberontakanya? Gak sayang nyawakah? hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaa. Aku juga. Sampe mikir apakah ada negara yang memberlakukan games semacam ini apa engga ya? Hehe

      Delete
  3. Salah satu seri yang kusuka selain Maze Runner dan Harry Potter.

    ReplyDelete

Apa tanggapan kamu setelah membaca tulisan ini?