[BOOK REVIEW] Kukila by M. Aan Mansyur



Judul: Kukila (Kumpulan Cerpen) | Pengarang: M. Aan Mansyur | Editor: Siska Yuanita | Penerbit: Gramedia Pustaka Utama | Desain Sampul: eMTe | Tahun Terbit: 2012 | Jumlah Halaman: 190 hlm. | ISBN: 9789792288391

BLURB

Nak, dua hal aku benci dalam hidup: September dan pohon mangga. September tidak pernah mau beranjak dari rumah. Betah. Ia sibuk meletakkan neraka di seluruh penjuru. Di ruang tamu. Di ranjang. Di meja makan. Bahkan di dada.Batang pohon mangga tetap selutut persis prasasti batu. Ia berdiri mengekalkan dosa-dosa—dan dosa adalah pemimpin yang baik bagi penyesalan-penyesalan.

Kukila adalah perempuan itu, yang membenci September dan pohon mangga. Hidupnya didera rasa bersalah yang besar, kepada mantan suaminya, mantan kekasihnya, dan anak-anaknya. Kepada suratlah dia berbicara dan kepada pohon-pohonlah dia menyembunyikan masa lalu, karena rahasia, konon, akan hidup aman dalam batang-batang pohon.

Selain “Kukila (Rahasia Pohon Rahasia)”, di dalam buku ini ada dua belas cerita pendek lain, dikisahkan dalam kata-kata Aan Mansyur yang manis, bersahaja, kadang sedikit menggoda.
---

Setelah membaca buku dua buku kumpulan puisi miliki Aan Mansyur, yaitu Melihat Api Bekerja dan Tidak Ada New York Hari Ini, saya tertarik juga untuk membaca kumpulan cerpennya. Banyak yang bilang bukunya bagus. Saya pikir sama seperti kebanyakan kumpulan cerpen. Ternyata berbeda. Sempat mengulik dari goodreads, rata-rata mereka yang telah membacanya memberikan 3 bintang untuk buku ini.

Baca juga: Rumah Kopi Singa Tertawa

Dibuka dengan sebuah cerpen terpanjang dalma buku ini dengan judul Kukila, cukup membuat saya kebosanan di awal. Meskipun bahasa yang digunakan Kak Aan dalam cerpennya juga puitis dan tak jauh beda dengan puisinya, sehingga saya masih bisa menikmatinya. Cerpen Kukila yang berjumlah hampir 60 halaman ini ternyata tidak membuat saya jenuh, malahan banyak twist yang muncul di tengah-tengah cerita hingga di akhir ceritanya.

Begitu pula dengan cerpen-cerpen berikutnya. Meskipun jumlah halamannya jauh lebih sedikit dibanding cerpen pertama, tetapi saya tidak bisa menebak apa yang akan saya temukan di ending. Biasanya sebuah cerita akan bisa saya tebak endingnya ketika sudah sampai di tengah cerita, namun tidak pada kumpulan cerpen ini. Mayoritas cerpennya memiliki twist yang baik dan mengejutkan, sehingga membuat saya ingin terus melanjutkannya dan membacanya hingga akhir.

Hal yang saya suka dari kumpulan cerpen ini adalah bahasanya yang cukup membuat diksi saya bertambah.

Kenangan, katanya, barangkali seperti perasaan sehelai kertas ketika seseorang menulis atau menggambar pohon di atasnya. (p. 56)

Kalau kau mau tahu, Kukila artinya adalah burung dan Pilang adalah pohon. Cerita Kukila dan Pilang ini akan ditemukan pada cerpen pertamanya. Namun, nama Kukila akan terus disebut di cerita-cerita selanjutnya meskipun dengan latar dan alur yang berbeda. Walaupun seolah-olah cerita satu dengan yang lainnya saling berkaitan, namun ternyata tidak. Mereka cuma punya persamaan nama dan inti ceritanya.

Cerita-cerita yang diangkatpun bertema kegelisahan, keinginan yang tak tersampaikan, serta dugaan yang meleset akibat twist yang dibuat oleh Kak Aan. Ah, mungkin cerpen-cerpen seperti ini yang selalu ingin saya baca. Sederhana, tapi menggigit di akhir. Kalau saya boleh bilang, ini kumpulan cerpen yang paling saya suka sejauh ini.

RATE: 4/5

Post a Comment

0 Comments