April, Sahabat Beasiswa, and Cherry Blossom

こんばんは、みなさん。

Ada apa dengan judul postingan ini sih? Kok sok Inggris? Ya, sebenernya ini dalam rangka belajar aja. Kenapa juga harus ada huruf kruwel-kruwel macem itu? Ya, anggap lagi aja aku sedang belajar kembali bahasa Jepang yang sudah lama tak kupelajari.

Aku hadir di sini ingin sedikit bercerita soal Schotalk (Scholarship Talk) dari Sahabat Beasiswa Chapter Purwokerto yang kemarin mengundang seorang narasumber yang sedang berada di Jepang. Duh, hatiku langsung berdebar-debar kayak orang jatuh cinta pas beliau mengirimkan foto bunga sakura yang lagi mekar-mekarnya. Cantik!



Yap! Bunga Sakura memang identik sekali dengan Jepang. Kebetulan di sana sedang peralihan dari musim dingin ke musim semi. Jelas dong, musim itulah yang menyebabkan bunga Sakura mekar dan menghiasi setiap jalanan di negara ini. Ah, rasanya semakin ingin ke sana. Baru lihat fotonya saja bakalan langsung jatuh cinta deh.

Nah, bagaimana caranya bisa ke Jepang dan menikmati cherry blossom tanpa mengeluarkan uang? Ya, cari beasiswa dong. Ini salah satu cara supaya bisa jalan-jalan ke negeri orang dengan gratis sekaligus menimba ilmu lebih. Kalau jalan-jalan pake duit pribadi pasti cuma sebentar, kalo beasiswa pasti kamu bisa bertahun-tahun tinggal di sana. Enak ya? Banget!

Eits, ternyata beasiswa itu banyak macemnya. Kita juga harus cerdas memilih tipe beasiswa mana yang sesuai dan bisa kita usahakan secara maksimal. Percuma dong kalau kita daftar beasiswa tapi pas sudah keterima kita nggak maksimal. Jenisnya banyak sih, kayak LPDP atau MEXT (Monbukagakusho). Jadi, gimana pun harus tahu dulu kemampuan diri kita ddan cari beasiswa yang sesuai.

Nah, aku sendiri dulu pernah nyaris mendaftarkan diri di beasiswa Monbukagakusho untuk tingkat S1. Sembari meninggu hasil UN keluar, aku dan abangku, Fajar, belajar mengerjakan soal-soal latihan tes yang biasa digunakan di tes seleksi Monbukagakusho ini. Nyatanya... susahnya bukan main. Bahkan aku sempat bertanya pada guru bimbelku dan beliau juga mendapat kesulitan. Aku sempat putus asa, tetapi tetap berjuang lagi. Akhirnya... impian mendaftar beasiswa S1 ke Jepang juga harus kandas karena nilai UN yang kurang sedikit lagi mencapai batas minimal syarat. Hiks.

Impian ke Jepang rasanya bisa jadi bukan angan-angan, tetapi sesuatu yang harus diperjuangkan. Kegagalan menjadi (calon) mahasiswa Sastra Jepang Unpad juga menjadi suatu penyesalan yang cukup dalam. Hanya saja terdampar di dunia Komunikasi rasanya menjadi pilihan yang mungkin bisa menelusup ke segala bidang, baik melalui periklanan, televisi, ataupun bahasa itu sendiri. Rasanya aku bisa belajar sendiri soal bahasa dan kebudayaan Jepang melalui buku-buku dan film.

Mendengar penuturan narasumber di Schotalk malam itu, aku terpacu kembali untuk mencari beasiswa yang bisa membawaku ke Negeri Sakura, negara yang aku impikan sejak 3 tahun lalu.



Jangan pernah takut bermimpi, tapi jangan hanya bermimpi. Wujudkanlah!

私は がんばってください。
ありがとう、みんな。

Purwokerto, 4 April 2016. 22:23.

Post a Comment

0 Comments