Pertemuan Kedua

Untuk Tuan yang baru saja menulis berita soal sang pianis cilik.

Jangan bosan ya, Tuan. Surat ini masih akan datang sampai aku selesai menceritakan kisah si gadis kemarin.

Setelah bertemu sosokmu di dalam sebuah rapat yang memakan waktu tiga hari, akhirnya ia pulang dan berpikir. Sesuatu terjadi pada dirinya, pada hatinya yang terlanjur jatuh padamu. Hari itu, ia masih memikirkan baik-baik apakah ia jatuh hati seperti yang dipikirkannya atau hanya euforia.

Sampai hari itu tiba. Di sebuah kafe ia diundang oleh sekarang rekan senior untuk menghadiri makan malam dalan rangka ulang tahun. Gadis itu bersedia karena ia mengenal baik seniornya itu. Hingga ketika seniornya mengatakan bahwa akan ada dua orang lagi yang datang, termasuk kamu, Tuan. Seketika hatinya berdegup cepat, melihat penampilannya malam itu yang tak lebih cantik dari putri manapun. Ia terlampau biasa.

Masih sibuk membenahi hatinya, kau datang dengan seorang teman yang ia kenal juga. Kau tampak sederhana hanya dengan sweater dan celana panjangmu. Gadis itu masih bergeming menatap kau dan temanmu yang memilih duduk di ujung meja. Melirik sedikit ketika kau sedang makan dan membuang tatapan itu ke luar kafe. Canggung.

Ada celetukan kecil ketika kau sedang menyantap makan malam gratismu. "Nah, makanan tuh yang begini. Jangan kayak kemarin pas rapat. Bosen," katamu. Ah, kau ini seenaknya saja bicara. Gadis itu dan kawan-kawannya sudah bersusah payah memilih menu makan yang sesuai dengan budget. Tak berani berkomentar, gadis itu hanya tersenyum dan kembali menatapmu yang lahap menyantap makanan.

Kau banyak bicara malam itu, Tuan. Selalu mencoba bercanda dengan semua orang yang ada di sana, termasuk si gadis. Sudah hampir jam 10 malam ketika akhirnya mereka memutuskan pulang. Tidak, tidak semuanya pulang, melainkan sebagian lagi memilih untuk berkaraoke. Si gadis sempat ragu untuk ikut ke tempat karaoke atau pulang. Dan akhirnya ia pulang; bersamamu.

Ada satu kejadian lagi yang membuatnya semakin berpikiran aneh. Saat di gerbang, menuju pulang. Kau bicara, "Aku malu ketemu kamu masih pake baju yang sama. Aku baru bangun tidur."

Seketika itu ia tersenyum dan hatinya serasa diporak-porandakan oleh rasa senang sekaligus haru. Kau peduli dengan penampilanmu dan merasa malu ketika bertemu gadis itu? Apa ada yang salah denganmu, Tuan?

Malam itu dengan desiran angin yang dingin ia pulang bersamamu, tapi bukan di jok belakang motormu. Ia bersama yang lain, meskipun sesekali melirikmu yang berada di belakang, mengendarai motor sendiri. Ia jatuh hati pada penampilanmu yang sederhana, meskipun kau belum ganti baju sekalipun.

Hai, Tuan, sampai disini dulu ceritaku soal si gadis. Sisanya kusampaikan lain waktu. Semoga kamu tidak bosan.

Sincerely,


Afrianti Eka Pratiwi

Cileungsi, 16 February 2016. 14:32.

Post a Comment

0 Comments