[BOOK REVIEW] Kumpulan Dongeng Perrault by Perrault



Judul: Kumpulan Dongeng Perrault
Pengarang: Perrault
Penerjemah: Listiana & A. Tati Bambang Haryo
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 978-979-22-7987-0
Tahun Terbit: 2012
Tebal Buku: 212 hlm.
---


Kumpulan dongeng Perrault ini adalah yang pertama aku baca. Sebelumnya aku tidak pernah membaca kumpulan dongeng. Paling banter baca dongeng di Majalah Bobo. Bukan dengan sebab apapun aku membaca dongeng yang notabene adalah milik anak-anak. Aku dengan usia 20 tahun pun merasa terkesan membaca kumpulan dongeng ini. Meskipun sebagian isi ceritanya aku sudah pernah tahu. Membeli buku dongeng ini pun awalnya untuk membiasakan diriku membaca jenis buku apapun. Sisi lainnya adalah untuk membiasakan anakku membaca nantinya.

Buku Kumpulan Dongeng Perrault ini berisi 10 cerita dongeng yang cukup mengesankan, yaitu Kulit Keledai, Si Kucing, Riquet, Si Janggut Biru, Peri, Si Tudung Merah, Putri yang Tidur Seratus Tahun, Cinderella, Tiga Permintaan, Si Kecil Bujari, dan Kucing Bersepatu Lars.

Ada beberapa hal yang aku kurang pahami dalam buku ini. Walaupun ini merupakan dongeng yang isinya untuk anak-anak, namun konten di dalam beberapa dongeng itu sendiri agaknya kurang tepat apabila dibaca oleh anak-anak. Contohnya pada cerita Kulit Keledai, dimana sang Raja yang telah kehilangan istrinya karena meninggal dunia kemudian memilih anaknya sendiri untuk dinikahi demi memenuhi wasiat istrinya, “Jangan kau memenuhi desakan rakyatmu untuk menikah lagi sebelum kau menemukan putri yang jauh lebih cantik dan lebih baik daripada aku.”

Aku sendiri berpikir, bagaimana mungkin cerita yang seperti ini akan disuguhkan kepada anak-anak. Mungkin kembali lagi pada ketelitian si orangtua untuk membacakan dongeng-dongeng ini.

Kemudian dalam buku ini pun terdapat kesan sadis, yaitu pembunuhan, dalam cerita Si Kecil Bujari. Sedikit ceritanya adalah ada sepasang suami istri yang memiliki 7 orang anak yang masih kecil, karena kehidupannya yang miskin, mereka berniat untuk membuang anak-anak mereka di hutan. Dalihnya adalah karena lebih baik anak mereka dibuang daripada harus melihat anak-anaknya mati kelaparan.

Aku sendiri tidak habis pikir dengan alur cerita yang demikian. Dampak negatif akan timbul ketika mereka yang terlahir dalam keadaan kurang mampu akan berpikir bahwa mereka akan dibuang oleh orangtuanya.

Selain itu, bagian lainnya yaitu saat ketujuh anak ini berada di hutan dan tidak berhasil pulang, kemudian menemukan sebuah rumah raksasa dengan istrinya dan 7 anak mereka. Raksasa tersebut sangat menyukai daging, terlebih daging manusia. Tujuh anak ini akan menjadi santapan raksasa, namun si Kecil Bujari memiliki ide dan menukar baju mereka dengan baju anak-anak si raksasa ketika sedang tidur. Dalam keadaan mabuk, si raksasa tanpa sadar malah membunuh anak-anaknya sendiri.

Bagian itu sungguh sangat kurang etis apabila disuguhkan pada anak-anak. Dimana adegan pembunuhan akan memengaruhi otak anak-anak dengan adegan yang sadis. Di sisi lain, peran orangtua sangat dibutuhkan ketika akan membacakan dongeng ini. Orangtua harus pandai memilih mana bagian yang akan diajarkan kepada anak-anak sebagai pesan moral kehidupan.

Buku ini pun penuh dengan ilustrasi Paul Durant yang menambah semarak dongeng karya Perrault ini. Cover yang tebal membuatnya lebih elegan dan terkesan mewah. Ilustrasi di cover pun cukup sederhana dan menarik dengan latar belakang berwarna biru tua.

RATE: 3,5/5.

Post a Comment

0 Comments