[BOOK REVIEW] The Five People You Meet In Heaven by Mitch Albom



Judul: The Five People You Meet In Heaven
Pengarang: Mitch Albom
Penerjemah: Andang H. Sutopo
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 978-979-22-1349-2
Tahun Terbit: Cetakan Keempat, Februari 2009
Tebal Buku: 208 hlm.

BLURB

Eddie bekerja di taman hiburan hampir sepanjang hidupnya, memperbaiki dan merawat berbagai wahana. Tahun-tahun berlalu, dan Eddie merasa terperangkap dalam pekerjaan yang dirasanya tak berarti. Hari-harinya berupa rutinitas kerja, kesepian, dan penyesalan.

Pada ulang tahunnya yang ke-83, Eddie tewas dalam kecelakaan tragis ketika mencoba menyelamatkan seorang gadis kecil dari wahana yang rusak. Saat mengembuskan napas terakhir, terasa olehnya sepasang tangan kecil menggenggam tangannya. Ketika terjaga, dia mendapati dirinya di alam baka. Dan ternyata Surga bukanlah Taman Eden yang indah, melainkan tempat kehidupan manusia di dunia dijelaskan oleh lima orang yang telah menunggu. Lima orang yang mungkin orang-orang yang kita kasihi, atau bahkan orang-orang yang tidak kita kenal, namun telah mengubah jalan hidup kita selamanya, tanpa kita sadari.
---

Buku ini dalam terjemahannya memiliki judul tambahan, yaitu Meniti Bianglala, yang lebih menggambarkan bahwa tokoh utama memang bekerja di sebuah taman hiburan. Pada bab awal, kita akan disuguhi oleh bab yang berjudul "Tamat". Bagaimana ceritanya ketika kisah ini dimulai, tetapi kita malah disuguhi oleh penutup? Dan ya! Ini adalah akhir. Akhir kehidupan dunia dari seseorang bernama Eddie. Tepat dengan judulnya bahwa Eddie akan bertemu dengan lima orang di dalam surga yang akan menjelaskan bagaimana kehidupannya berlangsung; sesuatu yang tidak pernah dia ketahui ketika berada di dunia.

Eddie ini merasa hidupnya sia-sia karena harus bekerja di sebuah taman bermain, mengikuti jejak ayahnya. Padahal, sebenarnya ia memiliki cita-cita lain, bukan malah menjadi pegawai yang memperbaiki wahana. Kebetulan ketika ulangtahunnya yang ke-83, taman bermain itu membuka wahana baru bernama wahana freddy’s free fall (kalo di dufan mungkin hysteria). Kemudian ia berpikir bahwa yang menyebabkan kerusakan wahana itu adalah kabel penahan kabinnya. Sebagai seorang maintance, tentu dia tahu bahwa kesalahan pada wahana itu harus cepat diperbaiki. Saat itu dia mencoba berteriak untuk memberitahukan temannya yang sedang naik untuk memperbaiki, namun sayangnya tidak ada yang mendengar. Wahana itu hampir jatuh ketika dia melihat ada anak kecil di bawah wahana itu, saat ia hendak menolong anak kecil tersebut, hal tragis terjadi padanya. Entah anak yang ia tolong berhasil diselamatkan atau tidak.

Setelahnya ia merasa tidak memiliki rasa sakit sedikitpun, padahal tadi Eddie yakin bahwa ia tertimpa wahana itu dan ada tangan kecil yang menariknya ke atas; ke surga. Di surga ini dia ketemu lima orang yang semuanya akan memberitahu cerita yang tidak Eddie ketahui. Orang pertama itu si manusia biru. Hubungannya sama Eddie itu adalah ketika si Eddie kecil sedang bermain bola di jalan, tiba-tiba si manusia biru ini hampir menabrak Eddie, tapi tidak terjadi. Kemudian karena si orang biru tersebut masih merupakan pengemudi pemula maka ia merasa gugup setelah hampir menabrak Eddie. Alhasil, ia mati karena mobilnya bertabrakan dengan mobil lain. Kenapa disebut manusia biru? Karena dia itu sakit dan minum obat melebihi dosis sehingga jadi racun di tubuhnya.

Orang kedua itu kaptennya Eddie sewaktu dia ikut perang. Jadi waktu itu Eddie berperang, dia ingin menyelamatkan anak kecil yang ada di kamp, tapi karena musuh sudah mendekat maka dari itu si kapten menembak kaki Eddie biar dia selamat. Karena jika Eddie tetap menyelamatkan anak itu, maka semuanya tidak ada yang selamat. Tapi ketika Eddie sudah lari, si kapten yang mau lari pun malah menginjak ranjau dan akhirnya mati di tempat.

Orang ketiga itu wanita tua yang masih cantik. Wanita ini adalah istri dari pembuat taman hiburan Ruby Pier, tempat dimana ayah Eddie bekerja. Dia bercerita tentang kesetiakawanan ayah Eddie. Fyi, Eddie sangat membenci ayahnya karena merasa bahwa ayahnya terlalu membatasinya dan mengekangnya. Suatu ketika teman ayah Eddie baru saja dipecat dari pekerjaannya, kemudian teman ayahnya ini berkunjung ke rumah ayahnya. Namun karena ayahnya sedang tidak di rumah, maka ia bercerita pada ibu Eddie. Keadaan teman ayah Eddie sedang mabuk sehingga dia khilaf dan hampir memperkosa ibu Eddie. Saat itu, ayah Eddie datang dan menghajar temannya hingga ke laut. Namun, mengingat temannya itu pernah membantu ayahnya untuk mendapat pekerjaan, maka ayahnya memaafkan temannya tersebut.

Orang keempat itu istrinya. Dalam keadaan di surga ini, Eddie menemukan istrinya dalam keadaan masih muda seperti ketika mereka baru menikah. Intinya Eddie sangat merasa kehilangan setelah istrinya meninggal. Dan ada sebuah quote, “Kehilangan seseorang yang dicintai bukan berarti berhenti mencintai orang itu”.

Orang kelima itu anak kecil yang dilihat dan hampir ditolong Eddie sewaktu perang. Anak kecil itu ternyata bukan halusinasi Eddie yang kemudian mati terbakar di kamp. Jadi sewaktu Eddie meninggal itu dia merasa ada tangan yang menariknya, ternyata itu adalah tangan anak kecil yang menarik dia ke surga.
---

Ada beberapa quote yang saya kutip dari buku ini.


"Bahwa tidak ada kejadian yang terjadi secara acak. Bahwa kita semua saling berhubungan. Bahwa kau tidak bisa memisahkan satu kehidupan dari kehidupan lain, sama seperti kau tidak bisa memisahkan embusan udara dari angin." - Si Orang Biru. (Hlm. 52).

 "Tidak ada kehidupan yang sia-sia. Satu-satunya waktu yang kita sia-siakan adalah waktu yang kita habiskan dengan mengira kita hanya sendirian." - Si Orang Biru. (Hlm. 55).

"Kadang-kadang kalau kau mengorbankan sesuatu yang berharga, kau tidak sungguh-sungguh kehilangan itu. Kau hanya meneruskannya pada orang lain." - Sang Kapten. (Hlm. 97).

Orangtua jarang melepas anak-anak mereka, jadi anak-anak yang melepas orangtua mereka. Mereka pergi. Mereka pindah. Pengakuan yang dulu penting untuk mengukur keberhasilan mereka--pujian ibu, anggukan ayah--tertutup oleh saat-saat pencapaian mereka sendiri. Baru belakangan, lama setelahnya, ketika kulit mereka mulai keriput dan jantung mulai lemah, anak-anak itu mengerti; kisah hidup mereka, dan seluruh pencapaian kesuksesan mereka, bertumpu di atas kisah-kisah kehidupan ayah-ibu mereka, batu demi batu, di bawah permukaan air kehidupan mereka. (Hlm. 130).

 "Menyimpan rasa marah adalah racun. Menggerogotimu dari dalam. Kita mengira kebencian merupakan senjata untuk menyerang orang yang menyakiti kita. Tapi kebencian adalah pedang bermata dua. Dan luka yang kita buat dengan pedang itu, kita lakukan terhadap diri kita sendiri." - Ruby, istri dari pembuat taman bermain. (Hlm. 145).


Buku ini sungguh sangat menyenangkan untuk dibaca. Saya memberi nilai 4/5.



Purwokerto, 13 Mei 2015. 17:43.

Post a Comment

0 Comments