Mt Sisters: Ristina Fauzia

Terlahir menjadi si sulung selalu punya sisi menyenangkan dan sisi menjengkelkan. Bahwasannya dari sisi menyenangkan si sulung selalu bisa "menyuruh" adiknya, meskipun tidak semua hal dapat dilakukan dengan menyuruh. Sisi menjengkelkannya (bagiku) adalah ketika aku tak punya seseorang yang bisa diajak sharing untuk bicara tentang hal tertentu. Buruknya, aku bukan tipe pencerita secara blak-blakan dengan orangtua.

Menemukan teman sebaya atau yang lebih dewasa membuatku memiliki rasa dilindungi sebagai adik. Menjadi si sulung membuatku tak bisa merasakan bagaimana berada di posisi sebagai adik. Di sinilah, di kampus, di Klub Buku Indonesia, aku mampu menemukan banyak orang yang bisa aku panggil kakak dan menganggapnya sebagai kakakku sendiri. Di sini, aku mau bercerita tentang satu orang yang aku anggap sebagai kakak.

Bertemu di grup whatsapp Klub Buku Indonesia pada akhirnya waktu berniat mempertemukan kira secara fisik. Kota Pelajar, dengan waktu yang amat singkat mampu menggenggam perasaan dilindungi dari seorang kakak. Namanya Risti, aku memanggilnya Kak Risti. Persis di sore itu, aku seperti menemukan kakak baru yang bisa kuajak sharing. Perasaan yang sama ketika aku bertemu Teh Upi di Purwokerto minggu sebelumnya. Kak Risti asli Jogja, tapi logat bicaranya Jakarta sekali ketika menggunakan "lo-gue". Pertemuan hari itu singkat saja.

Pertemuan di tahun berikutnya, Februari. Aku kembali ke kota itu dengan modal nekat, dan dengan merepotkan anggota Klub Buku Jogja. Rumah Kak Risti menjadi tempat persinggahanku. Di sinilah aku merasa seperti sedang mengunjungi rumah saudara. Aku diajaknya ke rumah sakit sembari menunggu Mbahnya. Kemudian pergi makan bersama Ayahnya. Kemudian barulah kami sampai di rumahnya dan bertemu ibunya.

Keesokannya aku diajak mengunjungi kedai susu, Kalimilk. Kita hanya berdua, Kak Risti yang menyetir mobil. Sungguh aku merasa seperti dua saudara yang sedang mencoba menghabiskan waktu untuk jalan-jalan. Banyak hal yang kami lakukan hari itu. Jalan-jalan ke Sindu Kusuma Edupark demi melihat London Eye KW sekian. Hahaha.

Pada akhirnya, ketika aku menghabiskan waktu bersama Kak Risti di Jogja itu aku merasa seperti punya kakak kandung yang bisa kuajak jalan-jalan, ngobrol, wisata kuliner. Intinya sih begitu.

Untuk Kak Risti yang kemarin telah berulang tahun, semoga sukses selalu. Semoga segera menikah, biar aku punya keponakan :)) Love youuu :3

Kangen!


Purwokerto, 14 Maret 2015. 12:07.

Post a Comment

1 Comments

Apa tanggapan kamu setelah membaca tulisan ini?