Perihal Kekasih Hati

Untuk Teteh yang mengaku mirip Emma Watson, Teteh @upiemeier.

Teteh apa kabar? Semoga selalu baik. Aku rindu, Teh. Ingin bertemu Teteh lagi. Tapi entah kapan ya? Hahaha. Sebelumnya aku ingin bercerita. Bertemu Teteh kemarin itu seperti ada yang beda. Aku serasa menemukan kakak yang begitu kenal langsung dekat. Pun ketika bertemu Kak Risti di Jogja kemarin. Padahal aku punya banyak kenalan kakak tingkat di kampus, tapi kok ya ketemu Teteh ini ada yang beda. Nggak tau karena faktor aku nggak punya kakak atau bagaimana. Hahaha. Jadi, please anggap aku adik! :D

Teh, hari ini aku mau berdiskusi denganmu perihal sesuatu yang berkaitan dengan kejombloan dan... kekasih hati. Seperti biasa, aku tidak akan membahas yang jauh-jauh. Ada kekagetan waktu aku membaca chat Teteh di grup whatsapp soal jomblo dari lahir itu. Aku berpikir hebat sekali bisa mempertahankan keinginan untuk tidak pacaran. Meskipun aku pun sama untuk masalah jomblo dari lahir itu. So, yang mau aku tanyakan adalah apakah itu awbuah komitmen untuk mempertahankan diri hingga sampai di gerbang pernikahan?

Pasalnya sangat tidak mudah untuk membuat diri merasa tidak iri pada teman yang seringkali memamerkan kemesraan dengan kekasihnya. Padahal ya, sendiri itu memang lebih punya kebebasan untuk melakukan banyak hal yang kita sukai. Tentang hal itu, apakah Teteh pernah punya perasaan ingin pacaran? Kalau aku sih jujur saja ada perasaan semacam itu, tapi kembali pada komitmenku bahwa aku mau memberikan yang seutuhnya untuk suamiku nanti tanpa harus ia cemburu pada mantan pacar. Sederhana memang, tapi sangat sulit dijalani.

Berkaitan dengan mantan, aku mungkin bersyukur dengan sangat bahwa aku tidak mempunyai mantan pacar ataupun kekasih. Pun Teteh pasti tahu, banyak diluar sana peristiwa mengerikan yang dialami oleh kalangan remaja yang berpacaran, dibunuh mantan, misalnya. Bukankah itu suatu hal yang menakutkan? Bahwa berpacaran seringkali mengakibatkan hal buruk untuk kita sendiri. Bahkan peristiwa miris yang kemarin dibicarakan di grup pun sangat amat disesali bahwa anak SD sudah mengenal apa itu pacaran. Sungguh, diluar kuasa orangtua sepertinya. Semoga anak-anak kita nanti tidak begitu ya, Teh.

Mengenai status single yang saat ini masih disandang, apakah Teteh punya kendala? Cibiran teman-teman seusia yang sudah menikah, misalnya. Duh, maafkan aku bahas hal ini karena akupun demikian. Meskipun aku masih berada di usia belasan akhir, aku merasa bahwa teman-teman seusiaku seringkali bercanda soal keberadaan kekasih hati yang entah dimana bisa aku temukan itu. Aku belum ingin, tapi nanti dibantah bahwa aku mengingkari perasaan. Padahal bukan begitu maksudku. Eh, kok aku jadi curhat?

Menjadi perempuan dewasa yang single itu tentu banyak hal positif dan negatif yang dialami, kan? Misal saja karena single, Teteh bisa bebas membeli buku sebanyak mungkin tanpa harus peduli pada uang kencan. Atau Teteh masih bisa bebas berkreasi, bikin ramuan amortentia mungkin untuk gebetan. Kalau punya kekasih kan nggak bisa sebebas itu. Cuma mungkin buruknya sering diledekin aja ya, Teh. *nyari temen*

Jadi, akhir dari tulisan ini adalah aku menunggu balasan tulisan dari Teteh yang mungkin bisa membuat aku percaya bahwa label "jomblo dari lahir" itu bukan suatu yang menakutkan. Suatu saat nanti kita pasti bertemu dengan jodohnya masing-masing. Allah selalu baik, kan, Teh? Dengan demikian, aku (mungkin juga Teteh) hanya perlu bersiap dan memantaskan diri untuk menunggu si Pangeran datang menjemput ke rumah. Jangan risau, Teh. Aku kangen!

Kangen Teh Upi!


Tertanda,
Adikmu yang dirundung rindu.

Cileungsi, 7 Februari 2015. 00:23.

Ini balasan dari Mas Adri :)  https://reskuker.wordpress.com/2015/02/26/perihal-kekasih-hati/

Ini balasan dari Teh Upi :) http://zulvya.tumblr.com/post/112473187145/untuk-adik-yang-sudah-tidak-kecil

Post a Comment

5 Comments

  1. Replies
    1. Terima kasih. Karena kalau sudah komitmen pasti apapun dilakuin. Toh ini sebuah komitmen yang baik juga untuk menjaga diri :D

      Delete
  2. temen saya juga ada yang jpmblo sejakr lahir, dan dia kelihatannya udah nggak sangup hidup lagi.
    dia memang payah...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Temennya mas kenapa gak sanggup hidup lagi? Kok sampe sebegitunya?

      Delete

Apa tanggapan kamu setelah membaca tulisan ini?