Sebuah Senyum

Ada yang hilang bersama riuhan angin
Ada yang terbang seiring debur ombak
Sekotak bosan mengambang di atasnya
Bersisian dengan rindu

Tiba-tiba, waktu terasa mencekik
Mengambil alih raga yang terlilit kejenuhan
Ini saatnya, katanya
Memaksamu melatih tersenyum, pahit

Suara-suara gaib menelisik lebih dalam
Membuat sekat-sekat di dalam otakmu

Sekarang, ada serantai lirik sepi yang sudah siap
Mengikatmu dalam tiang kegelisahan
Sisa-sisa barisan bahagia yang sia-sia
Menertawakan hingga berurai air mata

Lucu!
Geming menyelimuti tubuhmu

Sekarang...
Apa masih bisa tersenyum dengan uraian air mata?
Persetan dengan itu semua!
Mustahil!


Purwokerto, 18 Mei 2014. 14:23.
Pusing gak karuan.

Post a Comment

0 Comments